Daurah Qatar Ke-22 Pertemuan 2
Bersama: Ustadz Mubarak Bamualim, Lc, M.H.I 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Doha, 10 Mei 2023 / 20 Syawal 1444H
••┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•
Ustadz mengawali kajian dengan syukur atas nikmat dan karunia Allâh ﷻ bagi kaum muslimin, segala puji bagi Allâh ﷻ dari yang awal hingga yang akhir.
Kewajiban bertauhid adalah sampai akhir hidup setiap muslim.
عَنْ مُعَاذَ بْنِ جَبَلٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ كَانَ آخِرَ كَلَامِهِ لَا إِلٰهَ إِلَّا الله دَخَلَ الْجَنَّةَ
Dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu ia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata, ‘Siapa pun yang akhir ucapannya (ketika menjelang ajal) kalimat La ilaha illallah maka ia masuk surga’.”
Termaktub juga dalam Al-Qur’an Surat Muhammad ayat 19:
فَٱعۡلَمۡ أَنَّهُۥ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا ٱللَّهُ وَٱسۡتَغۡفِرۡ لِذَنۢبِكَ وَلِلۡمُؤۡمِنِينَ وَٱلۡمُؤۡمِنَٰتِۗ وَٱللَّهُ يَعۡلَمُ مُتَقَلَّبَكُمۡ وَمَثۡوَىٰكُمۡ
“Maka ketahuilah bahwa Tidak ada Tuhan (yang patut disembah) kecuali Allah, dan mohonkan ampun atas dosamu, dan atas dosa orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan. Allah mengetahui tempat usaha dan tempat tinggalmu.”
Makna فَٱعۡلَمۡ berarti ilmuilah. artinya mengerti, mengerti itu ilmu bukan banyaknya bacaan tahlil.
Macam-macam Tauhid
Macam-macam tauhid itu ada tiga, yaitu: Tauhid Rububiyah, uluhiyyah dan asma wa shifat.
1. Tauhid Rububiyyah
Maknanya adalah mengesakan Allah dalam hal penciptaan, kepemilikan, dan pengurusan. Di antara dalil yang menunjukkan hal ini adalah firman Allah:
أَلاَلَهُ الْخَلْقُ وَاْلأَمْرُ تَبَارَكَ اللهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ
“Ingatlah, menciptakan dan memerintahkan hanyalah hak Allah” (Al- A’raf: 54).
Tauhid rububiyyah ini diyakini semua orang baik mukmin, maupun kafir, sejak dahulu hingga sekarang. Bahkan mereka menyembah dan beribadah kepada Allah. Hal ini dikhabarkan dalam Al Qur’an:
وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَهُمْ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ
“Sungguh jika kamu bertanya kepada mereka (orang-orang kafir jahiliyah), ’Siapa yang telah menciptakan mereka?’, niscaya mereka akan menjawab ‘Allah’ ”. (QS. Az Zukhruf: 87)
2. Tauhid Uluhiyyah
adalah mentauhidkan Allah dalam segala bentuk peribadahan baik yang zhahir maupun batin.
Dalilnya:
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
“Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan” (Al Fatihah: 5)
Maka seorang yang bertauhid uluhiyah hanya meyerahkan semua ibadah ini kepada Allah semata, dan tidak kepada yang lain. Sedangkan orang kafir jahiliyyah selain beribadah kepada Allah mereka juga memohon, berdoa, beristighotsah kepada selain Allah. Dan inilah yang diperangi Rasulullah, ini juga inti dari ajaran para Nabi dan Rasul seluruhnya, mendakwahkan tauhid uluhiyyah.
Allah Ta’ala berfirman:
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
“Sungguh telah kami utus Rasul untuk setiap uumat dengan tujuan untuk mengatakan: ‘Sembahlah Allah saja dan jauhilah thagut‘” (QS. An Nahl: 36)
Sembahan selain Allâh ﷻ (Alma’bud Min duunillah) ada dua jenis :
1. Tidak berakal seperti batu, patung dan lainnya.
2. Berakal seperti manusia, jin, syaitan dan lainnya.
2.1. Rela untuk disembah: seperti Fir’aun, Namrudz dan semua orang yang ridha untuk disembah. Inilah yang dinamakan Thogut.
2. 2. Tidak Ridha untuk disembah: seperti para wali tetapi mereka tidak ridha. Demikian juga Nabi Isya alaihissalam.
Allâh ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Anbiya ayat 25:
وَمَآ اَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَّسُوْلٍ اِلَّا نُوْحِيْٓ اِلَيْهِ اَنَّهٗ لَآ اِلٰهَ اِلَّآ اَنَا۠ فَاعْبُدُوْنِ
Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum engkau (Muhammad), melainkan Kami wahyukan kepadanya, bahwa tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Aku, maka sembahlah Aku.
Dalam surat Az-zuhruf ayat 45:
وَسْٔـَلْ مَنْ اَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رُّسُلِنَآ ۖ اَجَعَلْنَا مِنْ دُوْنِ الرَّحْمٰنِ اٰلِهَةً يُّعْبَدُوْنَ ࣖ
Dan tanyakanlah (Muhammad) kepada rasul-rasul Kami yang telah Kami utus sebelum engkau, “Apakah Kami menentukan tuhan-tuhan selain (Allah) Yang Maha Pengasih untuk disembah?”
- Menyembah Allâh ﷻ adalah perintah langsung dari Allâh ﷻ, maka ayat-ayat yang berkaitan adalah fi’il amr.
Dalam surat Al-Baqarah ayat 21:
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ وَالَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ
Wahai manusia! Sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang yang sebelum kamu, agar kamu bertakwa.
Dalam surat An-Nisa ayat 36:
وَاعْبُدُوا اللّٰهَ وَلَا تُشْرِكُوْا بِهٖ شَيْـًٔا
Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun.
Metode Al-Qur’an dalam menjelaskan Tauhid Uluhiyyah:
- Tauhid uluhiyyah adalah hikmah dibalik penciptaan jin dan manusia. Allâh ﷻ menciptakan jin dan manusia untuk beribadah.
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ
Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.
- Missi para rasul adalah menyeru manusia kepada tauhid uluhiyyah.
Seperti dijelaskan dalam ayat-ayat di atas. Allâh ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Anbiya ayat 25:
وَمَآ اَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَّسُوْلٍ اِلَّا نُوْحِيْٓ اِلَيْهِ اَنَّهٗ لَآ اِلٰهَ اِلَّآ اَنَا۠ فَاعْبُدُوْنِ
Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum engkau (Muhammad), melainkan Kami wahyukan kepadanya, bahwa tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Aku, maka sembahlah Aku.
Dalam surat Az-zuhruf ayat 45:
وَسْٔـَلْ مَنْ اَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رُّسُلِنَآ ۖ اَجَعَلْنَا مِنْ دُوْنِ الرَّحْمٰنِ اٰلِهَةً يُّعْبَدُوْنَ ࣖ
Dan tanyakanlah (Muhammad) kepada rasul-rasul Kami yang telah Kami utus sebelum engkau, “Apakah Kami menentukan tuhan-tuhan selain (Allah) Yang Maha Pengasih untuk disembah?”
- Diturunkan kitab-kitab Allâh ﷻ adalah untuk mewujudkan Tauhid uluhiyyah.
Allâh ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat An-Nahl ayat 2:
يُنَزِّلُ الْمَلٰۤىِٕكَةَ بِالرُّوْحِ مِنْ اَمْرِهٖ عَلٰى مَنْ يَّشَاۤءُ مِنْ عِبَادِهٖٓ اَنْ اَنْذِرُوْٓا اَنَّهٗ لَآ اِلٰهَ اِلَّآ اَنَا۠ فَاتَّقُوْنِ
Dia menurunkan para malaikat membawa wahyu dengan perintah-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya, (dengan berfirman) yaitu, “Peringatkanlah (hamba-hamba-Ku), bahwa tidak ada tuhan selain Aku, maka hendaklah kamu bertakwa kepada-Ku.”
- Terkadang Allâh ﷻ menjelaskan dengan besarnya pahala bagi orang yang menjalankan Tauhid uluhiyyah (ahli tauhid). Seperti dalam surat Al-an’am ayat 82:
اَلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَلَمْ يَلْبِسُوْٓا اِيْمَانَهُمْ بِظُلْمٍ اُولٰۤىِٕكَ لَهُمُ الْاَمْنُ وَهُمْ مُّهْتَدُوْنَ ࣖ
Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan syirik, mereka itulah orang-orang yang mendapat rasa aman dan mereka mendapat petunjuk.
وَاِذْ قَالَ لُقْمٰنُ لِابْنِهٖ وَهُوَ يَعِظُهٗ يٰبُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللّٰهِ ۗاِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيْمٌ
Luqman ayat 13. Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, ”Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.”
- Terkadang dengan memberi peringatan kepada manusia akan bahaya kesyirikan.
Seperti Allâh ﷻ jelaskan dalam QS Al-Maidah ayat 72:
اِنَّهٗ مَنْ يُّشْرِكْ بِاللّٰهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللّٰهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوٰىهُ النَّارُ ۗوَمَا لِلظّٰلِمِيْنَ مِنْ اَنْصَارٍ
Sesungguhnya barangsiapa mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka sungguh, Allah mengharamkan surga baginya, dan tempatnya ialah neraka. Dan tidak ada seorang penolong pun bagi orang-orang zalim itu.
Hadits-hadits Tauhid Uluhiyyah:
Dari Mu’âdz bin Jabal Radhiyallahu anhu , ia berkata, “Aku pernah dibonceng oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas seekor keledai. Lalu Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadaku:
يَامُعَاذُ ، أَتَدْرِيْ مَا حَقُّ اللهِ عَلَى الْعِبَادِ ، وَمَا حَقُّ الْعِبَادِ عَلَى اللهِ ؟ قُلْتُ : اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمُ ؛ قَالَ : حَقُّ اللهِ عَلَى الْعِبَادِ أَنْ يَعْبُدُوْهُ وَلَا يُشْرِكُوْا بِهِ شَيْئًا ، وَحَقُّ الْعِبَادِ عَلَى اللهِ أَنْ لَا يُعَذِّبَ مَنْ لَا يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا. قُلْتُ : يَا رَسُوْلَ اللهِ ، أَفَلَا أُبَشِّرُ النَّاسَ ؟ قَالَ : لَا تُبَشِّرْهُمْ فَيَتَّكِلُوْا
Wahai Mu’âdz! Tahukah engkau apa hak Allâh yang wajib dipenuhi oleh para hamba-Nya dan apa hak para hamba yang pasti dipenuhi oleh Allâh?’ Aku menjawab, ‘Allâh dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.’ Beliau bersabda, ‘Hak Allâh yang wajib dipenuhi oleh para hamba-Nya ialah mereka hanya beribadah kepada-Nya dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Sedangkan hak para hamba yang pasti dipenuhi Allâh ialah sesungguhnya Allâh tidak akan menyiksa orang yang tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun.’ Aku bertanya, ‘Wahai Rasûlullâh! Tidakperlukah aku menyampaikan kabar gembira ini kepada orang-orang?’ Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Janganlah kausampaikan kabar gembira ini kepada mereka sehingga mereka akan bersikap menyandarkan diri (kepada hal ini dan tidak beramal shalih)’.” (HR Bukhari Muslim)
Sabda Nabi kepada Mu’adz bin Jabal takala Nabi mengutusnya ke negeri Yaman :
إِنكَ ستأتي قوماً أهلَ كتابٍ، فإذا جئتَهم فادْعُهمْ إِلى أنْ يشهَدوا أنْ لا إِله إلا الله، وأنَّ محمداً رسولُ الله
“Sesungguhnya engkau akan mendatangi suatu kaum Ahlul Kitab. Maka jika engkau mendatangi mereka serulah mereka agar mereka bersaksi bahwasanya tidak ada sesembahan yang berhak disembah melainkan Allah dan bahwasanya Muhammad adalah Rasulullah” ([HR Al-Bukhari no 1496 dan Muslim no 19])
Dalam sebuah riwayat :
فَلْيَكُنْ أَوَّلَ مَا تَدْعُوْهُمْ إِلَيْهِ عِبَادَةُ الله
“Maka jadikanlah dakwahmu yang pertama kali kepada mereka adalah beribadah kepada Allah” ([HR Al-Bukhari no 1458]).
Dalam sebuah riwayat yang lain :
فَلْيَكُنْ أَوَّلَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَى أَنْ يُوَحِّدُوا اللَّهَ
“Maka jadikanlah dakwahmu yang pertama kali kepada mereka adalah agar mereka mentauhidkan Allah” ([HR Al-Bukhari no 7372])
Barangsiapa mati tidak mensekutukan Allah maka masuk surga
Dari ‘Ubadah bin Shamit, bahwasanya Rasulullah ﷺ, bersabda: “Barangsiapa bersaksi atau menyatakan bahwasanya tiada Tuhan selain Allah Yang Maha Esa Yang tiada sekutu bagi-Nya, bahwasanya Muhammad hamba dan Rasul Allah, dan bahwasanya Isa hamba dan Rasul Allah, serta Kalimah-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam dan Ruh dari pada-Nya, dan disamping itu beriman bahwasanya surga itu benar dan neraka itu benar, maka Allah akan memasukkannya ke dalam surga, lepas dari amal perbuatan apa yang ia lakukan.” (HR. Muslim).
Hadits yang bersumber dari Abu Dzar, bahwa ia berkata: “Aku datang kepada Rasulullah ﷺ, lalu beliau berkata: “Tiada seorang hamba Allah mengucapkan “La ilaha illa Allah”, kemudian ia mati dalam keadaaan tetap dengan pernyataaannya itu, melainkan pasti masuk surga.” (HR. Muslim).
Hadits yang lainnya masih dari Abu Dzar juga menyatakan: “Sesungguhnya Allâh ﷻ, telah mengharamkan neraka terhadap orang yang mengucapkan “La illaha illa Allah” (tiada Tuhan selain Allah) yang ia ucapkan dengan maksud demi mencari keridhaan Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim) (yakni tidak dengan maksud menyelamatkan jiwa dan hartanya, sebagaimana yang dilakukan oleh kaum munafik di zaman Rasulullah ﷺ).
Maka, sudah sepantasnya kita mendudukkan masalah tauhid ini di atas segalanya, hatta terhadap anak-anak kita yang keras terhadap maksiat, tetapi lemah dalam hal Tauhid.
Catatan:
- Tauhid Rububiyah berkaitan dengan perbuatan Allâh ﷻ dan Tauhid uluhiyyah berkaitan dengan perbuatan hamba.
- Contoh syirik dalam hal rububiyah antara Lain dukun yang membuat tulisan di uang untuk menggandakan rezeki.
- Contoh syirik dalam hal uluhiyyah adalah menyembah di kuburan.
Pengertian ibadah
Inilah pengertian ibadah yang dimaksud dalam definisi Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, “Ibadah adalah suatu istilah yang mencakup segala sesuatu yang dicintai Allah dan diridhai-Nya, baik berupa perkataan maupun perbuatan, baik yang tersembunyi (batin) maupun yang tampak (lahir)”.
Ibadah ada tiga jenis:
1. Amalan hati : ikhlas dan beriman kepada Allâh ﷻ, cinta, rasa takut, dan kembali kepada Allâh ﷻ.
2. Amalan lisan: seperti berdzikir, membaca Al-Qur’an dan lainya.
3. Amalan anggota badan: seperti sholat, puasa, haji dan lainnya.
Amalan hati adalah amalan yang utama. Karena hati yang bersih adalah penyebab masuk ke dalam surga. Catatan: qolbun adalah jantung (salah Makna hati).
Hati adalah standar kebaikan amalan badan. Ia ibarat pemimpin bagi badan. Baiknya hati akan berpengaruh pada baiknya amalan badan. Dan buruknya hati akan berpengaruh pada buruknya amalan badan. Rasulullah shallahu’alaihi wasallam bersabda:
أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ
“Ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh manusia terdapat segumpal daging. Jika ia baik, seluruh tubuh baik. Jika ia rusak, seluruh tubuh juga rusak. Ketahuilah (segumpal daging) itu ialah hati..” (HR. Muslim).
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah menegaskan:
الأعمال الظاهرة لاتكون صالحة مقبولة إلا بواسط أعمال القلب، فإن القلب ملك واﻷعضاء جنوده، فإذا خبث الملك خبثت جنوده
“Amalan badan tidak akan diterima tanpa perantara amalan hati. Karena hati adalah raja, sedangkan anggota badan ibarat prajuritnya. Bila Sang Raja buruk, maka akan buruk pula seluruh prajuritnya.” (Majmu’ Al Fatawa, 11/208).
Kisah Sahabat Penghuni Surga karena Amalan Hati
Dari Anas bin Malik, ia berkata: ketika kami sedang duduk bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda: “Akan muncul kepada kalian seorang laki-laki penghuni surga.” Lalu muncul seorang laki-laki Anshar yang jenggotnya masih bertetesan air sisa wudhu, sambil menggantungkan kedua sandalnya pada tangan kirinya.
Ke’esokan hari Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam kembali berkata: ”Akan muncul kepada kalian seorang laki-laki penghuni surga”, lalu muncul laki-laki itu lagi seperti yang pertama, dan pada hari ketiga Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam kembali berkata: ”Akan muncul kepada kalian seorang laki-laki penghuni surga”, lalu muncul laki-laki itu kembali seperti keadaan dia yang pertama.
Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam berdiri, Abdullah bin Amru bin Al-Ash mengikuti laki-laki tersebut dengan dengan berkata: ”Saya ini sedang bertengkar dengan ayahku dan saya bersumpah untuk tidak menemuinya selama tiga hari, jika boleh, ijinkan saya tinggal di tempatmu hingga tiga malam”,
“Tentu”, jawab laki-laki tersebut.
Anas bin Malik berkata, Abdullah bin Amru bin Al-Ash bercerita: ”Aku tinggal bersama laki-laki tersebut selama tiga malam, anehnya tidak pernah aku temukan ia mengerjakan shalat malam sama sekali, hanya saja jika ia bangun dari tidurnya dan beranjak dari ranjangnya, lalu berdzikir kepada Allah ‘azza wajalla dan bertakbir sampai ia mendirikan shalat fajar, selain itu dia tidak pernah terdengar berbicara kecuali yang baik-baik saja“.
Maka ketika berlalu tiga malam dan hampir-hampir saja saya menganggap sepele amalannya, saya berkata: “Sebenarnya antara saya dengan ayahku sama sekali tidak ada percekcokan dan saling mendiamkan seperti yang telah saya katakan, akan tetapi saya mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda tentang dirimu tiga kali, “akan muncul pada kalian seorang laki-laki penghuni surga, lalu kamulah yang muncul tiga kali tersebut, maka saya ingin tinggal bersamamu agar dapat melihat apa saja yang kamu kerjakan hingga saya dapat mengikutinya, namun saya tidak pernah melihatmu mengerjakan amalan yang banyak, lalu amalan apa yang membuat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam sampai mengatakan engkau ahli surga?”
Laki-laki itu menjawab, “Tidak ada amalan yang saya kerjakan melainkan seperti apa yang telah kamu lihat.”
Maka tatkala aku berpaling, laki-laki tersebut memanggilku dan berkata: “Tidak ada amalan yang saya kerjakan melainkan seperti apa yang telah kamu lihat, hanya saja saya tidak pernah mendapatkan pada diriku rasa ingin menipu terhadap siapapun dari kaum muslimin, dan saya juga tidak pernah merasa iri dengki kepada seorang atas kebaikan yang telah dikaruniakan oleh Allah kepada seseorang.”
Maka Abdullah bin Amr berkata: “Inilah amalan yang menjadikanmu sampai pada derajat yang tidak bisa kami lakukan.”
Amalan sang ahli surga tersebut adalah amalan hati yang bersumber dari hati yang bersih. Ia tak pernah memiliki keinginan menipu sesama muslim dan ia juga tidak pernah iri dengki atas siapapun.
- Hendaknya dalam beribadah menghadirkan tiga perkara. Tiga unsur inilah yang disebut arkaanul ibadah atau rukun-rukun ibadah yaitu cinta, harapan dan takut kepada Allâh ﷻ.
Maka tidak mengapa kita beribadah karena mengharap pahala, takut masuk neraka atau karena cinta kepada Allâh ﷻ.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata, ketiga unsur ibadah dua akan hilang dan tinggal satu yaitu cinta kepada Allâh ﷻ. Keduanya telah hilang karena selamat dari neraka dan sudah masuk surga.
- Penyempurna ibadah seseorang adalah:
bersungguh-sungguh dalam beribadah. - Tidak menunda-nunda dalam beribadah.
•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ
“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم