بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Kajian Kitab: 𝕀𝕘𝕙𝕠𝕥𝕤𝕒𝕥𝕦𝕝 𝕃𝕒𝕙𝕗𝕒𝕟 𝕄𝕚𝕟 𝕄𝕒𝕤𝕙𝕠𝕪𝕚𝕕𝕚𝕤𝕪 𝕊𝕪𝕒𝕚𝕥𝕙𝕒𝕟
(Penolong Orang yang Terjepit – Dari Perangkap Syaitan)
Karya: Ibnul Qayyim al-Jauziyah 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱.
Pemateri: Ustadz Isnan Efendi, Lc. MA. 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Pertemuan: 01 Dzulhijjah 1445 / 7 Juni 2024



Bab 13 – 24 – Termasuk Tipu Daya Syetan Adalah Berhala dan Mengundi Nasib

Di antara tipu daya syetan yang paling besar adalah apa yang ia pancangkan buat manusia berupa berhala dan mengundi nasib, yang keduanya merupakan kebiasaan syetan itu sendiri. Allah memerintahkan agar hal-hal tersebut dijauhi, dan menggantungkan keberuntungan dengan menjauhinya.

Allah befirman,

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالْاَنْصَابُ وَالْاَزْلَامُ رِجْسٌ مِّنْ عَمَلِ الشَّيْطٰنِ فَاجْتَنِبُوْهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ

Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya minuman keras, berjudi, (berkurban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah, adalah perbuatan keji dan termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah (perbuatan-perbuatan) itu agar kamu beruntung. (QS Al-Maidah ayat 90).

Al-anshab (berhala-berhala) adalah setiap yang ditegakkan untuk disembah selain Allah, baik berupa batu, pohon, patung maupun kuburan, bentuk mujrad-nya adalah nushub.

Ibnu Abbas berkata, “la adalah berhala-berhala yang mereka sembah selain Allah.” Az-Zajjaj berkata, “la adalah bebatuan yang dahulu mereka sembah, dan itulah patung-patung.” Al-Farra’ berkata, “la adalah tuhan-tuhan yang disembah, baik berupa bebatuan maupun lainnya.” (Jami’ul Bayan (7/32).

Adapun asal makna al-anshab yaitu sesuatu yang ditegakkan (tugu) sehingga dituju oleh orang yang melihatnya, termasuk dalam makna ini adalah firman Allah,

يَوْمَ يَخْرُجُوْنَ مِنَ الْاَجْدَاثِ سِرَاعًا كَاَنَّهُمْ اِلٰى نُصُبٍ يُّوْفِضُوْنَۙ

(yaitu) pada hari ketika mereka keluar dari kubur dengan cepat seakan-akan mereka pergi dengan segera kepada berhala-berhala (sewaktu di dunia), (QS Al-Ma’arij ayat 43)

Ibnu Abbas berkata, “Pergi dengan segera ke suatu tujuan atau bendera.” Al-Hasan berkata, “Yakni mereka pergi dengan segera ke berhala-berhala mereka, agar mendapatkannya pertama kali.” Dan inilah pendapat sebagian besar ahli tafsir. (Tafsir Ibnu Katsir (4/662). Adapun maksudnya, nushub adalah segala sesuatu yang ditegakkan, baik dari kayu, batu atau bendera. Sedangkan al-azlam menurut Ibnu Abbas Radhiyallahu’anhu yaitu anak panah yang mereka gunakan untuk mengundi urusan mereka. Sa’id bin Jubair berkata, “Mereka dahulu memiliki beberapa batu kerikil, jika mereka ingin berperang atau diam saja di rumah, mereka mengundi dengannya.” Ada pula yang mengatakan, “Azlam adalah istiqsam yaitu mengharuskan diri mereka mematuhi apa yang diperintahkan oleh anak panah, sebagaimana halnya sumpah (yang bersifat haruskan).”

Az-Zuhri berkata, “Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah.’ (Al-Ma’idah: 3). Maksudnya engkau meminta kepada anak panah apa yang dia bagikan untukmu dari dua pilihan.” Abu Ishaq Az-Zajjaj dan lainnya berkata, “Mengundi nasib dengan anak panah adalah haram.” Dan hal itu tidak ada bedanya dengan ucapan ahli nujum, “Kamu jangan keluar karena bintang ini, dan keluarlah karena munculnya bintang itu”, sebab Allah befirman, “Dan tiada seorangpun yang mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok.” (Luqman: 34).

Dan hal itu berarti memasuki wilayah ilmu Allah, yang tentu ia adalah gaib bagi kita. Karena itu, ia hukumnya haram sebagaimana undian nasib yang disebutikan Allah Ta’ala.

Al-Qadhi Ibnul Arabi Al-Maliki dalam Ahkamul Qur’an (1/225) memiliki ucapan yang bagus tentang tafsir ayat ini berikut hukum-hukumnya, karena itu silahkan merujuknya.

Al-Hafizh Abu Muhammad menukil apa yang dilakukan oleh sebagian ahli ilmu di negeri Afrika, “Bahwasanya di pinggir negeri itu terdapat mata air yang disebut dengan mata air penyembuhan. Orang-orang awam terkena fitnah olehnya, sehingga mereka berduyun-duyun dari berbagai negeri mendatanginya. Orang yang belum menikah, belum mempunyai anak akan dikatakan padanya, ‘Ikutlah aku ke mata air penyembuhan.’ Dari sini Al-Hafizh Abu Muhammad mengetahui bahwa di dalamnya ada fitnah. Maka beliau keluar di pagi buta dan melenyapkannya, lalu beliau adzan subuh di atasnya, selanjutnya berkata, ‘Sesungguhnya aku melenyapkan ini karena-Mu, karena itu janganlah Engkau jadikan ada orang yang masih memuliakannya’.” Dan memang setelah itu tidak ada lagi orang yang memuliakannya hingga sekarang.

Dahulu, di Damaskus juga banyak didapati patung-patung, tetapi kemudian Allah memudahkan penghancurannya di tangan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, dan orang-orang muwahhidin lainnya. Seperti tiang keramat, patung di Masjid Naring, yang ada di sisi mushalla yang dikembalikan lagi oleh orang-orang bodoh, juga patung yang ada di bawah penggilingan, yang ada dekat pemakaman Nasrani, orang-orang senantiasa datang mencari barakah dengannya, juga lukisan patung di sisi Sungai Al-Qalluth, mereka bernadzar untuknya serta mencari barakah dengannya, dan Allah menumbangkan patung yang ada di sisi ArRuhabah yang diterangi lampu, yang dengannya orang-orang musyrik mencari barakah, ada juga tiang panjang yang di atasnya terdapat batu berbentuk bola. Dan di Masjid Darbul Hajar terdapat pula patung, di atasnya kemudian dibangun tempat ibadah kecil, yang disembah oleh orang-orang musyrik, semoga Allah memudahkan penghancurannya.

Termasuk perdayaan syetan terbesar adalah ia menetapkan untuk orang-orang musyrik suatu kuburan keramat agar diagung-agungkan manusia, lalu ia menjadikannya sebagai sesembahan yang disembah selain Allah. Kemudian ia membisikkan kepada kekasih-kekasihnya bahwa siapa yang melarang beribadah kepadanya atau melakukan perayaan di kuburannya atau menjadikannya sebagai patung maka berarti dia telah melecehkannya dan menghilangkan hak-haknya. Dari sini, orang-orang bodoh dari kalangan orang-orang musyrik, berusaha membunuh orang tersebut, menyiksa atau mengkafirkannya. Dan menurut orang-orang musyrik tersebut, dosa orang itu adalah karena ia memerintahkan sesuai dengan perintah Allah dan Rasul-Nya, dan karena ia melarang apa yang dilarang Allah dan Rasul-Nya. Sebab orang itu mengatakan bahwa menjadikan kuburan sebagai patung dan tempat perayaan, menyalakan lampu di atasnya, membangun masjid di atasnya, memberi kubah di atasnya, mengapurnya, mengusap dan menciumnya, meminta kepadanya, menjadikannya sebagai perantara dalam berdoa, menjadikannya sebagai tujuan wisata atau menjadikannya sebagai tempat minta pertolongan selain Allah, dan hal-hal lain yang wajib diketahui umat Islam sebagai sesuatu yang bertentangan dengan apa yang dengannya Allah mengutus Rasul-Nya; berupa pemurnian tauhid kepada Allah dan agar tidak menyembah kecuali kepada Allah. Jika orang yang bertauhid melarang dari hal-hal demikian maka orang-orang musyrik itu pun marah dan hati mereka menjadi benci, bahkan mereka juga berkata, “la telah mengurangi hak orang-orang yang bermartabat mulia dan mengira mereka tidak mempunyai kehormatan dan kedudukan.”

Lalu hal itu merasuk dalam jiwa orang-orang bodoh dan rakyat jelata, juga pada mayoritas orang-orang yang kepada mereka dinisbatkan ilmu, sehingga mereka memusuhi para ahli tauhid, menuduh mereka melakukan dosa besar serta memperingatkan manusia dari mereka. Sebaliknya mereka setia dan mengagungkan para ahli syirik. Mereka mengira bahwa orang-orang musyrik itulah para wali Allah dan para penolong agama dan Rasul-Nya. Padahal Allah tidak menghendaki yang demikian. Mereka itu bukanlah para wali Allah! Para wali Allah hanyalah orang-orang yang mengikuti Rasul-Nya, yang perilakunya sesuai dengannya, yang memahami apa yang beliau bawa, dan yang menyeru kepadanya. Mereka bukanlah orang yang kenyang dengan sesuatu yang tidak diberikan, yang memakai pakaian dusta, yang menghalangi manusia dari Sunnah Nabi mereka, yang mencari jalan bengkok, tetapi mengira bahwa mereka telah berbuat baik.

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم