بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Kajian Senin – Kitab wa
Karya: Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah Rahimahullah
Bersama: Ustadz Samsuril Wadi, SH. M.Pd, Hafidzahullah
Al Khor, 15 Rabi’ul Akhir 1445 / 30 Oktober 2023



BAB VIII: MENJAGA KESUCIAN DIRI
Pasal: Haramnya Zina dan Menjaga Kemaluan – Lanjutan

Taubatnya Orang yang Berzina dan Penyebab Su’ul Khotimah

▪️ Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah Rahimahullah berkata:

Allah mengampuni segala bentuk dosa. Jika taubat mampu menghapuskan seluruh dosa, sampai-sampai perbuatan menyekutukan Allah, membunuh para Nabi serta para wali-Nya, melakukan sihir, berbuat kekufuran, dan sebagainya, maka taubat juga mampu menghapuskan dosa zina tersebut.

Jadi, telah tetap hikmah Allah baginya, sebagai bentuk keadilan dan karunia-Nya, yaitu bahwasanya “Orang yang bertaubat dari dosa seperti orang yang sama sekali tidak mempunyai dosa.” (Hadits ini hasan dengan adanya sejumlah penguat).

Allah memberikan jaminan kepada orang yang bertaubat dari Perbuatan syirik, pembunuhan, dan perzinaan berupa penggantian keburukan mereka dengan berbagai macam kebaikan. Inilah hukum umum yang berlaku bagi semua orang yang bertaubat dari dosa-dosanya.

Allâh ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Az-Zumar ayat 53:

۞ قُلْ يٰعِبَادِيَ الَّذِيْنَ اَسْرَفُوْا عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوْا مِنْ رَّحْمَةِ اللّٰهِ ۗاِنَّ اللّٰهَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعًا ۗاِنَّهٗ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Katakanlah, “Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang.

Tidak ada satu dosa pun yang keluar dari keumuman ayat di atas. Akan tetapi, hal ini khusus bagi orang-orang yang bertaubat.

▪️ Syarah oleh Syeikh Abdurrazaq Al-Badr Hafidzahullah:

Pada ayat اِنَّ اللّٰهَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعًا ini berlaku umum mencakup seluruh dosa, menunjukkan semua dosa diampuni tidak dikecualikan satu dosa pun, akan tetapi pada orang yang bertaubat secara khusus dengan dalil ‘jangan kalian putus asa dari rahmat Allâh ﷻ. Jangan sampai kalian putus asa karena besarnya dosa kalian. Karena Allâh ﷻ akan mengampuni berapapun besarnya dosa, jika taubatnya jujur.

Terkadang, kebanyakan dari kehidupan seseorang adalah maksiat. Kemudian Allâh ﷻ menyadarkan dia sebelum meninggal dan Allâh ﷻ mengampuninya.

Dan boleh jadi seluruhnya hidupnya penuh dengan kesyirikan dan Allâh ﷻ memberinya hidayah, dia hidup beberapa hari atau beberapa saat kemudian dia meninggal dunia.

Jangan melihat besarnya perbuatan dosa yang menyebabkan seseorang berputus asa darinya, jika ada pemikiran seperti itu, maka itu bisikan syaitan.

Sungguh aneh, banyak dosa yang kita lakukan tiap hari dan lewat begitu saja, lupa perbuatan dosa yang telah kita lakukan. Hingga timbul penyepeleean perbuatan dosa, ‘Dosa-dosa yang dianggap biasa’.

Oleh karena itu tidak dituntut seseorang merincikan seluruh dosa-dosa yang dia perbuat. Cukup bertaubat dengan jujur, dan Allâh ﷻ akan berbahagia dengan taubatnya seorang hamba.

Apakah pada ayat اِنَّ اللّٰهَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعًا bertentangan dengan surat An-Nisa ayat 48:

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. An Nisa: 48)

Ayat ini khusus bagi seseorang yang belum bertaubat sebelum mati, Karena dosa syirik menghapus seluruh amalan. Sedang pada surat Az-Zumar ayat 53 berlaku pada semua dosa selama dia bertaubat sebelum matinya.

▪️ Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah Rahimahullah berkata:

Mengenai objek homoseks, jika kondisinya ketika dewasa lebih buruk dibandingkan sebelumnya, tidak mendapatkan taufik untuk bertaubat dengan sebenar-benarnya, tidak beramal shalih, tidak mengganti apa yang ia hilangkan, serta tidak pula menggantikan kejelekannya dengan kebaikan, maka orang itu telah dijauhkan dari mendapatkan taufik pada akhir hayatnya untuk dapat masuk Surga kelak. Demikianlah hukuman dari amal buruknya. Sesungguhnya Allah menghukum keburukan dengan keburukan yang lain, bahkan hingga berlipat-lipat hukumannya, sebagaimana halnya Allah memberikan ganjaran atas kebaikan dengan kebaikan yang lain.

▪️ Syarah oleh Syeikh Abdurrazaq Al-Badr Hafidzahullah:

Ini adalah gambaran lain dari perbuatan tersebut, yaitu berkaitan dengan objek homoseksual. Apabila seseorang yang diuji kemudian dia taubat dengan jujur, dan mengerjakan amal shaleh di usia tuanya, maka Allâh ﷻ akan mengampuninya.

Namun jika sebaliknya, semakin tua semakin menjadi, maka ia akan jauh dari husnul khotimah. Dijauhkan dari taufik Allâh ﷻ.

Ada perkara yang penting agar seseorang memperhatikannya, dimana pelaku maksiat dihukum dengan dosa-dosa yang lain. Sebagaimana dibalas suatu kebaikan dibalas dengan kebaikan yang lain.

▪️ Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah Rahimahullah berkata:

Jika kamu melihat kondisi orang-orang yang berada di ambang kematian, niscaya akan didapati bahwa banyak dari mereka yang terhalang dari husnul khatimah (kematian yang baik), sebagai hukuman atas buruknya amal mereka.

Al-Hafizh Abu Muhammad ‘Abdul Haq bin ‘Abdurrahman al Isybili Rahimahullah berkata:

“Ketahuilah bahwa su-ul khatimah (kematian yang jelek)—semoga Allah melindungi kita darinya—memiliki berbagai macam sebab. Ia juga mempunyai sejumlah jalur dan pintu. Yang paling besar adalah terjerumus dalam dunia, berpaling dari akhirat, serta lancang berbuat maksiat kepada Allâh ﷻ.

Bisa jadi seseorang itu hanya terkalahkan oleh satu bentuk kesalahan, satu macam kemaksiatan, satu sisi keberpalingan, serta satu bagian kelancangan, tetapi hal itu kemudian menguasai hatinya, menawan pikirannya, memadamkan cahayanya, sekaligus mengirimkan sekat-sekatnya sehingga peringatan dan nasihat tidak lagi bermanfaat untuknya. Mungkin saja kematian mendatanginya sementara kondisinya masih demikian, sehingga ia mendengar (talqin seolah-olah) panggilan dari tempat yang jauh. Ia tidak mengerti maksudnya meskipun hal itu diulang berkali-kali.”

Beliau menceritakan: “Diriwayatkan bahwa salah seorang bawahan an-Nashir” mengalami sakaratul maut. Puteranya pun berkata kepadanya: “Katakanlah: Laa Ilaha illallah”. Bawahan itu malah menjawab: ‘An-Nashir tuanku.’ Puteranya mengulangi lagi tuntunannya, namun ia juga menjawab dengan jawaban yang serupa. Setelah itu ia pingsan. Ketika sadar, ia kembali berkata: “An-Nashir tuanku.”’ Memang, ucapan seperti itu sudah menjadi kebiasaannya. Setiap kali dikatakan kepadanya: “Katakanlah: Laa Ilaha illallah,” dia justru menjawab: “An-Nashir tuanku.” Selanjutnya, dia berkata kepada puteranya tadi: “Hai Fulan, sesungguhnya an-Nashir hanya mengenalmu lewat pedangmu, bunuh, bunuh, ….’ Akhirnya, orang itu pun meninggal.”

“Abdul Haq melanjutkan: “Dikatakan pula kepada orang lain yang kukenal: “Katakanlah: Laa Ilaha illallah, tetapi dia justru menjawab: Perbaikilah kediaman Fulan begini, buatlah begitu terhadap kebun si fulan…”

Abu Muhammad kembali bercerita: “Abu Thahir as-Salafi (Beliau adalah salah seorang pakar hadits yang meninggal pada 576H) telah mengizinkanku meriwayatkan kisah darinya, yaitu tentang seorang pria yang sedang mengalami sakaratul maut. Dikatakan kepada orang itu: Ucapkanlah: Laa Ilaaha illallaah.” Namun, dia justru menjawab dalam bahasa Persia yang artinya: “Sepuluh ditukar dengan sebelas.”

▪️ Syarah oleh Syeikh Abdurrazaq Al-Badr Hafidzahullah:

Keburukan-keburukan dosa kita tahu agar kita mampu meninggalkannya. Karena akibat dosa-dosa adalah terjerumus dalam dunia, berpaling dari akhirat, serta berani untuk berbuat maksiat kepada Allâh ﷻ.

Hingga dikisahkan pada saat sakaratul maut di atas menyebut pekerjaan dunia, menyebut tuannya dan perdagangannya.

Yang dimaksud disini adalah sibuk dengan dunia tanpa memikirkan urusan akhirat. Dan terjatuh pada maksiat yang hatinya terjatuh padanya.

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم