Tag Archives: Ustadz Nefri

Setiap hal ada pasangannya, ada kebenaran ada kebatilan, ada malam ada siang, demikian juga ada sunnah, ada lawannya yaitu bid’ah.

Untuk mengetahui tentang bid’ah, tentu harus mempelajarinya. Lihatlah seorang sahabat yang mulia yaitu Hudzaifah Ibnul Yaman, begitu semangat mengenali kejelekan, di samping ia juga paham amalan baik. Hudzaifah berkata, “Manusia dahulu biasa bertanya pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengenai kebaikan. Aku sendiri sering bertanya mengenai kejelekan supaya aku tidak terjerumus di dalamnya.” ( HR. Bukhari no. 3411 dan Muslim no. 1847)

Bid’ah bertingkat-tingkat, dan Hukumannya juga bertingkat. Sebagainya masih disebut Ahlussunnah, meskipun terjerumus ke dlm perbuatan bid’ah.

Kata bid’ah salah satu istilah dalam syariat Islam. Kalimat ini tentunya tidak asing ditengah kaum muslimin secara umum, para penggiat dakwah yang memiliki perhatian lebih terhadap ilmu dan agama, para pencinta kebenaran yang masih memiliki ghirah kecemburuan untuk menjaga kemurnian Islam, juga tidak asing bagi kalangan yang sensitif terhadap dengan istilah ini, untuk membela ritual adat yang disematkan atas nama agama. Sejatinya Bid’ah adalah pandemi dan musuh kita bersama.

Allâh ﷻ berfirman:

إِنَّ ٱلَّذِينَ قَالُوا۟ رَبُّنَا ٱللَّهُ ثُمَّ ٱسْتَقَٰمُوا۟ تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ ٱلْمَلَٰٓئِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا۟ وَلَا تَحْزَنُوا۟ وَأَبْشِرُوا۟ بِٱلْجَنَّةِ ٱلَّتِى كُنتُمْ تُوعَدُونَ

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu”.

📝 Tafsir ayat:

Ayat ini merupakan lanjutan dari ayat sebelumnya yang menjelaskan tentang orang-orang kafir, sedangkan ayat ini menjelaskan tentang golongan orang yang beriman.

Seorang anak memiliki kewajiban yang besar untuk menunaikan hak berbakti kepada ibu dan ayahnya. Siapapun dia, ketika diluar rumah mungkin ia seorang kolonel, panglima, pemimpin yang dihargai dan berwibawa, namun ceritanya lain ketika dia berada disisi Ibu dan Bapaknya. Dia wajib merendahkan suara, berwajah ceria, lemah lembut dalam tutur kata, bagaikan seorang budak di hadapan tuannya.

Jasa ibu dan bapak sangatlah besar bagi seorang anak. Jasa itu tidak akan bisa di balas dengan sempurna. Peras keringat sang ayah dalam mencari nafkah yang halal agar anak-anaknya bisa makan, berpakaian, dan tempat tinggal yang layak. Kekuatan dan kegagahan masa muda,sudah berganti nama dengan kelelahan dan wajah yang keriput. Semua itu dilakukan demi kebahagiaan sang anak.

Hidup didunia yang relative sangat pendek, setelah masuk alam kubur, di barzakh manusia akan menunggu dalam masa yang amat panjang sampai datangnya hari ditiupnya sangkakala untuk berbangkit. Berapa lama dialam kubur tidak seorangpun yang mengetahuinya kecuali Allâh ﷻ, bisa jadi ratusan tahun, ribuan bahkan lebih sebagaimana orang-orang yang telah mendahului kita.

Berkata Ibnu Al-Qayyim Rahimahullah: “Manusia sejak diciptakan senantiasa menjadi musafir, batas akhir perhentian perjalanan mereka adalah surga atau neraka”. (Al-Fawaid, 1/190).

Perjalanan alam barzakh menuju ke akhirat, berkumpul di mahsyar, hisab dan segenap peristiwa-peristiwa besar lainnya hingga sampai masuk surga atau jatuh ke neraka, itu merupakan perjalanan yang teramat panjang. Setiap manusia pasti akan melintasi sirath tanpa terkecuali. Orang beriman selamat hingga ke negri yang penuh kedamaian, adapun orang kafir dan semisal mereka, akan nyemplung di negri yang penuh kesedihan, azab yang mengerikan. Allâh ﷻ berfirman:

وَاِنْ مِّنْكُمْ اِلَّا وَارِدُهَا ۚ كَانَ عَلٰى رَبِّكَ حَتْمًا مَّقْضِيًّا ۚ

Dan tidak ada seorang pun di antara kamu yang tidak mendatanginya (neraka). Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu ketentuan yang sudah ditetapkan. (QS Maryam ayat 71).

Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah ﷺ bersabda:

“Maka dibentangkanlah Sirath ditengah permukaan Jahannam, aku dan ummatku yang pertama sekali melewatinya dari golongan para rasul, dan tidak seorangpun yang berani berbicara dihari itu kecuali para rasul. Dan ucapan para Rasul-Nya saat itu: “Wahai Allah, selamatkanlah, selamatkanlah”. (HR Bukhari (no. 806).

Dari Sahabat Sa’id Al-Khudri Radhiyallahu’anhu, Nabi ﷺ bersabda:

“Kemudian didatangkan jembatan lalu dibentangkan diatas permukaan Jahannam. Kami bertanya:” Wahai Rasulullah, bagaimana bentuk jembatan itu? Nabi n berkata,” Licin (lagi) menggelincirkan. Diatasnya terdapat besi-besi pengait dan kawat berduri yang ujungnya bengkok, ia bagaikan pohon berduri di Najd dikenal dengan pohon Sa’dan …”. (HR. Bukhari (no. 7439).

Dari Sahabat Sa’id Al-Khudri Radhiyallahu’anhu, Nabi ﷺ bersabda:

“Pengait itu seperti pohon Sa’dan. Diantara mereka ada yang binasa disebakan amal perbuatannya (semasa didunia), dan diantara mereka ada yang tergelincir namun akhirnya selamat”. (HR. Bukhari (no. 806).

Menasehati Penguasa dengan Cara yang Baik

Tidak seorang pun yang terjaga dari kesalahan (ma’sum), selain para Nabi. Saling menasehati ke jalan Allah merupakan pokok kebaikan agama ini.

وَتَوَاصَوْا۟ بِٱلْحَقِّ وَتَوَاصَوْا۟ بِٱلصَّبْرِ

“Dan hendaklah saling menasehati dalam mentaati kebenaran dan saling menasehati supaya menetapi kesabaran”. (QS. Al-’Asr: 3)

Dari Tamim ad-Dari Radhiyallahu’anhu, Rasulullah ﷺ bersabda: “Islam seluruhnya nasehat untuk beriman kepada Allah, kitab-Nya, mengikuti RasulNya, menasehati pemimpin umat Islam dan seluruh kaum muslimin”. (Bukhari 1/21, Muslim (no. 55).

Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah ﷺ bersabda, “Sungguh Allah senantiasa ridho kepada kalian tiga perkara, “Kalian beribadah kepada Allah dan tidak berbuat syirik dengan apapun, berpegang teguh dengan tali agama Allah, jangan bercerai berai, dan menasehati pemimpin yang Allah pilihkan untuk mengatur urusan kalian.” (HR. Muslim (no. 1715).

Salah satu pokok aqidah ahlu sunnah adalah menaati pemimpin dan tidak boleh mencela, mengangkat senjata, menggulingkan penguasa. Tidak ada yang menyelisihi aqidah ini kecuali ahlu bid’ah seperti khawarij, syi’ah, mu’tazilah dan yang sefaham dengan mereka.

Islam adalah agama nasehat, menuntun kita untuk saling menasehati diatas kebenaran. Termasuk menyampaikan kalimat yang haq dihadapan penguasa yang zalim dengan cara yang baik dan terhormat, merupakan jihad yang agung disisi Allah. Dari Abu Sa’id Radhiyallahu’anhu, Rasulullah ﷺ bersabda: 

“Jihad yang utama menyampaikan kebenaran dihadapan pemimpin yang zalim”. (Ahmad (no. 11143), Shahih Al-Jami; (no. 1100). 

Islam tidak memberi ruang untuk makar dan kudeta, bahkan sekedar mendoakan keburukan bagi penguasa. Diriwayatkan Imam Al-Baihaqi, bahwa Imam Hasan AlBasri (21-110 H) pernah mendengar seseorang mendoakan keburukan untuk Hajjaj bin Yusuf At-Tsaqafi (40-95 H), maka Imam al-Hasan Rahimahullah berkata kepadanya:

“Jangan kau lakukan itu, karena kalian diberi pemimpin sesuai dengan perangai kalian. Aku khawatir jika Hajjaj lengser atau mati, maka yang akan memimpin kalian setelahnya adalah kera dan babi”.

Alam kubur adalah turunan dari Iman kepada hari akhir, karena alam kubur adalah gerbang menuju akhirat. Sebagain manusia ada yang mendustakan dan ada yang mengimani adanya alam kubur.

Orang yang tidak beriman kepada alam kubur (adzab dan nikmat) maka masuk dalam kategori ahli bid’ah. Seperti yang menolak hadits-hadits ahad yang menjelaskan adanya alam kubur.

Azab dan nikmat kubur itu haq dan benar adanya. Setiap muslim wajib beriman dan senantiasa berlindung kepada Allâh ﷻ dari azab dan penderitaan kubur. Negeri asing tak berpenghuni, gelap yang mengerikan, tidak seorangpun yang menemani kita, tidak harta, tidak pula kekasih dan keluarga didunia, kecuali amal shaleh diatas tauhid dan sunnah Rasulullah ﷺ . Siskaannya beragam, sesuai perbuatan dan kezhaliman.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah ﷺ bersabda: “Sungguh kuburan ini dipenuhi kegelapan atas penghuninya dan sesungguhnya Allah meneranginya dengan shalatku atas mereka”. (HR. Muslim (no. 956), tentang kisah wafatnya Ummu Mihjan).

Dalam hadist yang maknanya sahih, dari Abi Sa’id Radhiyallahu’anhu, Rasulullah ﷺ bersabda: “Sungguh kuburan itu adalah taman dari taman-taman surga atau lubang daripada lubang-lubang neraka”. ( HR. At-Turmizi 4/220 (no. 2460), lihat Da’if Sunan At-Turmizi 1/280, As-Silsilah ad-Da’ifah (no. 4990.)

Setiap orang merindukan sosok pemimpin adil, penguasa yang ideal, perhatian pada kemaslahatan rakyat, mendahulukan kepentingan bangsa atas dirinya, tegas dalam menegakkan kebenaran dan berani mencegah kemungkaran. Jika pemimpin itu sesuai harapan maka rakyat akan memuji dan menyanjungnya. Jika pemimpin itu tidak sesuai harapan, apalagi terkenal dengan kezhaliman dan ketidak adilan, rakyat akan berbalik menghujat, mencaci, membuli, kecuali orang-orang yang di beri Taufiq oleh Allah Zat Yang Maha Terpuji.

Kebanyakan rakyat hanya bisa menuntut pemimpin untuk berlaku adil dan mengimpikan pemimpin ideal. Namun mereka lupa bagaimana cara mewujudkan harapan itu menjadi nyata. Justru impian itu mereka wujudkan dengan kudeta, menggulingkan pemimpin yang ada dan berangan-angan akan datang pemimpin yang lebih baik setelahnya. Padahal bersabar itu jauh lebih utama, menghadapi penguasa yang tidak sesuai selera.

Allâh ﷻ menyebutkan kesabaran Nabi Musa alaihissalam dan umatnya atas kezaliman Fir’aun:

وَقَالَ الْمَلَاُ مِنْ قَوْمِ فِرْعَوْنَ اَتَذَرُ مُوْسٰى وَقَوْمَهٗ لِيُفْسِدُوْا فِى الْاَرْضِ وَيَذَرَكَ وَاٰلِهَتَكَۗ قَالَ سَنُقَتِّلُ اَبْنَاۤءَهُمْ وَنَسْتَحْيٖ نِسَاۤءَهُمْۚ وَاِنَّا فَوْقَهُمْ قَاهِرُوْنَ

Dan para pemuka dari kaum Fir‘aun berkata, “Apakah engkau akan membiarkan Musa dan kaumnya untuk berbuat kerusakan di negeri ini (Mesir) dan meninggalkanmu dan tuhan-tuhanmu?” (Fir‘aun) menjawab, “Akan kita bunuh anak-anak laki-laki mereka dan kita biarkan hidup anak-anak perempuan mereka dan sesungguhnya kita berkuasa penuh atas mereka.” (QS Al-A’raf ayat 127).

Dalam ‘aqidah ahlu sunnah, bahwa ruh para Nabi, as-siddiqin, as-syuhada dan seluruh orang beriman berada di tempat tertinggi di surga Allâh ﷻ, ruh mereka diberi nikmat berupa rezki dari sisi-Nya petang dan pagi.

Dikisahkan oleh Ummul Mukminin ‘Aisyah Radhiyallahu’anha, bahwa kalimat terakhir yang diucapkan Nabi ﷺ sesaat sebelum wafat adalah: “Ya Allah, di ar-Rafiqi al-A’laa”. Muttafaqun ‘Alaihi, Bukhari (no. 4437), Muslim (no. 2191)

Berkata Imam An-Nawawi As-Syafi’i Rahimahullah: “Pendapat yang benar yang dipegang oleh mayoritas ulama bahwa maksud dari arRafiqi al-A’laa adalah tempat para Nabi tinggal di tempat surga yang paling tinggi”. (Syarah Sahih Muslim 15/208)

Dari Jabir bin Abdillah Radhiyallahu’anhu, Rasulullah ﷺ bersabda: “Siapa yang mengucapkan doa selesai azan: “Ya Allah, Rabb pemilik seruan yang sempurna ini, shalat yang ditegakkan, berilah kepada Nabi Muhammad al-Wasilah dan al-Fadhilah (kedudukan yang tinggi dan mulia), dan bangkitkanlah beliau sehingga menempati kedudukan yang terpuji yang telah Engkau janjikan kepadanya” maka dia akan mendapat syafaatku di hari kiamat”. (HR. Bukhari (no. 4791).

Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah ﷺ bersabda: “Mintakanlah kepada Allah untukku Al-Wasilah. Para sahabat berkata: “Apa itu AlWasilah wahai Rasulullah? Rasulullah ﷺ bersabda: “Tempat derajat tertinggi didalam surga yang tidak diraih kecuali oleh seorang hamba, dan aku berharap agar memperolehnya”. (Sahih Sunan At-Turmizi (no. 3612), sahih dengan syawahid).

Berkata Syaikh Shaleh ibnu ‘Utsaimin Rahimahullah “Dan harapan ini dengan izin Allâh ﷻ akan terwujud, karena kita mengetahui bahwa makhluk yang paling utama disisi Allah adalah Nabi Muhammad ﷺ ”. (Syarh Riyadhu as-Salihin 5/36, bab “Fadhlu al-Wudu”)

Ruh merupakan ciptaan Allâh ﷻ, dimana ilmu tentang hakikatnya merupakan rahasia dan urusan Allah semata, karena ruh adalah perkara ghaib, wujudnya ada, namun fisik dan betuknya seperti apa tidak diketahui oleh akal manusia.

Semua manusia memiliki ruh dan jasad, keduanya memiliki ketergantungan yang saling membutuhkan. Dengan adanya ruh jasad bisa berfungsi sehingga disebut manusia, jika ruh berpisah dengan jasad.

Sungguh kehidupan setelah kematian amat dahsyat, bagaimana perjalanan ruh keluar dari jasad, hebatnya siksaan dan keletihan orang kafir ketika diazab di alam kubur, penderitaan yang tiada berkesudahan hingga hari kebangkitan, dan setelahnya mereka akan di azab yang jauh lebih mengerikan di hari kiamat.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah ﷺ bersabda: “Demi Zat yang jiwa Muhammad ada ditangan-Nya! Andaikan kalian mengetahui apa yang aku ketahui, maka kalian akan sedikit ketawa dan banyak menangis”. (HR. Bukhari (no. 6637).

Setelah ruh dicabut dari jasad, maka semuanya akan dikembalikan kepada Allah. Adapun ruh orang yang beriman akan berada ditempat yang tinggi dan mulia dalam taman-taman surga yang penuh kenikmatan. Ruh orang mukmin diberi kenikmatan terlebih dahulu didalam surga sebelum jasad mereka memasukinya. Adapun orang kafir ruh mereka akan berada ditempat yang rendah penuh kehinaan dalam kondisi diazab hingga hari berbangkit.

💡 Iman kepada surga dan neraka mencakup tiga hal:
1. Keduanya benar-benar adanya tanpa keraguan.
2. Surga dan neraka keduanya adalah makhluk yang diciptakan.
3. Surga dan neraka Allâh ﷻ jadikan kekal dan tidak fana.

Imam Hafizh bin Ahmad bin Ali Al-Hakami Rahimahullah (w. 1377 H) berkata dalam manzhumah-nya Ma’aariju Al-Qabul:

Neraka dan Surga adalah benar adanya, keduanya telah ada saat ini dan keduanya tidak fana

Keduanya kekal dan abadi karena Allah yang membuat keduanya kekal
Keduanya tidak akan rusak selamanya, dan tidak pula fana penduduk keduanya

Pertama : Surga dan Neraka benar adanya tanpa ada keraguan.

Surga hanya diperuntukkan bagi seorang muslim yang beriman dan beramal shaleh. Neraka diperuntukkan untuk orang kafir, munafiq, atheis dan yang semisal mereka, serta ahli maksiat, orang yang sombong, kasar lagi keras permusuhannya.

Dalil-dalil yang menujukkan adanya surga sangat banyak didalam Al-Quran dan As-Sunnah yang shahih, serta kesepakatan para ulama As-Salafu As-Shaleh dari zaman ke zaman. Allâh ﷻ berfirman:

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ وَالَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ

21. Wahai manusia! Sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang yang sebelum kamu, agar kamu bertakwa.

الَّذِيْ جَعَلَ لَكُمُ الْاَرْضَ فِرَاشًا وَّالسَّمَاۤءَ بِنَاۤءً ۖوَّاَنْزَلَ مِنَ السَّمَاۤءِ مَاۤءً فَاَخْرَجَ بِهٖ مِنَ الثَّمَرٰتِ رِزْقًا لَّكُمْ ۚ فَلَا تَجْعَلُوْا لِلّٰهِ اَنْدَادًا وَّاَنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ

22. (Dialah) yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dialah yang menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia hasilkan dengan (hujan) itu buah-buahan sebagai rezeki untukmu. Karena itu janganlah kamu mengadakan tandingan-tandingan bagi Allah, padahal kamu mengetahui. (QS. Al-Baqarah: 21-22)

وَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِيْٓ اُعِدَّتْ لِلْكٰفِرِيْنَ ۚ

“Dan peliharalah dirimu dari api neraka, yang disediakan untuk orang-orang yang kafir”. (QS. Ali ‘Imran: 131)

Allâh ﷻ berfirman اُعِدَّتْ لِلْكٰفِرِيْنَ (Disediakan untuk orang-orang kafir) merupakan dalil bahwa neraka sudah ada, ini merupakan Fi’il Madhi (Bahasa Arab: فعل ماضي) adalah kata kerja yang menunjukkan peristiwa di masa lalu.

Kata اُعِدَّتْ merupakan bina majhul (telah disediakan) yang maknanya telah ada. Demikian juga untuk surga dengan makna yang sama, pada kata اُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِيْنَۙ. Lihat ayat berikutnya:

۞ وَسَارِعُوْٓا اِلٰى مَغْفِرَةٍ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمٰوٰتُ وَالْاَرْضُۙ اُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِيْنَۙ

133. Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa,

Dari ‘Ubadah bin Shamit Radhiyallahu’anhu, Rasulullah ﷺ bersabda: “Siapa saja yang bersaksi bahwa tiada ilaah yang berhak diibadahi kecuali Allah, tiada sekutu bagi-Nya, dan dia bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, Isa puta Maryam adalah hamba dan utusa-Nya, kalimat dan ruh-Nya yang di berikan kepada Maryam, surga itu benar (haq), neraka itu benar adanya, maka Allah akan masukkan dia ke surga-Nya dengan amal apa saja yang dia punya”.

Dalam riwayat lain ada tambahan: “Dari pintu surga yang delapan sesuai yang dia kehendaki”. (HR. Bukhari (no. 3435).

Kedua: Meyakini bahwa Surga dan Neraka telah diciptakan oleh Allâh ﷻ

Dari Sahabat ‘Imran bun Husain Radhiyallahu’anhu, Rasulullah ﷺ bersabda: “Maka aku melihat kedalam surga dan kebanyakan penghuninya para fuqara (fakir maskin), dan aku melihat ke neraka dan kebanyakan penghuninya adalah para wanita”. (HR. Bukhari (no. 3241).