بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Daurah Al-Khor Sabtu Pagi – Masjid At-Tauhid
Syarah Riyadhus Shalihin Bab 46 – 3
🎙️ Ustadz Abu Hazim Syamsuril Wa’di, SH, M.Pd 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱.
🗓️ Alkhor, 1 Rajab 1445 / 13 Januari 2024

🎞️ https://fb.watch/pyneQgpgS6/?mibextid=Nif5oz

🎞️ https://www.facebook.com/watch/?v=356029427179863


باب فضل الحب في الله والحث عَلَيهِ وإعلام الرجل من يحبه، أنه يحبه، وماذا يقول لَهُ إِذَا أعلمه

Bab 46. Keutamaan Dan Anjuran Cinta Karena Allah, Orang Yang Mencintai Dan Memberitahukan Cintanya Kepada Orang Yang Dicintai Dan Jawabannya Untuknya Bila Dia Memberitahukannya 

📖 Hadits 2:

وعن أَبي هريرة – رضي الله عنه – عن النَّبيّ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ: «سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ في ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إلاَّ ظِلُّهُ: إمَامٌ عَادِلٌ، وَشَابٌّ نَشَأ في عِبَادَةِ الله – عز وجل – وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ بِالمَسَاجِدِ، وَرَجُلاَنِ تَحَابّا في اللهِ اجْتَمَعَا عَلَيهِ وتَفَرَّقَا عَلَيهِ، وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأةٌ ذَاتُ حُسْنٍ وَجَمَالٍ، فَقَالَ: إنِّي أخَافُ الله، وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ، فَأخْفَاهَا حَتَّى لاَ تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ الله خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ». مُتَّفَقٌ عَلَيهِ.

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu dari Nabi ﷺ sabdanya: “Ada tujuh macam orang yang akan dapat diberi naungan oleh Allah dalam naunganNya pada hari tiada naungan melainkan naunganNya [1] -yakni pada hari kiamat-, yaitu: imam -pemimpin atau kepala- yang adil, pemuda yang tumbuh -sejak kecil- dalam beribadah kepada Allah Azza wa jalla, seorang yang hatinya tergantung -sangat memperhatikan- kepada masjid-masjid, dua orang yang saling cinta-mencintai karena Allah, keduanya berkumpul atas keadaan yang sedemikian serta berpisah pun demikian pula, seorang lelaki yang diajak oleh wanita yang mempunyai kedudukan serta kecantikan wajah, lalu ia berkata: “Sesungguhnya saya ini takut kepada Allah,” -ataupun sebaliknya yakni yang diajak itu ialah wanita oleh seorang lelaki-, seorang yang bersedekah dengan suatu sedekah lalu menyembunyikan amalannya itu -tidak menampak-nampakkannya-, sehingga dapat dikatakan bahwa tangan kirinya tidak mengetahui apa yang dilakukan oleh tangan kanannya dan seorang yang ingat kepada Allah di dalam keadaan sepi lalu melelehkan airmata dari kedua matanya.” [2] (Muttafaq ‘alaih)

Notes:

[1] Naungan Tuhan ini dapat diartikan secara sebenarnya yakni naungan dari ‘arasy nya Tuhan, tetapi dapat pula diartikan sebagai kinayah yakni dalam lindungan Tuhan dan ditempatkan di tempat yang dimuliakan.

[2] Meleleh air matanya, maksudnya ialah karena ingatannya memusat betul-betul kepada Allah, merasa banyak dosa yang dilakukan, juga karena amat rindu untuk segera bertemu denganNya dalam keadaan diridhai olehNya.

📝 Syarah Riyadhus Shalihin oleh Syaikh Utsaimin:

Ada banyak kesalahan dalam menafsirkan hadits ini, yaitu ketidaktahuan yang menyangka bahwa Allâh ﷻ lah yang menaungi mereka (tujuh golongan di dalam hadits) dari matahari, ini adalah pemahaman yang salah.

Karena tidak ada apapun yang dapat dipakai untuk bernaung seperti bangunan, pohon atau lainnya. Tetapi Allâh ﷻ menciptakan sesuatu yang menghalangi mereka dari panas terik matahari.

Penyebutan jumlah “tujuh” di dalam hadits ini tidaklah merupakan pembatas, sehingga tidak dapat diartikan bahwa golongan yang akan dinaungi Allâh Ta’ala pada hari Kiamat hanya terbatas pada tujuh golongan ini saja. Bahkan Imam Jalaluddin as-Suyuthi menyebut lebih dari 90an golongan.

Pada hadits ini disebut dalam semua golongan adalah dhomir laki-laki, bukan berarti hanya untuk kaum lelaki, tetapi termasuk didalamnya ada golongan wanita.

Pertama, dari ketujuh golongan itu adalah امام عادل (imamun adilun) . Pemimpin yang adil.

Yang dimaksud dengan Imam yaitu seorang yang mempunyai kekuasaan besar seperti raja, presiden atau yang mengurusi urusan kaum Muslimin.

Yang dimaksud adil yaitu seorang imam yang tunduk dan patuh dalam mengikuti perintah Allâh Azza wa Jalla dengan meletakkan sesuatu pada tempatnya, tanpa melanggar atau melampaui batas dan tidak menyia-nyiakannya.

Keadilan seorang imam yaitu dengan menegakkan kalimat Tauhid di muka bumi dan menyingkirkan segala perbuatan syirik, dan melaksanakan hukum-hukum Allâh Azza wa Jalla , sebab kezhaliman yang paling zhalim adalah perbuatan menyekutukan Allâh padahal Allâh-lah yang menciptakannya.

Kedua, الشاب نشاء فى عبادة الله (Syab Nasya’a fi ibadatillah), anak muda yang tekun beribadah kepada Allah.

Pada umumnya, seseorang saat masa mudanya lebih condong kepada kejahatan, kemaksiatan dan perbuatan-perbuatan yang melanggar syari’at. Namun ada orang di saat mudanya ia justru mengekang hawa nafsunya dan beribadah kepada Allâh Azza wa Jalla . Orang seperti inilah yang akan dilindungi oleh Allâh Azza wa Jalla .

Ketiga , رجل معلق قلبه فى المساجد (Rajulun qalbuhu muallaqun fil masjid). Lelaki yang hatinya selalu berhubungan dengan masjid.

Hal ini menunjukkan tentang rasa cintanya kepada masjid untuk shalat dan dzikir kepada Allâh Azza wa Jalla . Hatinya bagaikan lampu pelita yang terpasang di atapnya, di mana tidaklah dia keluar darinya melainkan dia akan kembali.

Kata rajulun (seorang laki-laki) disini hanya terbatas pada laki-laki saja karena perempuan tidak diperintahkan untuk meramaikan masjid-masjid Allâh, dalam artian untuk melaksanakan shalat berjama’ah di masjid. Namun dianjurkan bagi para wanita Muslimah untuk melaksanakan shalat di rumah mereka.

Sebagian orang sangat berat untuk tinggal di masjid, mendatanginya seperti burung masuk dalam sangkar. Bahkan ada yang menyepelekan karena menganggap itu hanya sunnah.

Sebagian orang tidak datang ke masjid. Kalo datang pun akan menghitung-hitung. Alasannya berjama’ah dengan keluarga di rumah. Atau menghitung di saat datang ke masjid. Kalo beruntung dapat Iqamah, kalau tidak ikutan masbuk di akhir shalat. Allohulmusta’aan.

Maka menggantungkan hatinya kepada masjid menunjukkan kecintaannya kepada Allâh ﷻ dan ketergantungan hatinya kepada dunia tidak besar.

Bagi wanita, tempat shalat terbaik adalah di kamarnya. Dan ini masuk dalam keumumuan hadits ini. Sehingga bagi wanita, tempat sujud yang terbaik di rumahnya, dan dia sholat meskipun di rumahnya, masuk dalam keutamaan ini.

Kegiatan masjid di sini, bersifat umum, keadaan apapun yang merupakan kegiatan di dalam masjid.

Keempat, وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللَّهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ Dua orang lelaki yang saling mencintai karena Allah di mana dia berkumpul dan berpisah kerena Allah.

Sebab ikatan keimanan yang paling kuat adalah cinta karena Allah dan benci karena Allâh ﷻ. Mencinta seseorang hanya karena Allâh Azza wa Jalla adalah cinta yang tidak dapat dinodai oleh unsur-unsur keduniaan, ketampanan, harta, kedudukan, fasilitas, suku, bangsa dan yang lainnya. Akan tetapi dia melihat dan mencintai seseorang karena ketaatannya dalam melaksanakan perintah Allâh Azza wa Jalla dan kekuatannya dalam meninggalkan larangan-Nya.

Dan ini adalah ciri-ciri seorang mukmin. Yaitu saling mencintai karena Allâh ﷻ.

Al-Hâfizh Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan, “Disebut dengan dua orang yang saling mencintai di jalan Allâh, di mana ia berpisah dan berkumpul karena-Nya, yaitu apabila keduanya saling mencintai karena agama, bukan karena yang lainnya. Dan cinta agama ini tidak putus karena dunia, baik dia berkumpul secara hakiki atau tidak, sampai kematian memisahkan keduanya.” (Fathul bari II/45).

Kemudian sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

تَفَرَّقَا عَلَيْهِ

Keduanya berpisah karena-Nya

Yaitu keduanya berkumpul dan berpisah hanya karena Allâh Azza wa Jalla , badannya terpisah karena safar atau kematian tetapi ruhnya tetap berkumpul di atas manhaj Allâh Azza wa Jalla .

Tetapi, kondisi ini jangan terlalu berlebihan, hingga masuk derajat isyk. “Cintailah kekasihmu sekedarnya saja, boleh jadi di suatu saat dia menjadi orang yang engkau benci, dan bencilah musuhmu sewajarnya saja, boleh jadi di suatu saat, dia menjadi orang engkau cintai.”

Kelima, وَرَجُلٌ طَلَبَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ . Seorang laki-laki yang diajak berzina oleh seorang wanita yang memiliki kedudukan dan kecantikan, lalu laki-laki tersebut berkata, “Sungguh aku takut kepada Allâh.”

Hadits ini juga berlaku sebaliknya bagi perempuan yang diajak oleh lelaki yang tampan dan berkedudukan.

Disebutkannya laki-laki ini sebagaimana yang disebutkan dalam al-Qur-an, yaitu kisah Nabi Yûsuf Alaihissallam. Beliau Alaihissallam diajak oleh seorang isteri penguasa pada waktu itu untuk berzina, namun beliau Alaihissallam menolaknya. Allâh Azza wa Jalla melarang seseorang mendekati perbuatan zina. Allâh Azza wa Jalla berfirman:

وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا ۖ إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا

Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk. [Al-Isrâ’/17:32]

Demikian juga kisah Maryam ketika bertemu dengan seorang laki-laki yang tidak lain adalah Malaikat Jibril yang menjelma sebagai manusia. Inilah percakapan antara keduanya:

Maryam : “Sesungguhnya aku berlindung darimu kepada Rabb Yang Maha Pemurah jika kamu seorang yang bertakwa.” (Karena Maryam tidak tahu siapa sebenarnya laki-laki itu.)

Jibril : “Sesungguhnya aku ini hanyalah salah satu utusan Rabbmu untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci.”

Maryam : “Bagaimana mungkin saya akan mempunyai anak, sedangkan tidak ada seorang manusia pun yang menyentuhku dan aku bukan (pula) seorang pezina?!” (Maryam terheran-heran, bagaimana mungkin itu bisa terjadi?!)

Jibril : “Demikianlah Rabbmu berfirman, ‘Hal itu adalah mudah bagi-Ku. Dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari Kami dan itu merupakan perkara yang sudah diputuskan.’” (Jibril menjawab keheranan Maryam tentang kelahiran seorang anak dengan kondisi seperti itu. Yaitu, saat Maryam tidak bersuami dan bukan pula seorang pezina. Ini merupakan bukti akan kesempurnaan kuasa Allah ﷻ atas segala makhluk-Nya).

Keenam , وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ أَخْفَى حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ. Lelaki yang bersedekah dengan sembunyi-sembunyi hingga tangan kirinya tidak tahu apa yang diberikan tangan kanannya.

Itulah yang dimaksud dengan ikhlas. Mengerjakan sesuatu tanpa ada embel-embelnya. Menyembunyikan sedekah dalam Islam memiliki keutamaan, yaitu dapat menjauhkan diri dari sifat riya’. Maka sangat dianjurkan untuk bershadaqah dalam keadaan sepi dan sembunyi-sembunyi, tidak terang-terangan.

Namun pada saat-saat tertentu diperlukan memberikan sedekah secara terang-terangan, misalkan di suatu tempat didapati orang-orang yang sangat sulit untuk bersedekah, maka dianjurkan untuk memulainya secara terang-terangan agar menjadi contoh bagi mereka.

Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

إِنْ تُبْدُوا الصَّدَقَاتِ فَنِعِمَّا هِيَ ۖ وَإِنْ تُخْفُوهَا وَتُؤْتُوهَا الْفُقَرَاءَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ ۚ وَيُكَفِّرُ عَنْكُمْ مِنْ سَيِّئَاتِكُمْ ۗ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

Jika kamu menampakkan sedekah-sedekahmu, maka itu baik. Dan jika kamu menyembunyikannya dan memberikannya kepada orang-orang fakir, maka itu lebih baik bagimu dan Allâh akan menghapus sebagian kesalahan-kesalahanmu. Dan Allâh Mahateliti apa yang kamu kerjakan.” [Al-Baqarah/2:271]

Ustadz mencontohkan ada kisah di suatu masjid, setiap Jum’at ada yang bersedekah 50.000 rupiah dan itu nilai yang cukup besar pada saat itu dimana tidak ada sumbangan lain yang sebesar itu. Suatu saat ada penjual kaki lima di depan masjid meninggal dunia, hingga mulai saat itu, infak Jum’at tidak ada lagi yang bernilai 50 ribu, sampai beberapa minggu. Hingga diketahui bahwa infak itu berasal dari pedagang kaki lima tersebut. Subhanallah…

Manfaat sedekah secara diam-diam antara lain:

  1. Menjaga keikhlasan.
  2. Menjauhi sifat riya.
  3. Lebih diharapkan diterima sedekahnya.
  4. Menjaga hati si penerima sedekah. [Ahlu ta’affuf – orang-orang yang menjaga diri dari meminta-minta].
  5. Menjaga hati dan lisan manusia serta mengantisipasi munculnya iri dengki (hasad) dari mereka.

Ketujuh, رجل ذكر الله خاليا ففاضت عينه Rajulun dzakarallaha khaliyan fa fadhat ainahu. Maknanya adalah lelaki yang hatinya selalu ingat kepada-Nya dan mengagungkan-Nya. dia selalu menyendiri dalam zikir kepada Allah, dapat ia merenungkan keagungan dan kebesaran-Nya, sehingga air matanya berlinang karena rindu kepada Allah.

Yaitu, seorang laki-laki yang mengingat Allâh atau berdzikir kepada-Nya, berdzikir dengan hati dan lisannya, dan dalam keadaan sepi lalu air matanya mengalir. Penyebutan rajulun (seorang laki-laki) bukan pembatasan karena ini juga berlaku bagi kaum wanita. Jika seorang Muslimah mengalir air matanya tatkala berdzikir kepada Allâh Azza wa Jalla di kala sepi, maka ia berhak atas naungan Allâh Azza wa Jalla di hari Kiamat.

Penyebutan syarat dalam keadaan sepi di sini karena di saat itu sangat jauh dari perbuatan riya’. Tentang mengalir air matanya karena takut kepada Allâh terdapat beberapa keutamaan, di antaranya tidak disentuh oleh api Neraka.

📖 Kandungan Hadits:

1. Keutamaan seorang imam yang adil yang menerapkan syari’at Islam dan memimpin hamba-hamba Allah. Oleh karena itu, dia lebih awal disebutkan karena keumuman manfaatnya. Ya Allah, perbaikilah para pemimpin kaum muslimin.
2. Keutamaan pemuda yang tumbuh didalam ketaatan kepada Rabb-nya, dimana dia tidak mau mendekati kemaksiatan dan tidak juga mengerjakan perbuatan keji.
3. Kewajiban mendidik generasi muda untuk selalu mentaati Allah dan mengesakan-Nya.
4. Keutamaan orang yang aktif mendatangi masjid sedang hatinya tetap terkait padanya, sehingga setiap keluar darinya dia akan selalu ingin segera kembali kepadanya karena cinta untuk berdzikir kepada Allah serta mengerjakan shalat jama’ah di dalamnya.
5. Cinta itu harus karena Allah dan untuk Allah, bukan karena suatu hal yang sifatnya tidak abadi atau suatu perhiasan dunia yang akan hilang. (Termasuk mencintai isteri).
6. Keutamaan menjaga kesucian diri dan menjauh dari perbuatan keji karena takut kepada Allah meskipun banyak faktor pendorongnya.
7. Keutamaan selalu merasa diawasi oleh Allah dan rasa takut kepada-Nya dalam keadaan sembunyi-sembunyi.
8. Keutamaan menangis karena takut kepada Allah.
9. Keutamaan shadaqah secara diam-diam (sembunyi-sembunyi) yang jauh dari riya dan menyakiti orang lain.

Beberapa peringatan:

  • Di dalam kitab Fathul Baari, al-Hafizh Ibnu Hajar mengatakan: “Penyebutan kata ar-Rijaal (kaum laki-laki) dalam hadits ini tidak boleh difahami secara terbatas, tetapi didalamnya juga mencakup kaum wanita, kecuali jika yang dimaksud dengan imam (pemimpin) yang adil di sini adalah imamah (kepemimpinan) yang agung, dan jika tidak maka dimungkinkan masuknya orang perempuan, di mana diapun mempunyai keluarga sehingga dia bisa berbuat adil terhadap mereka, tetapi dia tidak termasuk dalam kategori orang yang aktif datang ke masjid, karena shalat wanita di rumahnya itu lebih baik daripada shalatnya di masjid. Adapun selain itu, maka semua kriteria dalam hadits tersebut melibatkan juga kaum wanita, bahkan laki-laki yang diajak oleh wanita untuk berbuat keji, maka hal yang sama juga berlaku jika wanita itu diajak oleh seorang raja yang tampan -misalnya untuk berbuat keji, lalu dia menolak karena takut kepada Allâh ﷻ padahal dia sangat membutuhkannya. Atau seorang pemuda yang ditawari oleh seorang raja untuk dinikahkan dengan puterinya misalnya, tetapi dia takut akan melakukan perbuatan keji dalam hal itu, sehingga dia menolak hal tersebut padahal dia sangat menginginkan hal itu.”
  • Sabda Rasulullah ﷺ “Dan dua orang yang saling mencintai karena Allah …,” dikategorikan sebagai satu kriteria meskipun pelakunya dua orang, karena cinta itu tidak akan terwujud kecuali dilakukan oleh dua pihak. Atau karena dua orang yang mencinta itu memiliki satu pengertian, sehingga pengkategorian salah satu dari keduanya sudah cukup dan tidak memerlukan yang lainnya karena tujuannya adalah pengkategorian kriteria dan bukan pengkategorian semua orang yang disifati dengan sifar-sifat itu.
  • Penulis katakan: Di sana ada peringatan lain, yaitu bahwa engkau akan mendapati di antara golongan-golongan dalam hadits tersebut satu hal tambahan pada eksistensi ibadah itu sendiri, yaitu pengendalian diri untuk selalu mentaati Allah dan penahanan hawa nafsu serta pengekangan gejolaknya dari kemaksiatan, padahal setiap orang memiliki sarana dan dorongan untuk melakukan hal-hal tersebut. Dan hal itu menekankan bahwa pahala itu sesuai dengan tingkat kesulitan, dan kita memohon kepada Allah, mudahmudahan Dia menolong kita untuk selalu mentaati, berdzikir, bersyukur, serta beribadah dengan baik kepada-Nya.

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم