بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Kajian Senin – Kitab Ad Daa’ wa Ad Dawaa’
Karya: Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah Rahimahullah
Bersama: Ustadz Abu Hazim Syamsuril Wa’di, SH, M.Pd Hafidzahullah
Al Khor, 10 Rajab 1445 / 22 Januari 2024


🎞️ Pertemuan 3 Rajab 1445: Lihat via Facebook


BAB VII: MENJAGA KESUCIAN DIRI

G. Dua Cara dalam Terapi Penyembuhan dari Penyakit Homoseks 

Terdapat solusi dari pokok masalahnya (penyakit homoseks ini). Tidaklah Allah menurunkan suatu penyakit, melainkan Dia juga menurunkan obatnya.

Pembicaraan tentang terapi penyembuhan penyakit ini berkisar pada dua jalan berikut ini:

1. Mencegah faktor-faktor pendukungnya sebelum terkena penyakit ini.
2. Menghilangkan penyakit ini setelah terkena penyakit ini.

Keduanya merupakan perkara mudah bagi orang yang dimudahkan Allah. Sebaliknya, orang-orang yang tidak dibantu oleh Dia akan terhalang darinya. Sungguh, kendali dari seluruh perkara berada di tangan-Nya.

Jalan pencegahan dari timbulnya penyakit ini meliputi dua cara:

1. Menundukkan pandangan dari hal-hal yang diharamkan olehNya untuk dipandang.

Pandangan merupakan panah beracun dari anak-anak panah Iblis. Barang siapa mengumbar pandangannya maka panjanglah penyesalannya.

📖  Syarah oleh Syeikh Abdurrazaq Al-Badr Hafidzahullah : 

Seberat itukah seseorang yang melepaskan pandangan pada penyakit yang didapatkan serta sakit dalam hatinya dengan segala penyakit yang merusak. Jawabannya iya.

Ketahuilah bahwa penyakit zina adalah jalan yang buruk, Allâh ﷻ mendahulukan tentang zina diawali dengan perintah menundukkan pandangan dan jaga kemaluan.

Allâh ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat An-Nur:

قُلْ لِّلْمُؤْمِنِيْنَ يَغُضُّوْا مِنْ اَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوْا فُرُوْجَهُمْۗ ذٰلِكَ اَزْكٰى لَهُمْۗ اِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌۢ بِمَا يَصْنَعُوْنَ

30. Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu, lebih suci bagi mereka. Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.

Karena mata adalah celah bergantungnya hati yang menyebabkan hati menjadi sakit. Maka jika hati tidak ingin sakit, pintunya harus ditutup. Sebagai permisalan, jika kita mencium bau busuk di rumah, tentu kita akan menutup pintu dan jendela agar bau itu tidak masuk ke dalam rumah. Demikian juga hati, agar tetap bersih jendela mata harus tetap dijaga bersih…

Intinya, setiap mukmin harus memiliki sifat khauf (takut) dan muraqabah (selalu diawasi) oleh Allâh ﷻ.

Karena kerusakan zaman sekarang, tidak pernah digambarkan parahnya oleh para salaf terdahulu. Dengan handphone setiap manusia bisa dengan tenang melihat hal-hal yang di haramkan di tempat ramai tanpa ada kegelisahan, dan ini lebih berat daripada melihat langsung. Yang dengan berbagai alasan, tentu akan lebih berat dibandingkan dengan melihat melalui layar handphone. Nasalullaha salaamah wal aafiyah…

Di dalam menjaga pandangan terdapat berbagai manfaat—sekaligus merupakan bagian dari pengobatan yang manjur di antaranya:

1. Menundukkan pandangan merupakan wujud pelaksanaan perintah Allah.

Ia merupakan puncak kebahagiaan seorang hamba, baik dalam kehidupan dunia maupun akhiratnya. Tidak ada yang lebih bermanfaat bagi seorang hamba selain dari melaksanakan perintah-perintah Rabbnya Tabaaraka wa Ta’aala. Tidaklah terdapat seseorang yang berbahagia di dunia dan akhirat, melainkan dikarenakan tekun melaksanakan perintah-Nya. Tidaklah pula terdapat seseorang yang sengsara di dunia dan di akhirat, melainkan disebabkan menyia-nyiakan perintah-Nya.

