بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Kajian Kitab al-Fitan wa Asyraathus Saa’ah
(Fitnah dan Tanda Kiamat dari Shahih Muslim)
Pemateri: Ustadz Isnan Efendi, Lc. MA. 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Pertemuan 22: 3 Dzulqa’dah 1445 / 18 Mei 2024.



Hadits Muslim 5199:

Telah menceritakan kepada kami (Qutaibah bin Sa’id) telah menceritakan kepada kami (Abdulaziz bin Muhammad dari (Tsaur bin Zaid Ad Dilil dari (Abu Al Ghaits) dari (Abu Hurairah) Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda:

سَمِعْتُمْ بِمَدِينَةٍ جَانِبٌ مِنْهَا فِـي الْبَرِّ وَجَانِبٌ مِنْهَا فِي الْبَحْرِ؟ قَالُوا: نَعَمْ يَا رَسُولَ اللهِ. قَالَ: لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَغْزُوَهَا سَبْعُونَ أَلْفًا مِنْ بَنِي إِسْحَاقَ، فَإِذَا جَاءُوهَا نَزَلُوا، فَلَمْ يُقَاتِلُوا بِسِلاَحٍ وَلَمْ يَرْمُوا بِسَهْمٍ، قَالُوا: لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، فَيَسْقُطُ أَحَدُ جَانِبَيْهَا -قَالَ ثَوْرٌ( أَحَدَ رُوَاةِ الْحَدِيْثِ) لاَ أَعْلَمُهُ إِلاَّ قَالَ:- الَّذِي فِي الْبَحْرِ، ثُمَّ يَقُولُوا الثَّانِيَةَ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، فَيَسْقُطُ جَانِبُهَا اْلآخَرُ، ثُمَّ يَقُولُوا: لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، فَيُفَرَّجُ لَهُمْ، فَيَدْخُلُوهَا، فَيَغْنَمُوا، فَبَيْنَمَا هُمْ يَقْتَسِمُونَ الْغَنَائِمَ، إِذْ جَاءَ هُمُ الصَّرِيخُ، فَقَالَ: إِنَّ الدَّجَّالَ قَدْ خَرَجَ، فَيَتْرُكُونَ كُلَّ شَيْءٍ وَيَرْجِعُونَ.

Pernahkah kalian mendengar satu kota yang satu sisinya ada di daratan sementara satu sisi (lain) ada di lautan?” Mereka menjawab, “Kami pernah pernah mendengarnya, wahai Rasulullah!” Beliau berkata, “Tidak akan tiba hari Kiamat sehingga 70.000 dari keturunan Nabi Ishaq menyerang-nya (kota tersebut), ketika mereka (bani Ishaq) mendatanginya, maka mereka turun. Mereka tidak berperang dengan senjata, tidak pula melemparkan satu panah pun, mereka mengucapkan, ‘Laa ilaaha illallaah wallaahu Akbar,’ maka salah satu sisinya jatuh (ke tangan kaum muslimin) -Tsaur (salah seorang perawi hadits) berkata, “Aku tidak mengetahuinya kecuali beliau berkata, ‘Yang ada di lautan.’” Kemudian mereka meng-ucapkan untuk kedua kalinya, ‘Laa ilaaha illallaah wallaahu Akbar,’ akhirnya salah satu sisi lainnya jatuh (ke tangan kaum muslimin). Lalu mereka mengucapkan untuk ketiga kalinya: ‘Laa ilaaha illallaah wallaahu Akbar,’ lalu diberikan kelapangan kepada mereka. Mereka masuk ke dalamnya dan mendapatkan harta rampasan perang, ketika mereka sedang membagi-bagikan harta rampasan perang, tiba-tiba saja datang orang yang berteriak meminta tolong, dia berkata, “Sesungguhnya Dajjal telah keluar,’ lalu mereka meninggalkan segala sesuatu dan kembali.’”

Telah menceritakan kepadaku (Muhammad bin Marzuq) telah menceritakan kepada kami (Bisyr bin Umar Az Zahrani) telah menceritakan kepadaku (Sulaiman bin Bilal) telah menceritakan kepada kami (Tsaur bin Zaid Ad Dili) dalam sanad ini dengan matan serupa.

Dan di antara tanda-tanda Kiamat adalah penaklukan kota Konstantinopel -sebelum keluarnya Dajjal- di tangan kaum muslimin. Yang dapat difahami dari berbagai hadits bahwa penaklukan ini terjadi setelah peperangan mereka dengan bangsa Romawi pada sebuah peperangan yang sangat besar dan kemenangan kaum muslimin atas mereka. Waktu itu kaum muslimin pergi menuju Konstantinopel, lalu Allah menaklukkannya untuk kaum muslimin tanpa ada peperangan. Senjata mereka hanyalah takbir dan tahlil (ucapan Laa ilaaha illallaah).

al-Hafizh Ibnu Katsir berpendapat sesungguhnya hadits ini menunjukkan bahwa bangsa Romawi memeluk Islam di akhir zaman. Barangkali penaklukan kota Konstantinopel dilakukan oleh sebagian dari mereka, sebagaimana diungkapkan oleh hadits terdahulu, ‘Sesungguhnya 70.000 orang dari bani Ishaq memeranginya.’

Hadits Muslim 5200:

Telah menceritakan kepada kami (Abu Bakr bin Abu Syaibah) telah menceritakan kepada kami (Muhammad bin Bisyr) telah menceritakan kepada kami (Ubaidullah) dari (Nafi’) dari (ibnu Umar) dari nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda:

Kalian akan memerangi Yahudi dan kalian akan membunuh mereka hingga batu berkata: ‘Hai Muslim, ini orang Yahudi, kemarilah lalu bunuhlah’.”

Telah menceritakannya kepada kami (Muhammad bin Al Mutsanna) dan (Ubaidullah bin Sa’id), keduanya berkata: Telah menceritakan kepada kami (Yahyal dari (Ubaidullah) dengan sanad ini. Ia berkata dalam haditsnya: “Ini orang Yahudi dibelakangku.”

Shahih Muslim 5201:

Telah menceritakan kepada kami (Abu Bakr bin Abu Syaibah) telah menceritakan kepada kami (Abu Usamah) telah mengkhabarkan kepadaku (Umar bin Hamzah) berkata: Aku mendengar (Salim) berkata: telah mengkhabarkan kepada kami (Abdullah bin Umar) Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda:

Kalian akan perang melawan Yahudi hingga batu berkata: ‘Hai Muslim, ini orang Yahudi di belakangku, kemarilah, bunuhlah dia”.

Shahih Muslim 5202:

Telah menceritakan kepada kami (Harmalah bin Yahya) telah mengkhabarkan kepada kami (lbnu Wahab) telah mengkhabarkan kepadaku (Yunus) dari (lbnu Syihab) telah menceritakan kepadaku (Salim bin Abdullah) bahwa (Abdullah bin Umar) telah menceritakan kepadanya bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda:

Yahudi akan memerangi kalian lalu kalian menguasai mereka hingga batu berkata: ‘Hai Muslim, ini orang Yahudi dibelakangku, bunuhlah.”

Shahih Muslim 5203:

Telah menceritakan kepada kami (Qutaibah bin Sa’id) telah menceritakan kepada kami (Ya’qub bin Abdurrahman) dari (Suhail) dari (ayahnya) dari (Abu Hurairah) Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda:

Kiamat tidak terjadi hingga kaum muslimin memerangi Yahudi lalu kaum muslimin membunuh mereka hingga orang Yahudi bersembunyi dibalik batu dan pohon, batu atau pohon berkata: ‘Hai Muslim, hai hamba Allah, ini orang Yahudi dibelakangku, kemarilah, bunuhlah dia, ‘ kecuali pohon gharqad, ia adalah pohon Yahudi’.

Keempat hadits di atas bermakna sama dan diriwayatkan dari beberapa sahabat, ini menunujukan kesahihan berita Rasulullah ﷺ dan akan terjadi.

Dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan dari ‘Umar Radhiyallahu anhuma, dia berkata, “Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

يَنْزِلُ الدَّجَّالُ فِيْ هَذِهِ السَّبْخَةِ بِمِرْقَنَاةَ، فَيَكُوْنُ أَكْثَرُ مَنْ يَخْرُجُ إِلَيْهِ النِّسَاءُ، حَتَّـى إِنَّ الرَّجُلَ يَرْجِعُ إِلَى حَمِيْمِهِ وَإِلَى أُمِّهِ وَابْنَتِهِ وَأُخْتِهِ وَعَمَّتِهِ فَيُوْثِقُهَا رِبَاطًا؛ مَخَافَةَ أَنْ تَخْرُجَ إِلَيْهِ.

Dajjal akan turun pada tanah lembab di Mirqanah ini, maka orang yang paling banyak keluar bersamanya adalah para wanita, sehingga seseorang kembali kepada mertuanya, kepada ibunya, anak puterinya, saudara perempuannya dan bibinya, lalu dia menguatkan hati-hati mereka sebab khawatir mereka keluar bersamanya.’” [Musnad Ahmad (VII/190, no. 5353) tahqiq Ahmad Syakir, dia berkata, “Sanadnya shahih.” ]

Mirqanah adalah sebuah lembah di Madinah dari arah Thaif, seseorang melewatinya di ujung kedatangannya, tegasnya di ujung kuburan para syuhada Uhud. Lihat Mu’jamul Buldaan (IV/401).

Nabi Muhammad ﷺ telah menyampaikan bahwa peperangan itu akan terjadi, dan akan membuat batu dan pepohonan ikut berbicara. Namun, ada satu pohon yang tetap diam. Pohon itu bernama Gharqad.

Lantas, pohon apakah Gharqad itu? Umumnya, orang merujuk pada dua tanaman berduri yang hidup di padang pasir. Ada yang menyebut Gharqad adalah tanaman yang dalam bahasa Arab disebut Ausaj. Para ilmuwan menyebut spesies ini sebagai Lycium Shawii.

Shahih Muslim 5204:

Telah menceritakan kepada kami (Yahya bin Yahya) dan (Abu Bakr bin Abu Syaibah). Berkata Yahya: Telah mengabarkan kepada kami. Sedangkan Abu Bakar berkata: Telah menceritakan kepada kami (Abu Al Ahwash) telah menceritakan kepada kami (Abu Kamil Al Jahdari) telah menceritakan kepada kami (Abu Awanah), keduanya dari (Simak) dari (Jabir bin Samurah) berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda: “Sesungguhnya antara aku dan kiamat ada banyak pendusta.” Ia menambah dalam hadits Abu Al Ahwash, ia bertanya padanya: “Kamu mendengar ini dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam?” Ia menjawab: “Ya.” Telah menceritakan kepadaku (lbnu Al Mutsanna) dan (ibnu Basyar) keduanya berkata: Telah menceritakan kepada kami (Muhammad bin Ja’far) telah menceritakan kepada kami (Syu’bah) dari (Simak) dengan sanad ini dengan matan serupa. Simak berkata: Aku mendengar (Saudaraku) berkata: (Jabir) berkata: Maka waspadalah terhadap mereka.

Shahih Muslim 5205:

Telah menceritakan kepadaku (Zuhair bin Harb) dan (lshaq bin Manshur), berkata Ishaq: telah mengkhabarkan kepada kami, sementara Zuhair berkata: Telah menceritakan kepada kami (Abdurrahman bin Mahdi) dari (Malik dari (Abu Az Zinad) dari (AI A’raj dari (Abu Hurairah) dari nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda: “Kiamat tidak terjadi hingga para Dajjal pendusta dimunculkan, (jumlah mereka) hampir tigapuluh, semua mengaku bawa ia adalah utusan Allah.” Telah menceritakan kepada kami (Muhammad bin Rafi’) telah menceritakan kepada kami (Abdurrazzaq) telah mengkhabarkan kepada kami (Ma’mar) dari (Hammam bin Munabbih) dari (Abu Hurairah) dari nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam sepertinya, hanya saja ia menyebut: Muncul.

Bohong bisa menjadi kebiasaan lumrah bagi sebagian orang. Banyaknya kebohongan di muka bumi pun menjadi salah satu tanda kiamat kecil seperti yang disampaikan Nabi Muhammad ﷺ dalam hadisnya.

Padahal, Allah ﷻ telah jelas menerangkan dalam surah Az Zumar : 60. “Dan pada hari kiamat kamu akan melihat orang-orang yang berbuat dusta terhadap Allah, mukanya menjadi hitam. Bukankah dalam neraka Jahanam itu ada tempat bagi orang-orang yang menyombongkan diri.”

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

Bab 19: Peristiwa Ibnu Shayyad

Shahih Muslim 5206:

Telah menceritakan kepada kami (Utsman bin Abu Syaibah) dan (Ishaq bin Ibrahim), teks milik Utsman, berkata Ishaq: telah mengkhabarkan kepada kami, sementara Utsman berkata: telah menceritakan kepada kami (Warir) dari (AI A’masyi) dari (Abu Wa’il) dari (Abdullah) berkata: Kami bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam, kami melintasi anak-anak, diantara mereka ada Ibnu Shayyad. Anak-anak lari sementara Ibnu Shayyad duduk, sepertinya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam membenci hal itu lalu nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam bertanya padanya: “Beruntunglah kamu, apa kau bersaksi bahwa aku utusan Allah?” ia menjawab: Tidak, tapi kau bersaksi bahwa aku utusan Allah. Umar bin Al Khaththab berkata: Biarkan aku membunuhnya wahai Rasulullah. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda: “Bila yang kau lihat seperti itu, kau tidak akan mampu membunuhnya.”

Shahih Muslim 5207:

Telah menceritakan kepada kami (Muhammad bin Abdullah bin Numair), (Ishaq bin Ibrahim) dan (Abu Kuraib), teks milik Abu Kuraib, berkata Ibnu Numair: telah menceritakan kepada kami, sedangkan yang lain berkata: Telah mengkhabarkan kepada kami (Abu Mu’awiyah) telah menceritakan kepada kami (AI A’masyi) dari (Syaqiq) dari (Abdullah) berkata: Kami berjalan bersama nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam lalu beliau melintasi Ibnu Shayyad, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda padanya: “Aku menyembunyikan sesuatu untukmu.” Ia berkata: Asap. Lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda: “Menyingkirlah, kau tidak akan melampaui kemampuanmu.” Lalu Umar berkata: Wahai Rasulullah, biarkan aku menebas lehernya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda: “Biarkan dia, bila dia orang yang kau takuti, kau tidak akan mampu membunuhnya.”

Shahih Muslim 5208:

Telah menceritakan kepada kami (Muhammad bin Al Mutsanna) telah menceritakan kepada kami (Salim bin Nuh) dari (AI Jurairi) dari (Abu Nadhrah) dari (Abu Sa’id) berkata:

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam, Abu Bakar dan Umar berpapasan dengannya (Ibnu Shayyad) disalah satu jalanan Madinah lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bertanya padanya: “Apa kau bersaksi bahwa aku utusan Allah?” ia balik bertanya: Apa kau bersaksi bahwa aku utusan Allah? Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda: “Aku beriman kepada Allah, malaikat dan kitab-kitabNya.” Beliau bertanya: “Apa yang kau lihat?” ia menjawab: Aku melihat singgasana di atas air. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda: “Kau melihat singgasana iblis di atas laut.” Beliau bertanya: “Apa yang kau lihat?” ia menjawab: Dua orang yang jujur dan seorang pendusta, atau dua orang pendusta dan seorang yang jujur. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda: “Ia dikaburkan, biarkanlah dia.”

Telah menceritakan kepada kami (Yahya bin Hubaib) dan (Muhammad bin Abdula’la), keduanya berkata: Telah menceritakan kepada kami (Mu’tamir) berkata: Aku mendengar (ayahku) berkata: Telah menceritakan kepada kami (Abu Nadhrah) dari (Jabir bin Abdullah) berkata: Nabi Allah subhanahu wata’ala Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bertemu Ibnu Shayyad, beliau bersama Abu Bakar dan Umar, sementara Ibnu Shayyad bersama anak-anak, ia menyebut seperti hadits Al Jurairi.

Shahih Muslim 5209:

Telah menceritakan kepadaku (Ubaidullah bin Umar Al Gawariri) dan (Muhammad bin Al Mutsanna), keduanya berkata: Telah menceritakan kepada kami (Abdula’la) telah menceritakan kepada kami (Dawud) dari (Abu An Nadhrah) dari (Abu Sa’id Al Khudri) berkata: Aku menemani Ibnu Shayyad ke Makkah, ia berkata padaku: Aku bertemu dengan sebagaian orang, mereka mengiraku Dajjal. Bukankah kau pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda bahwa ia tidak punya anak? Abu Sa’id berkata: Aku menjawab: Benar. Ibnu Shayyad berkata: Sedangkan aku punya anak. Dan bukankah kau pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda: “Dajjal tidak bisa memasuki Madinah dan Makkah, Abu Sa’id berkata: Aku menjawab: Benar. Ibnu Shayyad berkata: Sementara aku dilahirkan di Madinah dan sekarang ini aku hendak ke Makkah. Abu Sa’id berkata: Setelah itu ia berkata padaku diakhir perkataannya: Ingat, demi Allah aku mengetahui kelahiran, tempat dan dimana ia (Dajjal) berada. Abu Sa’id berkata: Ia mengacaukanku.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah menuturkan bahwa masalah Ibnu Shayyad telah menjadi sesuatu yang rumit bagi sebagian Sahabat. Mereka mengira bahwa dia adalah Dajjal, sementara Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tawaqquf (berdiam diri) sehingga jelas bagi beliau setelah itu bahwa dia bukan Dajjal. Dia hanya salah seorang dukun yang memiliki kemampuan-kemampuan syaitan, karena itulah beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam pergi untuk mengujinya.”

Sementara sahabat yang lain, Seperti Ummar bin Khattab Radhiyallahu’anhu bersumpah bahwasanya dia Dajjal.

Pada th. 63H Ibnu Shayyad menghilang (Jasadnya tidak ditemukan) pada peristiwa Al-Harrah (Musim Panas).

al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah telah berijtihad untuk men-selaraskan antara hadits-hadits yang bertentangan, dia berkata, “Cara yang paling dimengerti dalam menggabungkan makna yang dikandung dalam hadits Tamim Radhiyallahu anhu dan keberadaan Ibnu Shayyad sebagai Dajjal dan sesungguhnya Dajjal pada hakikatnya adalah yang disaksikan dalam keadaan terikat oleh Tamim. Sedangkan Ibnu Shayyad adalah syaitan yang menampakkan diri dalam bentuk Dajjal ketika itu, sehingga dia pergi ke Ashbahan, lalu bersembunyi bersama kawannya hingga dia datang pada masa yang ditakdirkan oleh Allah untuk keluar di sana. Mengingat rumitnya masalah ini, maka Imam al-Bukhari berusaha menempuh jalan Tarjih (menentukan yang paling kuat di antara yang lemah,-penj.), maka beliau mencukupkannya dengan hadits Jabir dari ‘Umar tentang Ibnu Shayyad, dan tidak meriwayatkan hadits Fathimah binti Qais tentang kisah Tamim.”

Para ulama berkata, ‘Nampak di dalam hadits-hadits tersebut bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak diberikan wahyu apakah dia itu Dajjal atau yang lainnya. Beliau hanya diwahyukan tentang sifat-sifat Dajjal, sementara Ibnu Shayyad memiliki ciri-ciri yang memungkinkan. Karena itulah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak menyatakan secara pasti bahwa dia adalah Dajjal atau yang lainnya, dan karena itu pula beliau berkata kepada ‘Umar, ‘Jika dia memang Dajjal, maka engkau tidak akan pernah bisa membunuhnya.’”

Ibnu Shayyad adalah Hakiki dan Bukan Khurafat. Dengan beberapa fakta sebagai berikut:
1. Ibnu Shayyad adalah orang Yahudi yang berada di Madinah atau di antara sekutu mereka. Sedangkan di antara Nabi dan mereka ada perjanjian damai saat itu.
2. Ibnu Shayyad ketika itu masih kecil, belum baligh.
3. Diungkapkan oleh a-Hafizh Ibnu Hajar bahwa Ibnu Shayyad tidak mendakwahkan dirinya sebagai Nabi dengan terang-terangan, ia hanya mendakwahkan risalah, dan pengakuan terhadap risalah tidak mesti memberi arti adanya pengakuan terhadap kenabian.

Referensi : https://almanhaj.or.id/3250-pendapat-ulama-tentang-ibnu-shayyad.html

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم