Ketahuilah wahai saudaraku, kita mengetahui kejelekan bukan untuk melakukannya. Akan tetapi, karena takut kejelekan tersebut menimpa diri kita. Apabila seorang insan berkenalan dengan dosa, lalu membuat dirinya takut dan menjauh dari dosa tersebut, maka itulah yang kita harapkan. Apabila seorang insan jahil (bodoh) terhadap dosa dan keharaman Alloh ﷻ, tidak mustahil dia akan terjerumus dalam kubangan dosa tanpa sadar.

Mungkin terbetik sebuah pertanyaan, mengapa pembahasan ini harus dikemukakan? Apa perlunya kita membicarakan masalah dosa dan keharaman-keharaman Alloh ﷻ? Bukankah dosa dan keharaman Alloh ﷻ sudah jelas.

DI sinilah pentingnya pembahasan kita kali ini. Semoga Alloh ﷻ meridhai sahabat mulia Hudzaifah bin Yaman Radhiyallohu’anhu yang telah memberikan bimbingan kepada kita semua akan pentingnya mengetahui kejelekan dari kebaikan.

Perhatikan teks ucapan beliau: Hudzaifah bin Yaman berkata, ‘Adalah Para sahabat bertanya kepada Rasulullah tentang kebaikan, sedangkan aku bertanya tentang kejelekan karena khawatir akan menimpaku.” (HR. Bukhari 3606, Muslim 1847)

Bukanlah sebuah kesalahan jika kita mencoba mengetahui kejelekan dengan tujuan untuk membentengi diri dari kejelekan tersebut. Karena seorang insan bisa jadi menyangka amalannya sudah baik dan benar akan tetapi pada kenyataannya menyelisihi Sunnah Rasulullah ﷺ atau, mungkin saja seorang hamba melakukan sebuah amalan yang dia anggap ringan tidak ada dosanya, ternyata merupakan keharaman di sisi Alloh ﷻ dan Rasul-Nya.

Alangkah indahnya yang diucapkan oleh seorang sahabat mulia Anas bin Malik Radhiyallohu’anhu tatkala mengatakan:

إِنَّكُمْ لَتَعْمَلُوْنَ أَعْمَالاً هِيَ أَدَقُّ فِيْ أَعْيُنِكُمْ مِنَ الشَّعْرِ إنْ كُنَّا لَنَعُدُّهاَ عَلَى عَهْدِ رَسُوْلِ اللهِ مِنَ الْمُوْبِقاَتِ يَعْنِيْ الْمُهْلِكاَتِ

Sungguh kalian melakukan sebuah amalan yang kalian sangka lebih ringan dari sehelai rambut, padahal kami pada zaman Rasulullah menganggap hal itu sebagai amalan yang membinasakan. (HR. Bukhari 6492, Ahmad 3/2. Lihat Shahih Targhib 2/645)

Terlebih lagi apa yang kita saksikan dewasa ini, betapa banyak dosa dan keharaman yang diterjang habis-habiskan oleh kaum muslimin. Mereka terbuai hawa nafsu setan yang mengurat dalam hati. Mereka tidak sadar dan pura-pura jahil terhadap dosa dan keharaman yang telah digariskan dengan jelas oleh dien ini.

Ketahuilah wahai saudaraku —semoga Alloh ﷻ memberikan taufiq kepadamu—, Rabb kita Yang Mulia mempunyai penjagaan, batasan, larangan dan hukum-hukum yang tidak boleh diterjang dan dilanggar olel seluruh hamba-Nya.

Dari An Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ الْحَلاَلَ بَيِّنٌ وَإِنَّ الْحَرَامَ بَيِّنٌ وَبَيْنَهُمَا مُشْتَبِهَاتٌ لاَ يَعْلَمُهُنَّ كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ فَمَنِ اتَّقَى الشُّبُهَاتِ اسْتَبْرَأَ لِدِينِهِ وَعِرْضِهِ وَمَنْ وَقَعَ فِى الشُّبُهَاتِ وَقَعَ فِى الْحَرَامِ كَالرَّاعِى يَرْعَى حَوْلَ الْحِمَى يُوشِكُ أَنْ يَرْتَعَ فِيهِ أَلاَ وَإِنَّ لِكُلِّ مَلِكٍ حِمًى أَلاَ وَإِنَّ حِمَى اللَّهِ مَحَارِمُهُ

“Sesungguhnya yang halal itu jelas, sebagaimana yang haram pun jelas. Di antara keduanya terdapat perkara syubhat -yang masih samar- yang tidak diketahui oleh kebanyakan orang. Barangsiapa yang menghindarkan diri dari perkara syubhat, maka ia telah menyelamatkan agama dan kehormatannya. Barangsiapa yang terjerumus dalam perkara syubhat, maka ia bisa terjatuh pada perkara haram. Sebagaimana ada pengembala yang menggembalakan ternaknya di sekitar tanah larangan yang hampir menjerumuskannya. Ketahuilah, setiap raja memiliki tanah larangan dan tanah larangan Allah di bumi ini adalah perkara-perkara yang diharamkan-Nya.” (HR. Bukhari no. 2051 dan Muslim no. 1599)

Al-Hafizh Ibnu Rajab al-Hanbali berkata, “Alloh-lah yang menjaga larangan dan keharaman-kehararnanNya. Dia melarang para hamba-Nya mendekati dan menerjang larangan tersebut. Larangan Alloh ﷻ itu dinamakan dengan batasan dan hukum-hukumNya. Alloh ﷻ berfirman:

تِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ فَلَا تَقْرَبُوهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ آيَاتِهِ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ

Itulah larangan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa. [QS. Surat Al-Baqarah Ayat 187].

Beliau melanjutkan, “Di dalam ayat ini Alloh ﷻ membatasi apa raja yang halal dan yang haram bagi para hamba-Nya. Maka janganlah sekali-kali mereka mendekati yang haram atau melampaui batas dalam perkara yang halal. Oleh karena itu, Alloh ﷻ berfirman dalam ayat yang lain:

تِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ فَلَا تَعْتَدُوهَا ۚ وَمَنْ يَتَعَدَّ حُدُودَ اللَّهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ

Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka itulah orang-orang yang zalim. [Surat Al-Baqarah Ayat 229].

AWAS, TIPU DAYA SETAN

Setan adalah musuh sejati bani Adam. Maka sudah seharusnya kita waspada dari segala tipu daya yang mereka lancarkan demi menyesatkan manusia. Di antara jurus dan tipu daya yang mereka lancarkan ialah melalui celah perbuatan dosa dengan berbagai tingkatannya. Imam lbnul Qayyim telah menerangkan dengan bagus —sebagaimana kebiasaannya— permasalahan ini di dalam kitabnya, Madarijus Salikin.

Berikut secercah penjelasan yang beliau utarakan dalam kitab tersebut dengan sedikit perubahan dan tambahan seperlunya oleh penulis. Beliau berkata, “Setan menyesatkan manusia dengan parlahan-lahan.” Kemudian beliau menuturkan langkah-langkah setan dalam menyesatkan manusia sebagai berikut:

1. Kekafiran

Yaitu ajakan untuk kufur kepada Alloh ﷻ, keluar dari agama-Nya, dan mengingkari sifat-sifat-Nya. Di antara bentuk kekufuran yang terkadang samar bagi setiap insan adalah ajakan berbuat syirik. Syirik merupakan ajakan dan tipu daya setan yang terbesar untuk menyesatkan manusia, karena setan menyadari dosa syirik tidak akan diampuni oleh Alloh ﷻ. Apabila setan menang dalam langkah awal ini, maka permusuhan antara dia dengan manusia akan berkurang. Dia akan menjadikan bani Adam yang menyambut seruannya sebagai balatentaranya, lalu setan akan berlepas diri pada hari kiamat. Alloh ﷻ berfirman:

وَقَالَ الشَّيْطَانُ لَمَّا قُضِيَ الْأَمْرُ إِنَّ اللَّهَ وَعَدَكُمْ وَعْدَ الْحَقِّ وَوَعَدْتُكُمْ فَأَخْلَفْتُكُمْ ۖ وَمَا كَانَ لِيَ عَلَيْكُمْ مِنْ سُلْطَانٍ إِلَّا أَنْ دَعَوْتُكُمْ فَاسْتَجَبْتُمْ لِي ۖ فَلَا تَلُومُونِي وَلُومُوا أَنْفُسَكُمْ ۖ مَا أَنَا بِمُصْرِخِكُمْ وَمَا أَنْتُمْ بِمُصْرِخِيَّ ۖ إِنِّي كَفَرْتُ بِمَا أَشْرَكْتُمُونِ مِنْ قَبْلُ ۗ إِنَّ الظَّالِمِينَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

Dan berkatalah syaitan tatkala perkara (hisab) telah diselesaikan: “Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan akupun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya. Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekedar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku akan tetapi cercalah dirimu sendiri. Aku sekali-kali tidak dapat menolongmu dan kamupun sekali-kali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu”. Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu mendapat siksaan yang pedih. [Surat Ibrahim Ayat 22].

Akan tetapi, jika manusia selamat dengan ilmu dan hidayah, maka setan akan berusaha mengambil langkah yang kedua, yaitu:

2. Kebid’ahan

Apabila setan gaga! menyesatkan manusia dengan cara pertama, maka ia akan tetap berusaha menyesatkan manusia dengan cara lain, melalui celah kebid’ahan. Oleh karena itu, wajib bagi setiap muslim mengetahui perbedaan antara Sunnah dan bid’ah. Bujukan dan ajakan setan dalam langkah kedua ini, bisa dengan cara meyakini yang berlawanan dengan kebenaran yang Alloh ﷻ telah mengutus para rasul dan telah menurunkan kitab-Nya. Cara yang lain ialah membujuk manusia agar beribadah kepada Alloh ﷻ dengan cara-cara baru yang tidak diizinkan oleh-Nya.

Apabila manusia bisa selamat dari bujukan dan tipu daya yang kedua ini, ia mampu melawan setan dengan cahaya Sunnah, berpegang teguh dengannya, mengikuti dan berjalan di atas manhaj salaf dari kalangan orang terbaik, para sahabat dan orang setelahnya yang mengikuti mereka dengan baik, Maka setan akan mengambil ancang-ancang untuk menempuh langkah yang ketiga.

Berkata Sufyan ats-Tsauri “Bid’ah lebih dicintai Iblis daripada maksiat. Kalau maksiat dapat diberi taubat, sedangkan bid’ah tidak.” (Majmu’ Fatawa II/472).

3. Dosa Besar

Ibnul Qayyim Rahimahullah berkata, “Sungguh al-Qur’an, as-Sunnah, dan kesepakatan para sahabat, tabi’in, dan para imam telah menunjukan bahwa dosa itu ada dua macam; dosa besar dan dosa kecil.” (al-Jawabul Kahfi hal. 192)

Apabila setan merasa gagal menjerumuskan manusia lewat jalan kebid’ahan di dalam agama, maka dia akan menempuh cara yang lain dengan cara mengajak manusia berbuat dosa besar. Setan sangat bernafsu untuk menjatuhkan seorang insan dalam dosa besar. Apalagi jika dia orang alim yang diikuti, hingga nantinya dosa yang ia perbuat dapat tersebar, dengan demikian manusia akan lad dan tidak akan mau mengambil ilmunya. (Tafsir Qayyim hal. 613, lihat pula majalah Tauhid edisi Dzulqo’dah 1426 H).

Permasahannya, sudahkah kita mengilmui apa yang dimaksud dengan dosa besar?

Sahabat mulia lbnu Abbas Radhiyallohu’anhuma berkata, “Dosa besar ialah setiap dosa yang Alloh tutup akhirnya dengan ancaman neraka, murka, laknat, dan adzab-Nya.” (Tafsir ath-Thabari 5/41).

Maka sudah menjadi kemestian bagi setiap muslim untuk menjauhi dosa besar, agar kita selamat dari laknat Alloh ﷻ dan ancaman adzab-Nya. Perhatikan firman Alloh ﷻ dalam Surat An-Nisa Ayat 31 berikut ini:

إِنْ تَجْتَنِبُوا كَبَائِرَ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَنُدْخِلْكُمْ مُدْخَلًا كَرِيمًا

Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga).

Imam adz-Dzahabi berkata, “Berdasarkan nash ini, Alloh ﷻ akan memberikan jaminan bagi orang-orang yang menjauhl dosa besar untuk memasukkannya ke dalam surga.” (al-Kabair tahqiq Sayyid Ibrahim, hal. 13).

Orang yang melakukan dosa besar adalah orang mukminin yang imannya sedang menurun, apabila ia meninggal dalam keadaan tidak taubat dari dosanya, maka perkaranya dikembalikan kepada Alloh ﷻ. Jika Alloh ﷻ berkehendak mengadzabnya, maka Dia akan mengadzabnya sesuai dengan dosa yang ia perbuat, kemudian dimasukkan ke dalam surga. Jika Alloh ﷻ berkehendak, Alloh ﷻ dapat mengampuni dan memaafkannya serta tidak menyiksanya.

Inilah langkah ketiga yang ditempuh oleh setan, apabila cara ini tidak mampu pula untuk menyesatkan manusia, maka setan akan mengambil langkah keempat untuk membujuk manusia melakukan dosa kecil.

4. Dosa Kecil

Apabila setan telah putus asa untuk menjerumuskan manusia ke dalam dosa besar, maka dia akan membujuknya untuk melakukan dosa kecil yang apabila terkumpul pada diri manusia, dapat membinasakannya. (Tafsir Qayyim hal. 613)

Banyak sekali hadits dari Rasulullah Sholallohu’alaihi wa sallam yang memberikan peringatan akan bahayanya dosa kecil. Diriwayatkan dari Ummul Mukminin Aisyah Radhiyallohu’anha dia berkata:

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، قَالَتْ : قَالَ رَسُوْ لُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ : يَاعَائِشَةُ إِيَّاكَ وَمُحَقَّرَاتِ الأعْمَالِ (وَفِى رِوَايَةِ : الذُنُوْبِ) فَإِنَّ لَهَا مِنَ اللَّهِ طَالِبًا

“Dari Aisyah Radhiyallahu ‘anha, dia berkata, ‘Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, ‘Wahai Aisyah, hindarilah olehmu amal-amal yang remeh (dan dalam satu lafazh disebutkan dosa-dosa). Karena ada yang akan menuntut dari Allah terhadap amal-amal itu” [HR. Ibnu Majah 4243, Darimi 2/303, lbnu Hibban 2497, Ahmad 6/70. Dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahih Tarhib 2/644].

Semoga Alloh ﷻ merahmati Imam Ibnu Baththal tatkala berkata, “Dosa-dosa kecil apabila banyak dan dilakukan terus menerus bisa menjadi besar.” (Fathul Bari 11/337).

Imam Ibnul Qayyim berkata: “Setan akan senantiasa membujuk manusia untuk melakukan dosa kecil hingga ia menganggap enteng dosa tersebut. Maka, orang yang berbuat dosa besar dengan rasa takut lebih baik ketimbang orang yang meremehkan dosa walaupun kecil” (Tafsir Qayyim hal. 613).

AKIBAT DARI SEBUAH DOSA

Perlu diketahui, dosa-dosa dan maksiat pasti membahayakan. Bahayanya bagi hati bagaikan racun bagi tubuh, tidaklah ada di dunia dan akhirat kejelekan dan pennyakit melainkan sebabnya adalah dosa dan kemaksiatan. Ingatlah, apa yang menyebabkan kedua orang tua kita Adam dan Hawa, dikeluarkan dari surga? Apakah yang menyebabkan Iblis diturunkan ke bumi dan menjadi makhluk yang terlaknat?Lalu, apakah yang menyebabkan kaum Nabi Luth ‘Alaihissalam dihanyutkan banjir yang maha dahsyat?

Jawabnya satu, semuanya akibat dosa yang mereka lakukan. Berikut ini kami nukilkan sebagian dampak dari sebuah dosa bagi pribadi dan masyarakat.

1. Hatinya Tertutup

Orang yang berbuat dosa, hatinya akan tertutupi oleh bintik-bintik hitam yang dapat mematikan.Perhatikanlah hadits berikut sebagai pelajaran bagi kita semua. Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam menjelaskan:

إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا أَخْطَأَ خَطِيئَةً نُكِتَتْ فِي قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ، فَإِذَا هُوَ نَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ وَتَابَ سُقِلَ قَلْبُهُ، وَإِنْ عَادَ زِيدَ فِيهَا حَتَّى تَعْلُوَ قَلْبَهُ، وَهُوَ الرَّانُ الَّذِي ذَكَرَ اللَّهُ: {كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ}

“Jika seorang hamba melakukan satu dosa, niscaya akan ditorehkan di hatinya satu noda hitam. Seandainya dia meninggalkan dosa itu, beristighfar dan bertaubat; niscaya noda itu akan dihapus. Tapi jika dia kembali berbuat dosa; niscaya noda-noda itu akan semakin bertambah hingga menghitamkan semua hatinya. Itulah penutup yang difirmankan Allah, “Sekali-kali tidak demikian, sebenarnya apa yang selalu mereka lakukan itu telah menutup hati mereka” (QS. Al-Muthaffifin: 4). (HR. Tirmidzi dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu. Hadits ini dinilai hasan sahih oleh Tirmidzi).

Imam Hasan al-Bashri berkata, “Yang demikian itu adalah dosa yang bertumpuk-tumpuk hingga membutakan hatinya.” (al-Jawabul Kahfi hal. 96)

2. Ditimpa Berbagai Musibah

Musibah yang melanda negeri kita dan sebagian besar negeri kaum muslimin -disadari atau tidak- sebabnya antara lain adalah ulah dan akibat dosa para hamba. Rasulullah ﷺ telah mengabarkan hal ini di dalam haditsnya yang berbunyi:

“Wahai sekalian Muhajirin, ada lima perkara yang aku memohon kepada Alloh agar tidak menimpa kalian. Apabila perbuatan keji telah nampak pada suatu kaurn hingga mereka berani melakukannya terang-terangan, melainkan akan ditimpakan kepada mereka penyakit tha’un dan berbagai penyakit yang belum ada pada umat sebelumnya. Tidaklah mereka berani mengurangi timbangan dan takaran, kecuali akan datang kepada mereka tahun-tahun paceklik, beban hidup yang berat, dan tindakan represif pemerintah. Apabila mereka menahan menunaikan zakat harta maka hujan tidak akan turun dari langit, andaikan bukan karena binatang niscaya hujan tidak akan turun kepada mereka. Dan tidaklah mereka membatalkan perjanjian Alloh dan rasulNya, kecuali Allah akan kuasakan kepada mereka musuh dari selain mereka yang mengambil apa yang ada pada mereka. Lalu selama pemimpin mereka tidak berhukum dengan Kitabullah dan ragu terhadap apa yang Alloh turunkan, maka Alloh akan timpakan kesengsaraan di antara mereka. (HR. lbnu Majah 4019, Abu Nu’aim dalam al-Hilyah 8/333. Dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam ashShahihah no. 106).

3. Mewariskan Kehinaan

Imam lbnul Qayyim berkata,“Kemaksiatan akan mewariskan kehinaan, karena kemuliaan itu hanya dapat diraih dengan ketaatan kepada Alloh ﷻ.” (ad-Da’ wad Dawa’ hal. 94).

Maka tidak ada jalan selamat dari kehinaan kecuali dengan kembali ke dalam agama yang lurus ini. Sebagaimana diinformasikan oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam:

إِذَا تَبَايَعْتُمْ بِالْعِيْنَةِ وَأَخَذْتُمْ أَذْنَابَ الْبَقَرِ وَرَضِيْتُمْ بِالزَّرْعِ وَتَرَكْتُـمُ الْجِهَادَ سَلَّطَ اللهُ عَلَيْكُمْ ذُلاًّ لاَيَنْزِعُهُ شَيْئٌ حَتَّى تَرْجِعُواْ إِلَى دِيْنِكُمْ.

“Apabila kalian melakukan jual beli dengan cara ‘inah, berpegang pada ekor sapi, kalian ridha dengan hasil tanaman dan kalian meninggalkan jihad, maka Allah akan membuat kalian dikuasai oleh kehinaan yang tidak ada sesuatu pun yang mampu mencabut kehinaan tersebut (dari kalian) sampai kalian kembali kepada agama kalian.” [HR. Abu Dawud dari ‘Abdullah bin ‘Umar Radhiyallahu anhuma]. (HR. Abu Dawud 3462.
Dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam ash-Shahihah no.11)

4. Sebab kerusakan di darat dan laut

Sebab kerusakan di darat dan laut, tiada lain adalah ulah tangan manusia. Hal ini ditegaskan oleh Alloh ﷻ dalam firman-Nya di Surat Ar-Rum Ayat 41:

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).

5. Menghilangkan Nikmat dan Mendatangkan Sengsara

Perbuatan dosa dan maksiat akan menghalangi pelakunya meraih nikmat dari Alloh ﷻ. Bahkan sebaliknya, kesengsaraan yang dapat ia rasakan. Nikmat yang Alloh ﷻ berikan kepada para hamba-Nya tidak akan berubah
kecuali mereka sendiri yang mengubah nikmat tersebut dengan perbuatan dosa dan maksiat. Alloh ﷻ berfirman dalam Surat Asy-Syura Ayat 30:

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ

Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).

Dan dalam Surat Al-Anfal Ayat 53:

ذَٰلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ لَمْ يَكُ مُغَيِّرًا نِعْمَةً أَنْعَمَهَا عَلَىٰ قَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ ۙ وَأَنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

(Siksaan) yang demikian itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan meubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu meubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri, dan sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

Dalam ayat ini Alloh ﷻ mengkhabarkan bahwasanya Alloh ﷻ tidak akan mengubah nikmat yang telah Dia berikan kepada seseorang hingga orang itu sendiri yang mengubahnya.

Barangsiapa mengubah ketaatan dengan kemaksiatan, mengubah syukur dengan mengingkari, mengubah sebab-sebab meraih ridha-Nya dengan membuat murka-Nya, niscaya mereka pun akan diubah sebagai balasan yang setimpal. Dan tidaklah Rabb kalian menzhalimi para hamba-Nya.

Apabila seorang insan mengganti maksiat dengan ketaatan, maka Alloh ﷻ akan mengganti adzab-Nya dengan kebaikan, mengganti kehinaan dengan kemuliaan. Sebagaimana firman Alloh ﷻ yang berbunyi:

إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ ۗ وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلَا مَرَدَّ لَهُ ۚ وَمَا لَهُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ وَالٍ

Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.

JANGAN MEREMEHKAN DOSA!

Ketahuilah wahai hamba yang beriman, sesungguhnya rahmat Alloh ﷻ sangat luas. Dia Maha Mengampuni segala dosa dan kesalahan. Janganlah berputus asa dari ampunan dan rahmat-Nya, Alloh ﷻ berfirman dalam Surat Az-Zumar ayat 53:

قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Akan tetapi dengan luasnya rahmat Alloh ﷻ, janganlah menjadikan kita orang-orang yang meremehkan dosa. Takutlah kepada Allah ketika terbetik di dalam hati keinginan melakukan dosa. Ingatlah adzab Alloh ﷻ sangat pedih. Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda:

إِيَّاكُمْ وَمُحَقَّرَاتِ الذُّنُوبِ فَإِنَّمَا مَثَلُ مُحَقَّرَاتِ الذُّنُوبِ كَمَثَلِ قَوْمٍ نَزَلُوا بَطْنَ وَادٍ، فَجَاءَ ذَا بِعُوْدٍ وَجَاءَ ذَا بِعُودٍ، حَتَّى حَمَلُوا مَا انْضَجُّوا بِهِ خُبْزَهُمْ وَإِنَّ مُحَقَّرَاتِ الذُّنُوبِ مَتَى يُؤْخَذْ بِهَا صَاحِبُهَا تُهْلِكْهُ

“Berhati-hatilah kalian dari dosa-dosa kecil. Karena perumpamaan dosa kecil seperti suatu kaum yang singgah pada suatu lembah lalu datang seorang dengan membawa satu dahan (kayu bakar) dan yang lain (juga) membawa satu dahan hingga mereka telah mengumpulkan sesuatu yang bisa menjadikan roti mereka matang. Dan sesungguhnya dosa-dosa kecil, ketika pelakunya diadzab dengannya maka akan membinasakannya.” (HR. Ahmad, Ath-Thabarani, dan lain-lain dari jalan Sahl bin Sa’d radhiyallahu ‘anhu dan dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Shahih Al-Jami’ no. 2686)

Sahabat mulia Ibnu Mas’ud Radhiyallohu’anhu mengatakan, “Seorang mukmin hendaklah menyikapi dosanya bagaikan orang yang duduk di bawah gunung besar yang nyaris menimpanya. Sedangkan orang fajir melihat dosanya ibarat lalat yang hinggap di hidungnya sekali kibas ia akan terbang”. (HR. Bukhari 6308, Tirmidzi 2497).

Bilal bin Sa’id pernah berkata, “Janganlah engkau melihat kecilnya dosa, akan tetapi lihatlah siapa yang engkau maksiati.” (at-Tahdzir minal Muharramat hal. 11).

Maka mulai detik ini bertaubatlah kepada Alloh ﷻ. Kembalilah ke jalan yang diridhai-Nya. Janganlah kita menjadi orang-orang yang menyesal di kemudian hari, sebagaimana tergambar dalam firmanNya dalam Surat Al-Mulk Ayat 10-11:

.فَاعْتَرَفُوا بِذَنْبِهِمْ فَسُحْقًا لِأَصْحَابِ السَّعِيرِ . وَقَالُوا لَوْ كُنَّا نَسْمَعُ أَوْ نَعْقِلُ مَا كُنَّا فِي أَصْحَابِ السَّعِيرِ

Dan mereka berkata: “Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala”. Mereka mengakui dosa mereka. Maka kebinasaanlah bagi penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala.

Demikianlah akhir pembahasan kali ini. Semoga kita termasuk orang-orang yang bertaqwa dengan mengamalkan setiap perintah dan menjauhi segala laranganNya. Menjauhi segala dosa baik yang besar maupun yang kecil. Amiin. Wallohu’alam.

Disadur dari: Majalah Al-Furqon Edisi 6/V/Muharram 1427.