2. Menundukkan pandangan dapat mencegah sampainya pengaruh panah beracun (yang dilepaskan oleh Iblis) ke hati, yang dapat membinasakannya.


🎞️ Pertemuan 17 Rajab 1445: Lihat via Facebook

3. Menundukkan pandangan menentramkan hati.

Sekaligus memusatkan hati dan mendekatkannya dengan Allah. Sebaliknya, mengumbar pandangan akan menceraiberaikan hati serta menjauhkannya dari Allah. Tidak ada yang lebih membahayakan hati selain dari mengumbar pandangan, karena ia menimbulkan rasa hampa di antara seorang hamba dan Rabbnya.

📖 Syarah oleh Syeikh Abdurrazaq Al-Badr Hafidzahullah : 

Ini juga sangat penting karena orang yang melepaskan pandangan dapat merusak hati pada penyakit isy (cinta) dan semu. Menyebabkan ketergantungan hati dan berkaitan hati dengannya, sampai ketika dalam beribadah. Sebagian orang merasa hatinya dalam pemikiran dosa atau syahwatnya meskipun ia berkumpul Jama’ah dengan manusia.

Contoh lainnya, orang yang sedang thawaf melihat orang lain maka akan merusak hati karena memandang lawan jenis.

Seandainya tidak ada faedah menjaga pandangan kecuali hanya terjaganya hati dengan Allâh ﷻ, maka itu sudah cukup.

4. Menundukkan pandangan dapat menguatkan dan menggembirakan hati.

Sebagaimana mengumbar pandangan bisa melemahkan dan membuat hati sedih.

📖 Syarah oleh Syeikh Abdurrazaq Al-Badr Hafidzahullah : 

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan hal ini juga sangat penting, Allâh ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Yunus ayat 58:

قُلْ بِفَضْلِ اللّٰهِ وَبِرَحْمَتِهٖ فَبِذٰلِكَ فَلْيَفْرَحُوْاۗ هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُوْنَ

Katakanlah (Muhammad), “Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Itu lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan.”

Ketika Allâh ﷻ memberikan rahmat kepada seseorang maka Dia akan memberikan kekuatan kepada hatinya. Jika seorang yang tidak kuat maka ia akan mudah tergoda.

Orang yang kuat, hatinya akan merasa senang dan penuh ketenangan, dan ini tidak akan dirasakan orang yang selalu melepaskan pandangannya, hatinya selalu sedih.

5. Menundukkan pandangan dapat mengumpulkan cahaya untuk hati.

Sebagaimana mengumbar pandangan dapat mengumpulkan kegelapan. Oleh karena itu, Allah menyebutkan ayat tentang “cahaya” Setelah menyebutkan perintah untuk menjaga pandangan, sebagaimana terlihat pada firman-Nya di bawah ini:

قُلْ لِّلْمُؤْمِنِيْنَ يَغُضُّوْا مِنْ اَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوْا فُرُوْجَهُمْۗ

“Katakanlah kepada laki-laki yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya ….” (QS. An-Nuur: 30)

۞ اَللّٰهُ نُوْرُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ مَثَلُ نُوْرِهٖ كَمِشْكٰوةٍ فِيْهَا مِصْبَاحٌۗ

Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahayaNya, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar…” (QS. An-Nuur: 35)

Artinya, seperti cahaya Allah dalam hati hamba-Nya yang mukmin yang mengerjakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.

Jika hati bercahaya, maka datanglah seluruh utusan kebaikan dan segala penjuru, sebagaimana halnya jika hati itu gelap gulita maka datanglah berbagai bencana dan kejelekan dari semua tempat. Bid’ah, kesesatan, hawa nafsu, jauhnya petunjuk, keberpalingan dari sebab-sebab kebahagiaan, serta kesibukan dengan sebab-sebab kesengsaraan, semua itu, dapat dihilangkan oleh cahaya yang terdapat di hati. Jika cahaya ini hilang, maka pemiliknya seperti orang buta yang berkeliling pada malam yang gelap gulita.

📖 Syarah oleh Syeikh Abdurrazaq Al-Badr Hafidzahullah : 

Bahwasanya seperti halnya penjelasan sebelumnya, pintu masuk hati adalah mata, maka jika menjaga pandangannya, maka Allâh ﷻ akan mendatangkan cahaya ke dalam hatinya.

Inilah faedah yang besar, yaitu cahaya akan datang karena menjaga pandangan yang mendatangkan kebaikan. Hati ada dua, hati yang terang dan hati yang gelap. Cahaya yang terang, akan menghalangi dia dari keburukan dan perbuatan bid’ah.

6. Menundukkan pandangan mewariskan firasat (akal) yang benar.

Yakni dalam membedakan perkara yang haq dan yang bathil, serta yang jujur dan yang dusta.

Ibnu Syuja’ al-Karmani berkata: “Barang siapa yang memenuhi lahirnya dengan meneladani sunnah dan batinnya dengan pengawasan Allah, menjaga pandangannya dari perkara-perkara yang diharamkan, menahan dirinya dari berbagai syubhat, serta menyantap barang yang halal, maka firasatnya tidak akan salah.” Oleh karena itulah, firasat beliau ini pun tidak salah.

Allâh ﷻ membalas perbuatan hamba sesuai dengan jenis amalnya “Barang siapa meninggalkan sesuatu karena Allah, maka Allah akan menggantikannya dengan yang lebih baik daripadanya.”

Redaksi ini adalah lafazh hadits shahih yang diriwayatkan oleh Ahmad (V/363) dan selainnya, dengan sanad shahih. Lihat kitab Mawaaridul Amaan (hlm. 102).

Oleh sebab Itu, jika seseorang menjaga pandangannya dari perkara-perkara yang diharamkan, maka Allah akan memberikan ganti untuknya, yaitu memberikan cahaya pada pandangannya. Selain itu, dibukakanlah pintu ilmu, iman, pengetahuan, dan firasat yang benar, yang hanya keluar dari hati yang bersih.

Lawan dari perkara ini adalah sifat yang Allah berikan kepada pelaku homoseks, yakni berupa ‘amah (kebingungan dan kebimbangan) yang merupakan lawan dari bashirah (pandangan hati).

Allâh ﷻ berfirman:

لَعَمْرُكَ اِنَّهُمْ لَفِيْ سَكْرَتِهِمْ يَعْمَهُوْنَ

(Allah berfirman), “Demi umurmu (Muhammad), sungguh, mereka terombang-ambing dalam kemabukan (kesesatan).” (QS. Al-Hjjr: 72)

Allah menyifati mereka dengan mabuk, yang merupakan rusaknya akal, serta ‘amah (kebingungan dan kebimbangan) yang merupakan rusaknya bashirah (pandangan hati).

Keterikatan dengan rupa menyebabkan rusaknya akal, bimbangnya pandangan, dan mabuknya hati. Hal ini sebagaimana dikatakan penya’ir:

Dua jenis mabuk: mabuk hawa nafsu dan mabuk khamer, kapankah seorang yang terkena dua mabuk itu bisa sadar?

Sebagian lagi berkata:

Mereka berkata: “Kau dibuat gila oleh yang kau cintai,” namun kujawab: “Kasmaran jauh lebih parah daripada sekadar gila.”

Orang yang kasmaran tidak akan sadar selamanya, sedangkan orang gila tidak sadar beberapa saat saja.


Pertemuan: 24 Rajab 1445 

🎞️ Lihat di Facebook


7. Menundukkan padangan dapat mewariskan keteguhan, kekokohan, keberanian, dan kekuatan dalam hati.

Sebab, Allah menggabungkan antara daya pertolongan dan hujjah dengan daya kemampuan dan kekuatan, sebagaimana disebutkan dalam atsar: “Orang yang dapat menyelisihi hawa nafsunya, niscaya syaitan akan lari dari bayangannya.”

Kebalikan dari hal ini, kamu mendapati kerendahan dan kehinaan jiwa pada orang yang mengikuti hawa nafsunya, seperti halnya yang Allah tetapkan menimpa orang-orang yang durhaka terhadap-Nya.

▪️ Syarah oleh Syeikh Abdurrazaq Al-Badr Hafidzahullah :

Inilah kembali kepada balasan amal sesuai dengan perbuatan, barangsiapa yang berbuat baik maka akan kembali kepadanya. Sama halnya orang-orang yang menjaga hatinya akan mengokohkan hati dan sebaliknya, orang yang mengumbar pandangan akan menghinakan hatinya.

Sebagaimana dikatakan oleh al-Hasan: “Sungguh, meskipun bighal mereka mengetuk bumi dan kuda-kuda mereka berjalan dengan megah, kerendahan maksiat tetap menyertai mereka. Allah tidak menginginkan selain kerendahan bagi orang yang mendurhakai-Nya.”

▪️ Syarah oleh Syeikh Abdurrazaq Al-Badr Hafidzahullah:

Seandainya mereka memiliki berbagai macam bentuk kenikmatan, baik kendaraan atau rumah yang megah, Allâh ﷻ tidak akan mempedulikan karena kehormatan dilihat dari ketaatan seseorang.

Allah menjadikan kemuliaan sebagai pasangan dari ketaatan kepada-Nya, dan kehinaan sebagai pasangan dari maksiat kepada-Nya.

Allâh ﷻ berfirman:

وَلِلّٰهِ الْعِزَّةُ وَلِرَسُوْلِهٖ وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ

“.. Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang Mukmin ….” (QS. Al-Munaafiquun: 8)

وَلَا تَهِنُوْا وَلَا تَحْزَنُوْا وَاَنْتُمُ الْاَعْلَوْنَ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ

Dan janganlah kamu (merasa) lemah, dan jangan (pula) bersedih hati, sebab kamu paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang beriman.” (QS. Ali ‘Imran: 139)

Iman merupakan ucapan dan perbuatan, baik secara lahir maupun batin.

Allâh ﷻ berfirman:

مَنْ كَانَ يُرِيْدُ الْعِزَّةَ فَلِلّٰهِ الْعِزَّةُ جَمِيْعًاۗ اِلَيْهِ يَصْعَدُ الْكَلِمُ الطَّيِّبُ وَالْعَمَلُ الصَّالِحُ يَرْفَعُهٗ

Barang siapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah kemuliaan itu semuanya. Kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang shalih dinaikkan-Nya....” (QS. Faathir: 10)

Artinya, siapa saja yang menginginkan kemuliaan hendaknya mencarinya dengan ketaatan kepada Allah dan berdzikir kepada-Nya baik berupa ucapan yang baik maupun amal shalih.

Disebutkan dalam do’a Ounut:

إِنَّهُ لَا يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ، وَلَا يَعِزُّ مَنْ عَادَيْتَ ،

Sesungguhnya tidak akan hina siapa saja yang Engkau kasihi dan tidak akan mulia siapa saja yang Engkau musuhi.”

▪️ Syarah oleh Syeikh Abdurrazaq Al-Badr Hafidzahullah:

Ini adalah faedah-faedah yang sangat penting dalam bab ini, bahwasanya Allâh ﷻ menggandengkan kemuliaan dengan ketaatan dan kehinaan dengan kemaksiatan.

Kemuliaan ada di tangan Allâh ﷻ bagi Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman. Kemuliaan sebanding dengan keimanan. Semakin bertambah keimanan akan meninggikan kemuliaan seseorang.

Kemuliaan akan diberikan kepada orang-orang yang beriman, semakin beriman maka akan bertambah kemuliaan dan kehinaan didapatkan karena kemaksiatan, semakin bermaksiat maka akan semakin hina.

Maka, orang-orang yang menundukkan pandangan, Allâh ﷻ akan memuliakan mereka. Dan orang-orang yang mengumbar pandangan, Allâh ﷻ akan menghinakan mereka.

8. Menundukkan pandangan dapat mencegah masuknya syaitan menuju hati.

Masuknya syaitan menuju hati melalui pandangan lebih cepat dibandingkan masuknya udara ke tempat yang kosong. Selanjutnya, syaitan akan menggambarkan dan menghiasi rupa orang yang tadi dipandangnya, kemudian menjadikannya sebagai berhala yang senanuasa diagungkan oleh hati. Sesudah itu, syaitan menjanjikan, menimbulkan angan-angan, menyalakan gejolak api syahwat di hati, dan melemparkan kayu-kayu bakar kemaksiatan yang hal ini tidak mungkin tercapai, melainkan dengan gambaran tersebut, sehingga hati pun ibarat berada dalam kobaran api.

Di antara kobaran tersebut terdapat napas-napas yang mendapati sengatan, gemuruh, dan luapan api. Hati diliputi oleh api dari segala penjuru. Ia berada di tengah-tengahnya seperti kambing yang berada di tengah tungku api. Oleh karena itu pula, hukuman bagi orang-orang yang suka memuaskan hawa nafsunya dengan tubuh yang diharamkan adalah dijadikan tungku api untuk mereka di alam Barzakh. Roh-roh mereka dititipkan di tungku api tersebut sampai datangnya hari berhimpun. Hal ini sebagaimana yang Allah perlihatkan kepada Nabi-Nya ﷺ melalui mimpi, yang disebutkan dalam hadits yang telah ditepakati keshalihannya. Yaitu HR. Al-Bukhari (no. 6640) dan Muslim (no. 2275) dari Samurah.

▪️ Syarah oleh Syeikh Abdurrazaq Al-Badr Hafidzahullah:

Ini juga kembali kepada qaidah syariat bahwa: ketentuan Allah berupa al-jaza min jinsil amal “Balasan akan didapat sesuai dengan amal perbuatan”. Orang yang berbuat baik, akan mendapat balasan kebaikan. Dan orang yang berbuat jahat, akan mendapat balasan yang buruk.

Maka diberikan balasan dari jenis amalannya. Dimana di dunia berada di tengah-tengah syahwat yang berkobar dan di akhirat di tengah-tengah tungku neraka.

Siapa yang dimuliakan Allâh ﷻ maka Allâh ﷻ akan selamatkan mereka. Dan setan memiliki tempat di hati seseorang dan dapat menguasai dari arah mata. Dan dihiasi oleh setan pada dirinya sehingga timbul isy – kobaran api-api syahwat yang tadinya tidak ada pada dirinya.

Dalam hadist lain, ketika seseorang menguap hendaknya menahan mulutnya agar setan tidak masuk. Dan ini menunjukkan setan memiliki arah untuk masuk.

9. Menundukkan pandangan membuat hati terfokus untuk berpikir mengenai kemaslahatan dan menyibukkan diri dengannya.

Sedangkan mengumbar pandangan justru akan melupakan sekaligus menghalangi hal ini. Urusan yang bersangkutan pun kacau balau karenanya. Ia terjatuh dalam kelalaian dari berdzikir kepada Rabbnya disebabkan selalu menuruti hawa nafsu.

Allâh ﷻ berfirman:

وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُۥ عَن ذِكْرِنَا وَٱتَّبَعَ هَوَىٰهُ وَكَانَ أَمْرُهُۥ فُرُطًا

Dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.” (QS. Al-Kahfi: 28)

Mengumbar pandangan menyebabkan terjadinya tiga perkara di atas, sesuai dengan tingkatannya:
▪️ Dilalaikan hatinya
▪️ Mengikuti hawa nafsu
▪️ Berlebih-lebihan

▪️ Syarah oleh Syeikh Abdurrazaq Al-Badr Hafidzahullah :

Ini adalah faedah yang penting, karena mata apabila dilepaskan maka hatinya akan disibukkan dengan syahwatnya.

Sebagian orang saking luasnya syahwat dalam hatinya, maka dia tidak bisa melihat adanya tempat yang baik dalam hatinya. Sebaliknya orang yang menjaga pandangannya, maka dia akan bisa melihat luasnya kemaslahatan dalam hatinya.


Pertemuan 2 Sya’ban 1445:

🎞 Lihat di Facebook Kajian ini


10. Antara mata dan hati terdapat saluran dan jalan yang saling berkaitan antara yang satu dengan yang lain.

Salah satunya menjadi baik jika yang lainnya baik: begitu pula salah satunya pasti rusak apabila yang lainnya rusak. Jika hati itu telah rusak, niscaya pandangan menjadi rusak. Demikian juga sebaliknya, jika pandangan telah rusak, maka hati pun turut rusak.

Hal yang sama akan terjadi dari sisi kebaikan. Jika mata rusak, pasti hati juga rusak. Akibatnya, hati menjadi seperti tempat sampah yang menampung berbagai najis dan kotoran, sehingga hati tidak lagi layak menjadi tempat mengenal Allah, mencintai dan bertaubat kepadaNya, serta merasa tenteram dan gembira berada di sisi-Nya. Bahkan, hati menjadi tempat bagi kebalikan hal-hal positif tersebut.

Inilah sejumlah faedah dari menundukkan pandangan yang akan menuntunmu untuk mendapatkan faedah-faedah lainnya.

▪️  Syarah oleh Syeikh Abdurrazaq Al-Badr Hafidzahullah:

Inilah penjelasan Ibnul Qayyim sebagai penutup, bahwasanya ada saluran dari mata ke hati. Dan semuanya akan memiliki maslahat.

Hingga Ibnul Qayyim mengibaratkan seperti tong sampah, hingga tidak ada tempat lagi untuk menganal Allah ﷻ di dalamnya.

Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an:

اِنَّ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَاخْتِلَافِ الَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَاٰيٰتٍ لِّاُولِى الْاَلْبَابِۙ

QS Ali Imran 190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal.

Ini adalah saran yang baik bagi yang belum terkotori hatinya, agar menjaga pandangannya agar hatinya bersih dan mampu menampung kebaikan agar mengenal Allah ﷻ.

Cara kedua yang dapat mencegah sampainya penyakit homoseks ke dalam jiwa adalah:

2. Menyibukkan hati dengan perkara-perkara yang menjauhkan dan menghalanginya dari perbuatan tersebut, baik dengan rasa takut yang menggelisahkan maupun cinta yang mengganggu.

Ketika hati seseorang kosong dari rasa takut terhadap perkara yang jika hilang, maka bahayanya lebih besar dibandingkan jika mendapatkan apa yang dicintainya, atau kosong dari rasa takut terhadap perkara yang jika didapatkan maka bahayanya lebih besar daripada kehilangan apa yang dicintainya, atau mencintai sesuatu yang lebih bermanfaat dan lebih baik dibandingkan dengan apa yang dicintainya: yang jika hilang, maka bahayanya lebih besar daripada kehilangan apa yang dicintainya, maka dia sedang mengalami cinta semu.

Lebih jelasnya, sesungguhnya jiwa itu tidak akan meninggalkan sesuatu yang dicintai, kecuali apabila terdapat perkara lain yang lebih dicintai, atau merasa takut terhadap keburukan yang bahayanya lebih besar daripada kehilangan apa yang dicintainya tadi.

▪️ Syarah oleh Syeikh Abdurrazaq Al-Badr Hafidzahullah :

Perkataan Ibnul Qayyim rahimahullah dalam penjelasan ini adalah lanjutan dari penjelasan sebelumnya. Poin pertama adalah penjagaan hati agar tidak terjerumus ke dalamnya sedangkan poin keduanya adalah berkaitan dengan penyembuhan.

Beliau sudah menjelaskan tentang penjagaan pandangan mata yang merupakan pintu masuk ke dalam rusaknya kemaluan. Jika seseorang tidak menjaga pandangannya maka dia akan jatuh pada penyakit hati atau syahwat. Bisa saja dari pendengaran, tetapi biasanya dari mata.

Jika sudah tahu penyebabnya adalah karena pandangan matanya, maka kita harus menjaganya. Jika tempatnya baik maka baiklah isinya, dan jika tempatnya buruk maka buruknlah isinya.

Badan adalah perwujudan amalan-amalan hati. Sehingga Rasulullah ﷺ bersabda:

Ketahuilah bahwa dalam jasad manusia ada segumpal daging, jika baik maka baiklah seluruh anggota dan jika maka rusaklah seluruh anggota, ketahuilah itulah hati.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Penyakit syahwat akan semakin kokoh jika dia menjumpai hati yang kosong.

Kesimpulannya, hendaklah hati itu dimakmurkan dengan kebaikan. Apabila dia memakmurkannya dengan kebaikan dan keimanan, dia tidak akan mendapatkan peluang untuk memasukkan celah keburukan, karena dia akan menempati hati yang kosong.

Apabila hatinya makmur dengan keimanan, maka tidaklah ada jalan ke dalam yang dilarang. Ada dua hal dalam keadaan ini: Takut yang mengkhawatirkan kepada Allah ﷻ dan cinta yang menyibukkan pada manusia.

Makna lainnya adalah seperti Nabi ﷺ menjelaskan apa itu shiratul mustaqim. Beliau memberikan permisalan agar kita dapat memahaminya dengan mudah. Terdapat sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, at-Tirmidzi, dan selain keduanya, dari Nawas bin Sam’an radhiallahu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda,

إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ ضَرَبَ مَثَلًا صِرَاطًا مُسْتَقِيمًا عَلَى كَنَفَيِ الصِّرَاطِ سُوْرَانِ لَهُمَا أَبْوَابٌ مُفَتَّحَةٌ وَعَلَى الْأَبْوَابِ سُتُورٌ وَدَاعٍ يَدْعُو عَلَى رَأْسِ الصِّرَاطِ وَدَاعٍ يَدْعُو مِنْ فَوْقِهِ ( وَاللَّهُ يَدْعُو إِلَى دَارِ السَّلَامِ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ ) فَالْأَبْوَابُ الَّتِي عَلَى كَنَفَيِ الصِّرَاطِ حُدُودُ اللَّهِ لَا يَقَعُ أَحَدٌ فِي حُدُودِ اللَّهِ حَتَّى يُكْشَفَ سِتْرُ اللَّهِ وَالَّذِي يَدْعُو مِنْ فَوْقِهِ وَاعِظُ رَبِّهِ عَزَّ وَجَلَّ

“Sesungguhnya Allah ﷻ membuat perumpamaan dengan shirath yang lurus. Di sampingnya ada dua tembok yang mempunyai pintu terbuka. Dan di setiap pintu ada tirai dan penyeru yang mengajak kepada ujung shirat dan penyeru di atasnya. Dan Allah ﷻ mengajak ke Daar as-Salam dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki. Pintu-pintu yang ada di samping shirath adalah hududullah (larangan-larangan) Allah ﷻ. Dan tidak ada seorang pun yang jatuh kepada larangan Allah ﷻ sehingga membuka tirai. Dan penyeru yang ada di atasnya adalah peringatan Rabbnya ﷻ.

Seharusnya rasa takut ini dikembangkan oleh seorang mukmin yang merupakan pengikat hati seorang mukmin dengan izin Allah ﷻ. Dan yang mengusir keburukan masuk ke dalam hati adalah rasa takut kepadaNya.

Sehingga setiap keburukan yang akan masuk ke dalam hati akan ditolak oleh hati karena rasa takutnya.


Pertemuan 9 Sya’ban 1445:

🎞 Lihat di Facebook Kajian ini

2. Menyibukkan hati dengan perkara-perkara yang menjauhkan dan menghalanginya dari perbuatan tersebut, baik dengan rasa takut yang menggelisahkan maupun cinta yang mengganggu.

Ketika hati seseorang kosong dari rasa takut terhadap perkara yang jika hilang, maka bahayanya lebih besar dibandingkan jika mendapatkan apa yang dicintainya, atau kosong dari rasa takut terhadap perkara yang jika didapatkan maka bahayanya lebih besar daripada kehilangan apa yang dicintainya, atau mencintai sesuatu yang lebih bermanfaat dan lebih baik dibandingkan dengan apa yang dicintainya, yang jika hilang, maka bahayanya lebih besar daripada kehilangan apa yang dicintainya, maka dia sedang mengalami cinta semu.

Lebih jelasnya, sesungguhnya jiwa itu tidak akan meninggalkan sesuatu yang dicintai, kecuali apabila terdapat perkara lain yang lebih dicintai, atau merasa takut terhadap keburukan yang bahayanya lebih besar daripada kehilangan apa yang dicintainya tadi.

Upaya pencegahan ini membutuhkan dua faktor yang jika seseorang kehilangan keduanya atau salah satunya, maka dia tidak akan mendapat manfaat dari diri sendiri:

1) Pandangan yang benar agar dapat membedakan tingkatan-tingkatan cinta dan benci. Orang seperti ini akan mengedepankan perkara yang paling dicintainya daripada yang kurang dia cintai. Ia juga bersabar atas perkara yang kurang dibenci agar terlepas dari perkara yang sangat dibencinya. Inilah keistimewaan akal. Seseorang tidak dianggap berakal jika bertindak sebaliknya. Bahkan, bisa jadi binatang menjadi lebih baik dibandingkan dirinya.

2) Kekuatan tekad dan kesabaran untuk melakukan atau meninggalkan hal tersebut. Kebanyakan yang terjadi, seseorang mengetahui perbedaan tingkatan di atas, tetapi kelemahan jiwa dan tekadnya membuatnya enggan untuk mengedepankan perkara yang lebih bermanfaat. Ini terjadi karena kerendahan dan kehinaan jiwa. Orang semacam ini tidak akan mendapat manfaat dari dirinya sendiri dan tidak juga memberi manfaat kepada orang lain.

▪️ Syarah oleh Syeikh Abdurrazaq Al-Badr Hafidzahullah :

Ada dua perkara yang ada dalam diri seseorang yang jika kehilangan diantara keduanya atau salah satunya maka tidak akan bermanfaat bagi dirinya:

1. Bashirah (Pandangan yang benar).

Seseorang butuh melihat keadaan dengan pandangan yang baik pada dirinya, jangan ikutan tren. Dia akan melihat efeknya jika melangkah dan membandingkan apakah akan berpengaruh kepada dirinya atau tidak. Dia memiliki tempat pada hatinya, kemana akan diarahkan, kerugian apa yang akan didapatkan jika dia melangkah dan seterusnya. Inilah Bashirah.

Dia akan mengamalkan ilmunya atau Al-Qur’an yang pernah dia baca dan pelajari. Dia memandang efek dosa, bahwa dia akan kehilangan ilmunya, Al-Qur’an nya dan kebaikannya.

Maka dia akan mampu berfikir dengan akalnya. Akalnya akan menimbang apakah akan berpengaruh ataupun tidak terhadap dirinya.

2. Tekad yang kuat (‘azimah)

Perlunya tekad untuk melihat pandangan dan ilmu, karena tekad yang kuat akan memudahkan dalam menundukkan nafsu dengan bashirahnya.

Do’a yang diajarkan Rasulullah ﷺ

Dari Syadad bin Aus radhiyallahu ‘anhu berkata, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: “Jika manusia menyimpan emas dan perak, maka simpanlah doa-doa di bawah ini;

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الثَّبَاتَ فِي الْأَمْرِ وَالْعَزِيمَةَ عَلَى الرُّشْدِ وَأَسْأَلُكَ شُكْرَ نِعْمَتِكَ وَأَسْأَلُكَ حُسْنَ عِبَادَتِكَ وَأَسْأَلُكَ قَلْبًا سَلِيمًا وَأَسْأَلُكَ لِسَانًا صَادِقًا وَأَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِ مَا تَعْلَمُ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا تَعْلَمُ وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا تَعْلَمُ إِنَّكَ أَنْتَ عَلَّامُ الْغُيُوبِ

“Ya Allah, aku memohon kepada-Mu keteguhan dalam segala perkara, dan kemauan kuat untuk berbuat sesuatu yang benar, aku memohon kepada-Mu rasa syukur atas nikmat-Mu dan ibadah dengan baik kepada-Mu, aku memohon kepada-Mu hati yang bersih dan lisan yang jujur. Aku memohon kepada-Mu dari kebaikan yang Engkau mengetahuinya dan aku berlindung kepada-Mu dari keburukan yang Engkau mengetahuinya. Dan aku memohon ampunan-Mu atas (dosa-dosaku) yang Engkau mengetahuinya, sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui yang ghaib’.” (Hadits Hasan. HR. Ahmad, at-Tirmidzi, an-Nasai, Ibnu Hibban. Lafadh dari Ahmad)

Allah tidak menyerahkan kepemimpinan dalam agama selain kepada orang yang memiliki kesabaran dan keyakinan.

Allah berfirman:

وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ اَىِٕمَّةً يَّهْدُوْنَ بِاَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوْاۗ وَكَانُوْا بِاٰيٰتِنَا يُوْقِنُوْنَ

Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami selama mereka sabar. Mereka meyakini ayat-ayat Kami. (QS. As-Sajdah: 24)

Inilah orang yang mendapat manfaat dari ilmunya, sekaligus memberi manfaat kepada orang lain. Lawannya adalah orang yang tidak mendapat manfaat dari ilmunya serta tidak memberi manfaat kepada orang lain.

Di antara manusia ada orang yang mendapat manfaat dari ilmunya, tetapi tidak dapat memberi manfaat kepada orang lain. Orang pertama berjalan di atas cahayanya dan manusia pun berjalan di atas cahayanya, orang kedua telah dipadamkan cahayanya sehingga dia berjalan dalam kegelapan bersama pengikutnya, dan orang ketiga berjalan di atas cahayanya sendirian.

🏷 Maka kesimpulan dari apa yang dijelaskan oleh Ibnul Qayyim al-Jauziyah Rahimahullah, bahwa keselamatan agama seseorang dipengaruhi oleh empat hal:
1. Pandangan Mata
2. Bisikan-bisikan hati
3. Ucapan-ucapan lisan
4. Tindakan-tindakan

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم