Tag Archives: Ustadz Nefri

Adab-adab Pengajar

Hendaklah guru menjaga kedua tangannya dari bermain-mqin ketika mengajar dan menjaga kedua matanya dari memandang kemana-mana tanpa keperluan.

Hendaklah ia duduk dalam keadaan berwudhu dengan menghadap kiblat dan duduk dengan tenang dan memakai baju yang putih bersih. Apabila sampai ke tempat duduknya, ia kerjakan shalat dua rakaat sebelum duduk, baik tempatnya di masjid atau lainnya. Jika tempatnya di masjid, maka itu lebih diutamakan, karena dihukum makruh duduk di situ sebelum shalat.

Ia boleh duduk bersilah atau tidak bersilah. Diriwayatkan oleh Abu Bakar bin Abi Dawud As-Sijistani dengan isnadnya dari Abdullah bin Mas’ud bahwa ia dulu mengajar orang-orang di masjid sambil duduk berlulut di atas kedua lututnya.

Pasal: Apabila muridnya penuh, ia dahulukan yang pertama, lalu yang pertama ketika mengajar mereka. Jika yang pertama rela bila dia mendahulukan yang lain, ia pun mendahulukannya.

Patutlah guru menampakkan wajah gembira dan berseri-seri kepada mereka, memeriksa keadaan mereka dan menanyakan siapa yang tidak hadir di antara mereka.

Pasal: Berkata para ulama’ ra: Janganlah guru menolak mengajari seseorang karena tidak mempunyai niat yang benar.

Sufyan dan lainnya berkata: Belajar ilmu oleh mereka adalah niat.

Para ulama berkata: Kami mencari ilmu untuk selain Allah Ta’ala, tetapi ilmu menolak, kecuali untuk Allah.

Artinya ilmu itu akhirnya menjadi untuk Allah Ta’ala.

Pendidikan merupakan pondasi penting dalam membentuk generasi berbangsa dan bernegara. Demikian juga dalam agama guna membentuk generasi yang Rabbani.

Islam berjaya karena pendidikan jangka panjang, niat dan perjuangan Nabi ﷺ membuahkan hasil tatkala Islam berkembang di masa Umar bin Khathab Radhiyallahu’anhu.

Hal ini dikabarkan Nabi ﷺ melalui sahabat Adi bin Hatim Radhiyallahu’anhu yang dijelaskan oleh Imam Bukhari dalam Bab Alamatu Nubuwah Nabi ﷺ :

Dari Adi bin Hatim berkata: “Suatu saat aku sedang bersama Nabi ﷺ, lalu ada seorang laki-laki datang mengadu kemiskinan hidupnya. Seorang yang lain mengadu perampokan yang terjadi padanya di jalan.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam bersabda, ‘Sungguh Allah Ta’ala memasukkan tiga orang ke dalam surga lantaran satu anak panah. (Ialah) orang yang saat membuatnya mengharapkan kebaikan, orang yang menyiapkannya di jalan Allah Ta’ala, dan orang yang memanahkannya di jalan-Nya.’”

Hadis ini merupakan penjelasan mengenai keutamaan orang-orang yang bekerja sama dalam kebaikan. Sesungguhnya setiap orang yang bekerjasama dalam melakukan kebaikan, niscaya ia memperoleh pahala sesuai kontribusinya dari Allah ﷻ.

Hadirin Rahimakumullah… Tempat kita di surgaNya sangat ditentukan oleh teman kita di dunia.

Mengajak manusia menuju agama Allah merupakan salah satu ibadah yang agung, manfaatnya menyangkut orang lain. Bahkan dakwah menuju agama Allah merupakan perkataan yang paling baik. Allah Azza wa Jalla berfirman:

وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلاً مِّمَّن دَعَآ إِلَى اللهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِى مِنَ الْمُسْلِمِينَ

“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru menuju Allah, mengerjakan amal yang shalih dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri“. [Fushshilat/41:33].

Dakwah adalah tugas orang-orang yang hebat, yaitu para nabi dan rasul. Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah Ayat 213:

كَانَ ٱلنَّاسُ أُمَّةً وَٰحِدَةً فَبَعَثَ ٱللَّهُ ٱلنَّبِيِّۦنَ مُبَشِّرِينَ وَمُنذِرِينَ وَأَنزَلَ مَعَهُمُ ٱلْكِتَٰبَ بِٱلْحَقِّ لِيَحْكُمَ بَيْنَ ٱلنَّاسِ فِيمَا ٱخْتَلَفُوا۟ فِيهِ ۚ

Manusia itu adalah umat yang satu. (setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan.

Pasal: Patutlah pelajar dididik secara bertahap dengan adab-adab yang luhur dan perilaku yang baik dan melatih dirinya dengan perkara-perkara yang kecil dan rumit.

Hendaklah guru membiasakannya untuk memelihara diri dalam semua urusan yang tersembunyi maupun yang terang dan mendorongnya dengan perkataan dan perbuatannya yang berulang-ulang untuk menampakkan keikhlasan, kejujuran dan niat baik serta memperhatikan Allah Ta’ala dalam seluruh saatnya.

Hendaklah guru memberitahukan kepadanya bahwa dengan sebab itu terbukalah cahaya makrifat kepadanya, dadanya menjadi lapang dan memancar dari hatinya sumber-sumber hikmah dan pengetahuan yang tersembunyi.

Allah akan memberinya keberkahan dalam ilmu dan keadaannya dan memberinya petunjuk pada perbuatan dan perkataannya.

Pengajar harus memberi nasihat kepada mereka, karena Rasulullah bersabda:

عَنْ أَبِي رُقَيَّةَ تَمِيْمٍ بْنِ أَوْسٍ الدَّارِي رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ قَالَ الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ قُلْنَا : لِمَنْ ؟ قَالَ للهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُوْلِهِ وَلِأَئِمَّةِ المُسْلِمِيْنَ وَعَامَّتِهِمْ – رَوَاهُ مُسْلِمٌ

Dari Abu Ruqayyah Tamim bin Aus Ad-Daari radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Agama adalah nasihat.” Kami bertanya, “Untuk siapa?” Beliau menjawab, “Bagi Allah, bagi kitab-Nya, bagi rasul-Nya, bagi pemimpin-pemimpin kaum muslimin, serta bagi umat Islam umumnya.” (HR. Muslim) [HR. Muslim, no. 55]

Termasuk nasihat bagi Allah Ta’ala dan kitab-Nya ialah menghormati pembaca dan pelajarnya, membimbingnya kepada maslahatnya, bersikap lembut kepadanya, membantunya untuk mempelajarinya sesuai kemampuannya, membujuk hati pelajar, mudah di waktu mengajarinya dengan kelembutan, bersikap ramah kepadanya dan mendorongnya untuk belajar.

Hendaklah guru mengingatkan muridnya akan keutamaan hal itu supaya bisa mengingatkan kegiatannya dan menambah kemauannya, membuatnya menjauhi kesenangan dunia dan menjauhkannya dari kecondongan kepadanya serta mencegahnya agar tidak tertipu olehnya.

Hendaklah ia mengingatkannya akan keutamaan menyibukkan diri dengan Al-Qur’an dan ilmu-ilmu Syar’iyyah lainnya.

Itu adalah jalan orang-orang bijak yang arif dan hamba-hamba Allah yang shaleh dan tingkatan para Nabi.

Sudah seharusnya seorang Pengajar harus bersikap lembut kepada murid yang belajar kepadanya, menyambutnya serta berbuat baik kepadanya sesuai dengan keadaannya.

Kami telah meriwayatkan dari Abi Harun Al-Abdi, ia berkata: Kami mendatangi Said Al-Khudri lalu ia berkata: Selamat datang, wasiat Rasulullah: Sesungguhnya Nabi bersabda: “Sesungguhnya orang-orang mengikuti kalian dan ada orang-orang yang datang kepada kalian belajar ilmu agama. Apabila mereka datang kepada kalian, maka perlakukan mereka dengan baik.” Hadits riwayat Tirmidzi dan Ibnu Majah dan lainnya.

Kami mariwayatkan seperti itu dalam musnad Ad-Darimi dari Abi Darda’.

Imam An-Nawawi 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱 berkata:

Pengajar harus memiliki akhlak yang baik sehingga ditetapkan oleh syara’, perilaku terpuji dan sifat-sifat baik yang dianjurkan Allah, seperti zuhud terhadap kesenangan dunia dan mengambil sedikit darinya, tidak mempedulikan dunia dan pencintanya, Pemurah dan dermawan, budi pekerti mulia, wajah yang berseri-seri tanpa menjurus kepada keburukan moral, penyantun, sabar, menjauhi penghasilan yang buruk, bersikap wara’ dan khusyu’, tenang, berwibawa, rendah hati dan tunduk, menghindari tertawa dan tidak banyak bergurau.

Imam An-Nawawi 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱 berkata:

Hendaklah ia menghindari tujuan untuk memaksakan jumlah murid yang banyak maupun orang-orang yang datang kepadanya dan jangan membenci murid-muridnya yang belajar kepada orang lain untuk mendapat manfaat darinya. Ini adalah musibah yang menimpa sebagian pengajar yang bodoh. Itu adalah bukti yang jelas dari pelaku atas niatnya yang buruk dan batinnya yang rusak.

Kebanyakan orang malah ingin kondang dan tenar. Keinginan ini sering kita temukan pada para artis. Namun orang yang tahu agama pun punya keinginan yang sama. Ketenaran juga selalu dicari-cari oleh seluruh manusia termasuk orang kafir. Akhirnya, berbagai hal yang begitu aneh dilakukan karena ingin tenar dan tersohor.