Bismillah. Was shalatu wassalamu ‘ala Rasulillah, wa ‘ala alihi wa shahbihi ajma’in.
Pembagian dosa
Menurut para ulama, dosa dibagi menjadi dua, yaitu dosa besar dan dosa kecil. Dosa kecil ialah setiap kemaksiatan yang dilakukan karena alpa atau lalai dan tidak henti-hentinya orang itu menyesali perbuatannya, sehingga rasa kenikmatannya dengan maksiat tersebut terus memudar. Adapun pengertian dosa besar ialah setiap dosa yang mengharuskan adanya had (hukuman) di dunia, atau yang diancam oleh Allah dengan neraka, laknat, atau murka-Nya. Dari kedua pembagian dosa di atas, kita akan memfokuskan pembahasan pada dosa-dosa besar dan contoh-contohnya.
Contoh-contoh dosa besar
Nabi Muhammad shallallāhu ’alaihi wa sallam bersabda, “Jauhilah oleh kalian tujuh dosa yang membinasakan”. Para sahabat bertanya, “Apa itu?”. Beliau menjawab, “Menyekutukan Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah kecuali dengan benar, memakan harta anak yatim, memakan riba, melarikan diri dari peperangan, menuduh berzina wanita-wanita mukminah yang suci.” (HR. Bukhari dan Muslim)
[1] Syirik
Para pembaca yang semoga dirahmati Allah, tentu banyak dari kita sudah sering mendengar perkara ini, bahkan sebagian kita mungkin saja ada yang sudah bosan mendengarnya. Memang sudah sangat sering kita mendengarkan permasalahan syirik, namun banyak dari kita yang masih saja terjerumus kedalamnya secara sadar atau tidak sadar. Padahal Allah telah berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik dan Ia mengampuni dosa yang levelnya di bawah syirik bagi siapa yang Ia kehendaki” (QS. An Nisaa : 48). Bahkan di dalam ayat lain, Allah mengancam pelaku kesyirikan dengan neraka, sebagaimana firman Allah (yang artinya), “Barangsiapa yang menyekutukan Allah, sungguh Allah telah mengharamkan baginya surga dan tempat kembalinya adalah neraka” (QS. Al Maa-idah : 72). Allah dengan tegas menyatakan bahwa perkara kesyirikan merupakan sebuah perkara yang dapat menyeret pelakunya ke dalam neraka. Maka apakah kita tidak lagi tertarik untuk mempelajari perkara ini?
[2] Sihir
Sihir merupakan sebuah perkara yang sudah terkenal di masyarakat. Sihir banyak sekali macamnya. Mulai dari jengges, pelet, santet, dan masih banyak lagi. Ternyata praktek ini juga sudah ada sejak zaman dahulu. Sebagaimana yang Allah ceritakan tentang peperangan Nabi Musa dengan para penyihir fir’aun di dalam surat Thaha yang berakhir dengan penyaliban para penyihir tersebut oleh fir’aun karena keimanan mereka. Akan tetapi ada yang berbeda dari praktek sihir yang ada di zaman sekarang. Kami telah melihat beberapa waktu lalu, ada seorang dukun yang mengaku-ngaku sebagai seorang ustadz dan ia memberikan pengobatan kepada pasiennya melalui sihir. Maka berhati-hatilah wahai saudaraku sekalian!
[3] Membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah kecuali dengan benar
Dewasa ini, sangat mudah sekali kita menjumpai pembunuhan dengan beragam motifnya. Karena hutang, perampokan, bahkan ada yang lebih parah lagi, hanya gara-gara rebutan lahan parkir, sebagian dari kita saling membunuh. Na’udzubillah. Sudah lupakah kita dengan firman Allah Ta’ala (yang artinya), “Barangsiapa yang membunuh seorang mu’min secara sengaja, maka balasannya ialah neraka jahannam yang ia kekal didalamnya, Allah murka kepadanya dan melaknatnya. Lalu Ia akan menyiapkan siksaan yang besar” (QS. An Nisaa : 93). Maka apakah kita tidak takut dengan ancaman Allah pada ayat di atas, dengan balasan neraka jahannam bagi para pembunuh?
[4] Memakan harta anak yatim
Dan salah satu dosa besar yang kerap terjadi adalah memakan harta anak yatim. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Barangsiapa yang memakan harta anak yatim secara zhalim, maka sesungguhnya mereka telah memasukkan api ke dalam perutnya, dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala” (QS. An Nisaa : 10). Apabila kita telah diberi amanah oleh seseorang untuk mengelola dana untuk keperluan anak yatim, maka janganlah sekali-kali kita berani memakannya dengan cara yang zhalim. Apalagi jika kita sampai mengkorupsi harta tersebut, karena Allah telah mengancam orang-orang yang melakukan hal tersebut dengan neraka yang menyala-nyala. Maka berhati-hatilah terhadap harta anak yatim wahai saudaraku.
[5] Memakan riba
Riba merupakan sebuah duri yang banyak manusia tertusuk olehnya. Akan tetapi anehnya, banyak dari mereka yang tidak merasakan sakitnya. Bahkan mereka merasa manis dengan tusukan-tusukannya. Bunga yang ditawarkan oleh bank-bank konvensional merupakan daya tarik tersendiri bagi orang yang tidak tahu. Namun sejatinya kita harus mengetahui bahwasannya riba merupakan sebab peperangan yang Allah umumkan kepada hamba-Nya, sebagaimana firman-Nya (yang artinya), “Maka jika mereka tidak mengerjakannya (meninggalkan riba), maka ketahuilah bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu.” (QS. Al Baqarah : 279). Apabila Allah telah mengumumkan peperangan kepada seorang hamba, maka apalagi yang bisa ia lakukan?
[6] Melarikan diri dari peperangan
Sungguh pembaca yang budiman, sikap di atas merupakan sikap yang dibenci oleh Allah. Allah mengancamnya dengan firman-Nya (yang artinya), “Barangsiapa yang membelakangi mereka (mundur) di waktu itu, kecuali berbelok untuk siasat perang atau hendak bergabung dengan pasukan yang lain, maka sesungguhnya orang itu kembali dengan kemurkaan Allah, dan tempat kembalinya ialah neraka jahannam, dan amat buruklah tempat kembalinya” (QS. Al Anfal :16). Dan hanya kepada Allah kita memohon keberanian.
[7] Menuduh wanita mukminah yang suci telah berzina
Allah berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita baik-baik yang lemah dan beriman berbuat zina, maka mereka dilaknat di dunia dan di akhirat dan bagi mereka siksaan yang besar” (QS. An Nur : 23). Maka siapapun orang yang menuduh wanita mukminah telah melakukan perzinaan tanpa bisa mendatangkan empat orang saksi, sungguh dia akan masuk ke dalam ancaman Allah pada ayat di atas apabila ia tidak bertaubat.
Jauhilah ia maka engkau akan masuk surga
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang kamu dilarang mengerjakannya, niscaya akan kami hapus kesalahan-kesalahanmu dan kami masukkan engkau ke tempat yang mulia (surga)” (QS. An Nisa : 31). Demi untuk meraih tempat mulia yang telah dijanjikan oleh Allah berupa surga, maka hendaklah kita bersemangat untuk meninggalkan dosa-dosa tersebut.
Penulis : Seno Aji Imanullah (Santri Ma’had Al ‘Ilmi Yogyakarta)
Muroja’ah : Ustadz Abu Salman
Ziyadah(tambahan) : Orang Yang Jelek Shalatnya
Dari Abu Hurairah radhiyallāhu ‘anhu, “Sesungguhnya Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam memasuki masjid, kemudian datang seorang laki-laki memasuki masjid dan shalat. Setelah selesai, orang tersebut bertemu Nabi dan mengucapkan salam kepada Nabi, Kemudian Nabi berkata, “Ulangi shalatmu karena sesungguhnya kamu tidak shalat”. Kemudian orang tersebut kembali melakukan shalat sebagaimana shalat sebelumnya dan kemudian bertemu Nabi seraya mengucapkan salam kepada Nabi. Kemudian Nabi berkata “Ulangi shalatmu, karena sesungguhnya kamu tidak shalat”. Dan hal ini dilakukan orang tersebut sampai 3 kali. Kemudian orang tersebut berkata, “Demi Dzat yang mengutusmu dengan benar, ajarkan shalat kepadaku”. Kemudian Nabi bersabda, “Jika engkau hendak melakukan shalat maka sempurnakanlah wudhu, kemudian shalatlah menghadap kiblat, kemudian bertakbirlah (Takbiratul ihram-pen), kemudian bacalah surat dari Al Qur’an yang mudah bagimu, kemudian ruku’ seraya thumaninah (tenang-pen), kemudian bangunlah (i’tidal-pen) seraya thumaninah, kemudian sujudlah seraya thumaninah, kemudian bangun dalam posisi duduk (duduk diantara dua sujud-pen) seraya thumaninah, dan lakukanlah hal itu semua dalam shalatmu”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Beberapa faidah dari hadits diatas :
- Yang termasuk syarat shalat yang disebutkan dalam hadits ini adalah adalah bersuci dan menghadap kiblat. Jika syarat shalat ini ditinggalkan secara sengaja dan karena lupa maka shalatnya batal
- Hadits ini menyebutkan berbagai macam rukun dalam shalat mulai dari takbiratul ihram sampai duduk diantara dua sujud. Jika rukun ini ditinggalkan secara sengaja maka shalat batal. Namun jika ditinggalkan karena lupa maka orang tersebut mengerjakan apa yang ditinggalkannya serta melakukan sujud sahwi
- Hadits ini juga menjadi dalil bahwa niat dalam shalat itu tidak diucapkan. Andai saja niat itu diucapkan tentu Nabi akan mengajarkan hal tersebut kepada sahabatnya
- Pentingnya thuma’ninah dalam ruku, i’tidal, sujud dan duduk diantara dua sujud
- Pentingnya mengilmui masalah shalat karena shalat merupakan rukun Islam yang kedua
- Pentingnya menuntut ilmu syar’i, karena tidaklah mungkin seorang muslim mengetahui rukun dan syarat shalat kecuali dengan belajar ilmu syar’i
Rujukan : Al Munakhkholah An Nuniyyah karya Murad Syukri
Penulis : Mohammad Darus Salam (Santri Ma’had Al ‘Ilmi Yogyakarta)