بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Kajian Ahad – Doha
Membahas: Mulakhas Fiqhi – Syaikh Shalih bin Fauzan Al Fauzan 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Bersama Ustadz Hanafi Abu Arify 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Doha, 11 Dzulqa’dah 1445 / 19 Mei 2024


https://www.assunnah-qatar.com/wp-content/uploads/2024/05/Tata-cara-shalat-bag-3.mp3?_=1

KITAB SHALAT
Bab: Tata Cara Shalat – Bagian-3

Bagian-1 dan bagian-2 dapat dibaca di Link berikut: https://www.assunnah-qatar.com/tata-cara-shalat-1/

Kemudian beliau duduk untuk melakukan tasyabhud pertama, dengan iftiraasy, seperti duduk di antara dua sujud.

Hukum Tasyahud Awal

Ulama berbeda pendapat. Yang rajih adalah wajib sebagaimana pendapat Hanabilah, Hanafiyah, dan salah salah satu pendapat Imam Malik dan Syafi’i. Dikuatkan oleh Syaikh bin Baz dan Syaikh Utsaimin Rahimahumullahu.

عَنْ عَبْدِ اللهِ ابنِ بُحَيْنَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى بِهِمُ الظُّهْرَ، فَقَامَ فِي الرَّكْعَتَيْنِ الأُولَييْنِ، وَلَمْ يَجْلِسْ، فَقَامَ النَّاسُ مَعَهُ، حَتَّى إِذَا قَضَى الصَّلاةَ، وَانْتَظَرَ النَّاسُ تَسْلِيمَهُ، كَبَّرَ وهُو جَالِسٌ. وَسَجَدَ سَجْدَتَيْن، قَبْلَ أَنْ يُسَلِّمَ، ثُمَّ سَلَّمَ. أَخْرَجَهُ السَّبْعَةُ، وَهَذَا لَفْظُ الْبُخَارِيِّ.

Dari ‘Abdullah bin Buhainah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat Zhuhur bersama mereka. Beliau berdiri pada dua rakaat pertama dan tidak sempat duduk tasyahud awal. Orang-orang pun ikut berdiri bersama beliau hingga beliau akan mengakhiri shalat dan orang-orang menunggu salamnya. Beliau takbir dengan duduk kemudian beliau sujud dua kali sebelum salam, lalu beliau salam. (Dikeluarkan oleh imam yang tujuh dan lafaz ini menurut riwayat Al-Bukhari) [HR. Bukhari, no. 829 dan Muslim, no. 570; juga Abu Daud, no. 1034; Tirmidzi, no. 391; An-Nasai, 19:3; Ibnu Majah, no. 1206; Ahmad, 7:38].

Hadits di atas menunjukkan Rasulullah ﷺ sujud syahwi karena lupa Tasyahud awal, ini menunjukkan wajibnya Tasyahud awal.

Cara Menggenggam jari disaat Tasyahud :

  • Beliau meletakkan tangan kanan di atas paha kanan, dan tangan kiri di atas paha kiri. Beliau memosisikan jempol tangan kanannya bersamaan jari tengah tangan kanannya, membentuk lingkaran, dan memberikan isyarat menunjuk dengan jari telunjuknya. Pandangan mata diarahkan ke telunjuk tersebut. (Sesuai dengan hadits Wail bin Hujr).
  • Menggenggam jari kelingking, jari manis, dan jari tengah, lalu jari jempol digenggam (bersama tiga jari sebelumnya), lalu jari telunjuk berisyarat dan berdoa dengannya. (Sesuai hadits Ibnu Umar 𝓡𝓪𝓭𝓱𝓲𝔂𝓪𝓵𝓵𝓪𝓱𝓾’𝓪𝓷𝓱𝓾).

Adapun jari tangan kiri dibentangkan dalam keadaan rapat, tidak renggang, lalu dihadapkan ke arah kiblat. Jari tangan kiri diletakkan di atas lutut kiri atau di lutut, agar tangan kiri tidak melakukan ‘abats (suatu hal yang sia-sia).

Al-Mulla Al-Qari mengatakan Hendaklah bagi yang mengamalkan sunnah, maka dilaksanakan keduanya (selang seling) dan ini yang lebih afdhal. Demikian juga Imam An-Nawawi 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱 mengatakan jika seseorang melakukan keduanya, maka dia telah mengamalkan sunnah-sunnah Nabi ﷺ (Al-Majmu’ Jilid 3)

Kapan Mengangkat Telunjuk disaat Tasyahud?

1. Disaat mengucapkan laa ilaaha Illallaah (pendapat sebagian Hanafiah).
2. Ketika di awal Tasyahud (Pendapat Malikiyah).
3. Ketika lafadz illallah (pendapat syafi’iyah).
4. Ketika lafadz Allah (Pendapat Hanabilah) sebagaimana dikatakan Imam Ibnu Muflih dalam Kitab Al-Furu’).

Yang rajih adalah menunujuk di saat awal tasyahud. Sebagaimana dhahir hadits yang memberi isyarat pada awal tasyahud (Dikatakan oleh Imam Mubarak Furi dalam Tuhfatul Ahfadzi 2/185).

Hukum menggerakkan jari telunjuk disaat Tasyahud

Disunnahkan menggerakkan jari telunjuk ketika tasyahhud pada saat berdoa, karena datang di dalam hadits Wa’il bin Hujr radhiyallahu ‘anhu:

أَنَّهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَفَعَ أُصْبُعَهُ فَرَأَيْته يُحَرِّكُهَا يَدْعُو بِهَا

“Bahwasanya beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengangkat jari beliau, maka aku melihat beliau menggerakkannya, seraya berdoa dengannya.” (HR. Abu Dawud, An-Nasa’I, Ahmad dan dishahihkan Syeikh Al-Albany dalam Al-Irwa’ no: 367))

Ini menunjukkan bahwasanya beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menggerakkan jari telunjuk beliau ketika berdoa saja bukan dari awal tasyahhud, dan gerakan yang dimaksud di sini adalah gerakan yang ringan.

Berkata Syeikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullahu:

السنة للمصلي حال التشهد أن يقبض أصابعه كلها أعني أصابع اليمنى ويشير بالسبابة ويحركها عند الدعاء تحريكا خفيفا إشارة للتوحيد وإن شاء قبض الخنصر والبنصر وحلق الإبهام مع الوسطى وأشار بالسبابة كلتا الصفتين صحتا عن النبي صلى الله عليه وسلم

“Yang sesuai dengan sunnah bagi orang yang shalat ketika tasyahhud adalah menggenggam semua jari kanannya dan memberi isyarat dengan jari telunjuknya dan menggerakkannya ketika berdoa dengan gerakan yang ringan sebagai isyarat kepada tauhid, dan kalau dia mau maka bisa menggenggamkan jari kecil dan jari manis kemudian membuat lingkaran antara jempol dengan jari tengah, dan memberi isyarat dengan jari telunjuk, kedua cara ini telah shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam” (Maj’mu Fatawa Syeikh Bin Baz 11/185)

Berkata Syeikh Abdul Muhsin Al-Abbad:

لا أعلم شيئاً يدل على أن الإنسان يحركها باستمرار، وإنما يحركها ويدعو بها، أي: عندما يأتي الدعاء: اللهم.. اللهم.. يحركها.

“Saya tidak tahu dalil yang menunjukkan bahwa seseorang menggerakkan jari telunjuk secara terus menerus, akan tetapi menggerakannya dan berdoa dengannya, yaitu: ketika melewati doa (Allahumma…Allahumma) menggerakkannya”
(Jawaban dari pertanyaan yang diajukan kepada beliau ketika mensyarh Sunan Abi Dawud, setelah Bab fil Hadab dari Kitab Al-Libas)

Do’a Tasyahud Awal

Kemudian beliau berdo’a: (bacaan tasyahud Ibnu Mas’ud).

التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ وَالصَّلَوَاتُ وَالطَّيِّبَاتُ ، السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِىُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ ، السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ

“At tahiyyaatu lillaah, wash shalawaatu wath thayyibaat. Assalaamu’alaika ayyuhan nabiyyu warahmatullaahi wa barokaatuh. As salaamu ‘alainaa wa ‘alaa ‘ibaadillaahish shoolihiin. Asyhadu al laa ilaaha illallaah wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhu wa rosuuluh”

“Segala ucapan selamat, shalawat, dan kebaikan adalah bagi Allah. Mudah-mudahan kesejahteraan dilimpahkan kepadamu wahai Nabi beserta rahmat Allah dan barakah-Nya. Mudah-mudahan kesejahteraan dilimpahkan pula kepada kami dan kepada seluruh hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah melainkan Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad itu adalah hamba-Nya dan utusan-Nya).” (HR. Bukhari no. 6265).

Beliau meringankan duduk tasyahbud awal ini.

Bacaan Shalawat pada Tasyahud Awal

1. Wajib dibaca (Pendapat Imam Asy-Syafi’i, Ibnu Hazm, Ibnu Baz dan Syaikh Al-Albani)
2. Cukup Tasyahud tanpa shalawat (Pendapat Mayoritas Fuqaha (Termasuk Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱). Inilah pendapat yang lebih kuat.

Setelah itu beliau bangkit sambil bertakbir,lalu melaksanakan raka’at ketiga dan keempat dengan lebih pendek daripada raka’at pertama dan kedua.

Dalam dua raka’at terakhir ini beliau (hanya) membaca surat al-Faatihah.

Kemudian beliau duduk tasyaltbud akhir dengan posisi Tawaruk.

Yaitu dengan membentangkan kaki kirinya, dan memosisikan bagian depan kaki tersebut menempel di atas lantai, lalu menegakkan kaki kanannya.

Atau mengeluarkan kaki kirinya ke arah kanannnya [lewat bawah betis kanan] dan meletakkan kedua pantatnya di atas lantai.

Duduk tawaruk dilakukan pada shalat yang berjumlah tiga raka’at atau lebih. Adapun shalat yang dua raka’at dengan duduk iftirasy.

Selanjutnya beliau mengucapkan Tasyahud akhir, yang bunyinya sama seperti Tasyahud pertama, namun dengan tambahan:

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ ، اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

“Allahumma sholli ‘ala Muhammad wa ‘ala aali Muhammad kamaa shollaita ‘ala Ibroohim wa ‘ala aali Ibrohim, innaka hamidun majiid. Allahumma baarik ‘ala Muhammad wa ‘ala aali Muhammad kamaa baarokta ‘ala Ibrohim wa ‘ala aali Ibrohimm innaka hamidun majiid.”

Kemudian beliau memohon perlindungan kepada Allah dari siksa Neraka Jahannam, dari siksa kubur, dari fitnah (ujian) hidup dan mati dan dari fitnah Dajjal.

Do’a yang diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam disebutkan dalam riwayat lain,

اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَعَذَابِ النَّارِ وَفِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَشَرِّ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ

“Allahumma inni a’udzu bika min ‘adzabil qobri, wa ‘adzabin naar, wa fitnatil mahyaa wal mamaat, wa syarril masihid dajjal

[Ya Allah, aku meminta perlindungan kepada-Mu dari siksa kubur, siksa neraka, penyimpangan ketika hidup dan mati, dan kejelekan Al Masih Ad Dajjal].” (HR. Muslim no. 588)

Lalu berdo’a dengan do’a-do’a yang ada di dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Seperti:

Meminta Ampunan Allah ﷻ

Dari ‘Ali radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan shalat, salah satu doa yang terakhir diucapkan di antara tasyahud dan salam (adalah):

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي مَا قَدَّمْتُ وَمَا أَخَّرْتُ ، وَمَا أَسْرَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ ، وَمَا أَسْرَفْتُ ، وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّي ، أَنْتَ الْمُقَدِّمُ ، وَأَنْتَ المُؤَخِّرُ ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ

‘ALLAHUMMAGH-FIRLII MAA QODDAMTU WA MAA AKKHORTU, WA MAA ASRORTU WA MAA A’LANTU WA MAA ASROFTU WA MAA ANTA A’LAMU BIHI MINNI, ANTAL MUQODDIMU WA ANTAL MUAKKHIRU LAA ILAHA ILLA ANTA’

(Ya Allah, ampunilah dosaku yang telah aku lakukan, yang belum aku lakukan, yang aku lakukan secara rahasia, yang aku lakukan secara tampak, yang aku melebihi batas, dan yang Engkau lebih mengetahui daripada aku. Dan Engkaulah Muqoddim –memajukan siapa yang Engkau kehendaki karena taat kepada-Mu, pen.–, Engkaulah Muakkhir –mengakhirkan siapa yang Engkau kehendaki dari ketaatan kepada-Mu, pen.–, tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Engkau).” (HR. Muslim) [HR. Muslim, no. 771]

Do’a Agar Terlepas dari Sulitnya Utang

اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْمَأْثَمِ وَالْمَغْرَمِ

Allahumma inni a’udzu bika minal ma’tsami wal maghrom

Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari berbuat dosa dan sulitnya utang

(HR. Bukhari no. 2397 dan Muslim no. 5)

Do’a Minta Ampunan

Di antara do’a yang ringkas namun penuh makna adalah do’a yang diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Abu Bakr. Do’a tersebut adalah:

اللَّهُمَّ إِنِّى ظَلَمْتُ نَفْسِى ظُلْمًا كَثِيرًا وَلاَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ أَنْتَ ، فَاغْفِرْ لِى مَغْفِرَةً مِنْ عِنْدِكَ ، وَارْحَمْنِى إِنَّكَ أَنْتَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

‘ALLAHUMMA INNII ZHOLAMTU NAFSII ZHULMAN KATSIIRAN WA LAA YAGHFIRUDZ DZUNUUBA ILLAA ANTA FAGHFIRLII MAGHFIRATAN MIN ‘INDIKA WARHAMNII INNAKA ANTAL GHOFUURUR RAHIIM

(Ya Allah, sungguh aku telah menzhalimi diriku sendiri dengan kezhaliman yang banyak, sedangkan tidak ada yang dapat mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau. Maka itu ampunilah aku dengan suatu pengampunan dari sisi-Mu, dan rahmatilah aku. Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang)
(HR. Bukhari no. 834 dan Muslim no. 2705)

Lalu beliau mengucapkan salam ke arah kanan: (Assalaamu’alaikum warahmatullaah) “Semoga salam dan rahmat Allah menyertaimu.”

Kemudian mengucapkan salam ke arah kiri. Beliau memulai mengucapkan salam dalam keadaan menghadap ke arah kiblat, dan menyudahinya seiring dengan menolehkan kepala secara sempurna.

Salam termasuk rukun shalat, yaitu salam yang pertama, sedangkan yang kedua hukumnya sunnah. Demikian juga menoleh kanan dan kiri hukumnya sunnah.

Disebutkan dalam hadits,

عَنْ عَامِرِ بْنِ سَعْدٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ كُنْتُ أَرَى رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يُسَلِّمُ عَنْ يَمِينِهِ وَعَنْ يَسَارِهِ حَتَّى أَرَى بَيَاضَ خَدِّهِ

Dari ‘Amir bin Sa’ad dari bapaknya, ia berkata, “Aku pernah melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengucapkan salam ke kanan dan ke kiri hingga aku melihat pipinya yang putih.” (HR. Muslim, no. 582).

Bacaan Salam untuk Penutup Shalat

Berdasarkan keterangan dalam beberapa hadits dapat disimpulkan bahwa ada 4 cara salam dalam shalat:

Pertama, menoleh ke kanan dengan membaca: ASSALAAMU ‘ALAIKUM WA RAHMATULLAHI WA BARAKAATUH, dan menoleh ke kiri dengan membaca: ASSALAAMU ‘ALAIKUM WA RAHMATULLAH.

Dari Wail bin Hujr radhiallahu ‘anhu dia berkata,

صَلَّيْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَكَانَ يُسَلِّمُ عَنْ يَمِينِهِ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ وَعَنْ شِمَالِهِ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ

“Aku shalat di belakang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka beliau memberi salam ke arah kanan dengan mengucapkan ‘ASSALAAMU ‘ALAIKUM WA RAHMATULLAHI WA BARAKAATUH’,” dan ke arah kiri dengan mengucapkan ‘ASSALAAMU ‘ALAIKUM WA RAHMATULLAH’.” (HR. Abu Daud no. 997 dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Al-Irwa`: 2:31, 32)

Kedua, menoleh ke kanan dengan membaca: ASSALAAMU ‘ALAIKUM WA RAHMATULLAH, demikian pula ketika menoleh ke kiri. (kanan-kiri sama).

Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

أَنَّهُ كَانَ يُسَلِّمُ عَنْ يَمِينِهِ وَعَنْ يَسَارِهِ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ

“Bahwasanya beliau mengucapkan salam ke arah kanan dan kiri seraya mengucapkan, ‘ASSALAAMU ‘ALAIKUM WA RAHMATULLAH, ASSALAAMU ‘ALAIKUM WA RAHMATULLAH’.” (HR. Abu Daud no. 845, At-Tirmizi no. 295, An-Nasai no. 1303, dan Ibnu Majah no. 906)

Ketiga, menoleh ke kanan dengan membaca: ASSALAAMU ‘ALAIKUM WA RAHMATULLAH, dan menoleh ke kiri dengan membaca: ASSALAAMU ‘ALAIKUM.

Ibnu Umar menceritakan,

وَذَكَرَ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ عَنْ يَـمِينِهِ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ عَنْ يَسَارِهِ

Beliau membaca ‘ASSALAMU ‘ALAIKUM WA RAHMATULLAH’ dengan menoleh ke kanan, dan membaca ‘ASSALAMU ‘ALAIKUM’ dengan menoleh ke kiri. (HR. Nasa’i 1321 dan dinyatakan Hasan Shahih oleh Al-Albani)

Keempat, menoleh ke kanan sedikit dan hanya membaca: ASSALAAMU ‘ALAIKUM, tanpa menoleh ke kiri.

Disebutkan dalam hadis dari A’isyah radliallahu ‘anha, beliau menceritakan,

أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ يُسَلِّمُ فِى الصَّلاَةِ تَسْلِيمَةً وَاحِدَةً تِلْقَاءَ وَجْهِهِ ، يَمِيلُ إِلَى الشِّقِّ الأَيْمَنِ شَيْئًا أَوْ قَلِيلاً

“Sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan sekali salam ketika shalat dengan menghadap ke depan, kemudian beliau menoleh sedikit ke kanan.” (HR. Ibn Khuzaimah dalam shahihnya no. 706, Hakim dalam Mustadrak no. 805, An-Nasai dalam Al-Kubro no. 1454 dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani)

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم