بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Daurah Umsaeed Jum’at Pagi
Ustadz Abu Tsabit Hari Susanto 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱.
Messaied, 28 Rabi’ul awal 1445 / 13 Oktober 2023


https://www.assunnah-qatar.com/wp-content/uploads/2023/10/Peringatan-Allah_Ustdaz-Hari.mp3?_=1

Tanda-tanda Peringatan Allâh ﷻ

Pokok kajian ini adalah tadabbur ayat yang Allâh ﷻ turunkan dalam Al-Qur’an. Allâh ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Isra ayat 59:

وَمَا مَنَعَنَآ أَن نُّرْسِلَ بِٱلْءَايَٰتِ إِلَّآ أَن كَذَّبَ بِهَا ٱلْأَوَّلُونَ ۚ وَءَاتَيْنَا ثَمُودَ ٱلنَّاقَةَ مُبْصِرَةً فَظَلَمُوا۟ بِهَا ۚ وَمَا نُرْسِلُ بِٱلْءَايَٰتِ إِلَّا تَخْوِيفًا

Dan sekali-kali tidak ada yang menghalangi Kami untuk mengirimkan (kepadamu) tanda-tanda (kekuasan Kami), melainkan karena tanda-tanda itu telah didustakan oleh orang-orang dahulu. Dan telah Kami berikan kepada Tsamud unta betina itu (sebagai mukjizat) yang dapat dilihat, tetapi mereka menganiaya unta betina itu. Dan Kami tidak memberi tanda-tanda itu melainkan untuk menakuti.

Tafsir Ibnu Katsir dalam ayat ini:

Sunaid telah meriwayatkan dari Hammad ibnu Zaid, dari Ayyub, dari Sa’id ibnu Jubair yang mengatakan bahwa orang-orang musyrik pernah berkata kepada Nabi ﷺ., “Hai Muhammad, sesungguhnya kamu men­duga bahwa sebelum kamu terdapat nabi-nabi. Di antara mereka ada yang angin ditundukkan baginya, ada yang dapat menghidupkan orang-orang mati. Maka jika kamu menginginkan agar kami beriman kepadamu dan membenarkanmu, maka doakanlah kepada Tuhanmu agar Dia menja­dikan Bukit Safa ini emas buat kami.”

Maka Allâh ﷻ berfirman kepada Nabi-Nya, “Sesungguhnya Aku telah mendengar apa yang dikatakan oleh mereka. Untuk itu jika kamu menghendaki agar Kami melakukannya, tentulah Kami akan memenuhi permintaan mereka. Tetapi jika sesudah itu mereka tidak beriman, maka azab Kami akan turun (menimpa mereka). Karena sesungguhnya tidak ada tawar-menawar lagi sesudah turunnya tanda-tanda kekuasaan Kami (mukjizat). Dan jika kamu menginginkan Kami menangguhkan kaummu, tentulah Kami akan memberikan masa tangguh kepada mereka.” Maka Nabi ﷺ. berdoa memohon kepada Tuhannya:

“يَا رَبِّ، اسْتَأْنِ بِهِمْ”

Ya Tuhanku, tangguhkanlah mereka.

Allâh ﷻ berfirman menceritakan kaum Samud ketika mereka meminta suatu tanda kekuasaan Allah, yaitu seekor unta betina yang keluar dari batu besar yang ditentukan oleh mereka. Maka Nabi mereka (yaitu Saleh Alaihissalam) berdoa kepada Tuhannya memohon suatu mukjizat, lalu Allah mengeluarkan seekor unta betina buat mereka dari batu besar itu sesuai dengan apa yang mereka minta.

Tetapi setelah mereka berbuat aniaya terhadap unta itu, yakni ingkar kepada Tuhan yang menciptakannya dan mendustakan Rasul-Nya serta menyembelih unta betina itu, maka Allah berfirman:

{تَمَتَّعُوا فِي دَارِكُمْ ثَلاثَةَ أَيَّامٍ ذَلِكَ وَعْدٌ غَيْرُ مَكْذُوبٍ}

Bersukarialah kamu sekalian di rumah kalian selama tiga hari, itu adalah janji yang tidak dapat didustakan. (Hud: 65)

Mereka berbuat aniaya terhadap unta betina itu, melarang dari minumnya, dan membunuhnya. Maka Allah membinasakan mereka sehabis-habisnya sebagai pembalasan dari-Nya terhadap mereka. Allah mengazab mereka dengan azab Tuhan Yang Mahaperkasa lagi Mahakuasa.

Firman Allâh ﷻ :

{وَمَا نُرْسِلُ بِالآيَاتِ إِلا تَخْوِيفًا}

Dan Kami tidak memberi tanda-tanda itu melainkan untuk mena­kuti. (Al-Isra: 59)

Allâh ﷻ mengirimkan tanda-tanda yang bentuknya bermacam-macam, ada yang sadar dan bertaubat dan ada yang acuh.

Makna ayat-ayat (tanda-tanda)

Imam Al-Qurthubi rahimahullah menafsirkan kata الآيَاتِ (tanda-tanda) menjadi beberapa makna:

1. Mukjizat yang Allâh ﷻ kirim kepada kaum yang mendustakan Allâh ﷻ dan Rasul-Nya.
2. Ayat-ayat pembalasan. Ada tanda-tanda kebesaran Allâh ﷻ seperti paceklik, kemiskinan, wabah yang Allâh ﷻ kirim kepada manusia yang bermaksiat.
3. Perubahan keadaan manusia dari kecil menjadi tua dan beruban. Supaya manusia menyadari akan kematian semakin dekat.
4. Al-Qur’an. Inilah ayat-ayat yang menjelaskan dengan gamblang dengan peringatan dalam ayat-ayat Al-Qur’an.
5. Kematian yang dekat.

Makna Takut kepada Allâh ﷻ

Kita hendaknya takut kepada Allâh ﷻ yang dipenuhi rasa takut dengan takdim.

Kata al-khasyyah dan al-khauf adalah perbuatan rasa takut yang timbul dari dalam hati. Yang membedakannya adalah kalau al-khasyyah, rasa takutnya murni dari dalam hati (benar-benar dari dalam hati tanpa ada unsur paksaan) dibarengi dengan ilmu dan pengagungan. Sementara kata al-khauf, rasa takutnya tidak murni, melainkan ada unsur paksaan, karena ancaman dan tindakan radikal.

Khasyah berarti takut yang dibangun di atas ilmu karena merasakan keagungan dan kesempurnaan kekuasaan dari yang diikuti.

Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ

“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama.” (QS. Fathir: 28). Yang dimaksud ulama atau orang yang berilmu di sini adalah yang mengetahui keagungan dan kesempurnaan kuasa Allah. Khasyah ini lebih istimewa dibanding khauf.

Dalam ayat lain, Allâh ﷻ berfirman :

اِنَّمَا ذٰلِكُمُ الشَّيْطٰنُ يُخَوِّفُ اَوْلِيَاۤءَهٗۖ فَلَا تَخَافُوْهُمْ وَخَافُوْنِ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ

Sesungguhnya mereka hanyalah setan yang menakut-nakuti (kamu) dengan teman-teman setianya, karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu orang-orang beriman. (Ali Imran ayat 175).

وَالَّذِيْنَ هُمْ مِّنْ عَذَابِ رَبِّهِمْ مُّشْفِقُوْنَۚ

dan orang-orang yang takut terhadap azab Tuhannya, (Al-Maarij 27)

اَفَاَمِنُوْا مَكْرَ اللّٰهِۚ فَلَا يَأْمَنُ مَكْرَ اللّٰهِ اِلَّا الْقَوْمُ الْخٰسِرُوْنَ

Atau apakah mereka merasa aman dari siksaan Allah (yang tidak terduga-duga)? Tidak ada yang merasa aman dari siksaan Allah selain orang-orang yang rugi. (Al-A’raf ayat 99)

Ayat inilah yang menjadi dasar istidraj. Dalam Islam, tidak mengenal karma, karena kebaikan dan keburukan asalnya dari Allâh ﷻ. Bisa jadi Allâh ﷻ akan membalas perbuatan manusia di akhirat, di dunia dibiarkan aman meskipun bermaksiat. Dan ada juga yang disegerakan di dunia, dan ini bukan karma.. Semuanya atas hikmah dan kehendak Allâh ﷻ.

Tafsir as-Sa’di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di, dalam menjelaskan ayat ini beliau berkata:

“Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah (yang tidak terduga-duga)?” dimana Dia menarik mereka kepada kebinasaan secara berangsur-angsur dari arah yang tidak mereka duga dan Dia memberikan penangguhan. Sesungguhnya rencanaNYa amat teguh. ”tiadalah yang merasa aman dari azab Allah berarti dia tidak mempercayai balasan amal perbuatan dan tidak pula beriman kepada para rasul dengan iman yang sebenarnya.

Ayat ini mengandung peringatan yang mendalam bahwa seorang hamba tidak sepatutnya merasa aman terhadap keimanan yang dimilikinya, justru hendaknya dia merasa takut dan khawatir jika ditimpa sebuah ujian yang dapat melenyapkan imannya, hendaknya dia selalu berdoa ”wahai dzat yang maha membolak-balikan hati teguhkanlah hati kami diatas iman” hendaknya dia beramal dan berusaha melalui berbagai cara yang bisa membebaskannya dari keburukan pada saat terjadinya fitnah-fitnah karena seorang hamba walaupun dia telah mencapai apa yang telah dicapai, dia tidak benar-benar yakin bisa selamat.

Bahkan Ketika menjadi khalifah, Umar pernah mendatangi Hudzaifah dan bertanya, “Wahai Hudzaifah, apakah engkau melihat adanya kemunafikan dalam diriku?.” Dan dalam tarikh disebut bahwa Hudzaifah Ibnul Yaman adalah sahabat yang diberitahu Rasulullah ﷺ bagaimana mengenali kemunafikan, dan juga menunjukkan orang-orang munafik yang ada saat itu.

Sakit seseorang juga merupakan tanda-tanda agar seseorang menjadi sensitive menangkap sinyal teguran dari Allâh ﷻ. Segera bertaubat dan mendekatkan diri kepada Allâh ﷻ.

Bahkan kendaraan yang sering rusak adalah tanda-tanda teguran dari Allâh ﷻ. Fudhail bin Iyadh, beliau berkata:

إني لأعصي الله فأعرف ذلك من خلق حماري وخادمي.

Sesungguhnya ketika aku bermaksiat kepada Allah Ta’ala, maka dampaknya akan terlihat pada perilaku kendaraan dan pembantuku.

Allâh ﷻ berfirman :

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan Karena perbuatan tangan manusi, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar Ruum: 41).

Dalam ayat lain Allâh ﷻ berfirman:

مَا أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللَّهِ ۖ وَمَا أَصَابَكَ مِن سَيِّئَةٍ فَمِن نَّفْسِكَ ۚ وَأَرْسَلْنَاكَ لِلنَّاسِ رَسُولًا ۚ وَكَفَىٰ بِاللَّهِ شَهِيدًا

“Apa saja ni’mat yang pernah kamu peroleh adalah dari Allah dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi.” (QS. An-Nisa’: 79).

Hati menjadi keras karena dosa-dosa yang dilakukan.

فَلَوْلَآ اِذْ جَاۤءَهُمْ بَأْسُنَا تَضَرَّعُوْا وَلٰكِنْ قَسَتْ قُلُوْبُهُمْ وَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطٰنُ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ

Al-an’am ayat 43: Tetapi mengapa mereka tidak memohon (kepada Allah) dengan kerendahan hati ketika siksaan Kami datang menimpa mereka? Bahkan hati mereka telah menjadi keras dan setan pun menjadikan terasa indah bagi mereka apa yang selalu mereka kerjakan.

Fenomena alam, juga merupakan tanda-tanda Allâh ﷻ bagi manusia. Seperti halnya gerhana dan angin kencang. Dahulu, gerhana menjadi sesuatu yang menakutkan, dengan shalat gerhana. Zaman sekarang malah ditunggu dan bukan sesuatu yang menakutkan.

Al-Bukhori (1041) dan Muslim (911) meriwayatkan – lafadz dari Muslim- dari Abu Mas’ud Al-Anshary radhiyalahu’anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Sesungguhnya Matahari dan Bulan merupakan dua tanda dari tanda-tanda Allah yang dengan keduanya Allah menakut-nakuti para hamba-Nya. Sesungguhnya terjadinya gerhana dari keduanya bukanlah disebabkan karena kematian dan kelahiran seseorang. Apabila kalian melihat sesuatu darinya (terjadi gerhana, pen), segeralah sholat dan berdo’a kepada Allah sampai gerhana selesai”.

Aisyah Radhiyallahu ‘anha bercerita, “Apabila datang awan gelap, angin topan dan sebagainya, wajah baginda Rasulullah ﷺ yang penuh nur (cahaya), akan terlihat pucat karena perasaan takut kepada Allâh ﷻ. Beliau keluar masuk rumah dan terus-menerus membaca doa.

اللَّهُمَّ إنِّي أسْأَلُك خَيرها وخير ما فيها وخَير ما أُرسِلت به، وأعوذ بك من شرِّها وشرِّ ما فيها وشرِّ ما أُرسِلت به».

“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu kebaikan angin ini, dan kebaikan yang ada di dalamnya (hujan dan lain-lain), serta kebaikan yang dikirim bersamanya. Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan angin ini, dan keburukan yang ada di dalamnya, dan keburukan yang dikirim bersamanya.”

Jika hujan mulai turun, wajah baginda Rasulullah ﷺ akan tampak ceria. Aisyah Radhiyallahu’anha bertanya, “Ya Rasulullah, semua orang gembira jika melihat gumpalan mendung karena pertanda akan turun hujan, tetapi mengapa engkau justru nampak cemas?”

Baginda Nabi Muhammad ﷺ menjawab, “Wahai ‘Aisyah, aku khawatir di dalamnya ada azab, karena itulah aku merasa cemas. Kaum Aad telah diazab oleh Allâh ﷻ dengan angin. Ketika melihat gumpalan mendung, mereka gembira. Mereka mengira akan turun hujan, tetapi ternyata yang turun adalah azab.”

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

فَلَمَّا رَاَوْهُ عَارِضًا مُّسْتَقْبِلَ اَوْدِيَتِهِمْ قَالُوْا هٰذَا عَارِضٌ مُّمْطِرُنَا ۗبَلْ هُوَ مَا اسْتَعْجَلْتُمْ بِهٖ ۗرِيْحٌ فِيْهَا عَذَابٌ اَلِيْمٌۙ

Maka, ketika melihat azab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka, mereka berkata, “Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kita.” (Bukan,) tetapi itu azab yang kamu minta agar disegerakan kedatangannya, (yaitu) angin yang mengandung azab yang sangat pedih. (QS Al-Ahqaf Ayat 24).

Demikian juga ketika mendengar petir. Agar selalu berdo’a. Apabila Abdullah bin Az-Zubair mendengar petir, dia menghentikan pembicaraan, kemudian mengucapkan,

سُبْحَانَ الَّذِيْ يُسَبِّحُ الرَّعْدُ بِحَمِدِهِ وَالْمَلاَئِكَةُ مِنْ خِيْفَتِهِ

Subhaanalladzi yusabbihur ra’du bihamdihi wal malaaikatu min khiifatihi

“Maha Suci Allah yang halilintar bertasbih dengan memujiNya, begitu juga para malaikat, karena takut kepadaNya” [Al-Muwaththa’ 2/992. Al-Albani berkata: Hadits di atas mauquf yang shahih sanadnya].

Sebagai penutup mari kita renungkan ayat Allâh ﷻ:

وَهُمْ يَصْطَرِخُوْنَ فِيْهَاۚ رَبَّنَآ اَخْرِجْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا غَيْرَ الَّذِيْ كُنَّا نَعْمَلُۗ اَوَلَمْ نُعَمِّرْكُمْ مَّا يَتَذَكَّرُ فِيْهِ مَنْ تَذَكَّرَ وَجَاۤءَكُمُ النَّذِيْرُۗ فَذُوْقُوْا فَمَا لِلظّٰلِمِيْنَ مِنْ نَّصِيْرٍ

Dan mereka berteriak di dalam neraka itu, “Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami (dari neraka), niscaya kami akan mengerjakan kebajikan, yang berlainan dengan yang telah kami kerjakan dahulu.” (Dikatakan kepada mereka), “Bukankah Kami telah memanjangkan umurmu untuk dapat berpikir bagi orang yang mau berpikir, padahal telah datang kepadamu seorang pemberi peringatan? Maka rasakanlah (azab Kami), dan bagi orang-orang zalim tidak ada seorang penolong pun.” (Fathir ayat 37).

Kata وَجَاۤءَكُمُ النَّذِيْرُۗ ditafsirkan sebagai uban, sebagai tanda peringatan bagi kita. Semoga Allah Ta’ala selalu menjaga kita dan keluarga kita serta kaum muslimin.