Tag Archives: Ustadz Nefri

Ayat 6 dari Surat Al-Insyiqaq berbunyi,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلْإِنسَٰنُ إِنَّكَ كَادِحٌ إِلَىٰ رَبِّكَ كَدْحًا فَمُلَٰقِيهِ

“Wahai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja keras menuju Tuhanmu, maka kamu akan menemui-Nya”.

Ayat ini menjelaskan adaptasi manusia. Perubahan dari waktu ke waktu yakni, sesungguhnya engkau telah berjalan menuju Allah , mengerjakan perintahNya, menjauhi laranganNya dan mendekat padaNya dengan kebaikan atau keburukan, kemudian engkau akan bertemu dengan Allah pada Hari Kiamat. (Tafsir As-Sa’di Rahimahullah).

Setengah ayat adalah bagian dari Al-Qur’an pada surat Al-A’raf ayat 31.

يَٰبَنِىٓ ءَادَمَ خُذُوا۟ زِينَتَكُمْ عِندَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا۟ وَٱشْرَبُوا۟ وَلَا تُسْرِفُوٓا۟ ۚ إِنَّهُۥ لَا يُحِبُّ ٱلْمُسْرِفِينَ

Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.

Ayat ini adalah petunjuk kehidupan. Ada pelajaran yang bisa kita ambil dari ayat ini.

Tentang memelihara pembacaan Al-Qur’an di waktu malam.

Penghafal Al-Qur’an harus lebih banyak memperhatikan pembacaan Al-Qur’an di waktu malam dan shalat malam.

Allah Ta’ala berfirman:

لَيْسُوا۟ سَوَآءً ۗ مِّنْ أَهْلِ ٱلْكِتَٰبِ أُمَّةٌ قَآئِمَةٌ يَتْلُونَ ءَايَٰتِ ٱللَّهِ ءَانَآءَ ٱلَّيْلِ وَهُمْ يَسْجُدُونَ. يُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ وَيَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ وَيُسَٰرِعُونَ فِى ٱلْخَيْرَٰتِ وَأُو۟لَٰٓئِكَ مِنَ ٱلصَّٰلِحِينَ

“Di antara Ahli Kitab itu ada golongan yang berlaku lurus, mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam hari, sedang mereka bersujud (sembahyang). Mereka beriman kepada Allah dan hari penghabisan, mereka menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar dan bersegera kepada (mengajarkan) berbagai kebajikan dan mereka itu termasuk orang-orang yang shaleh.” (QS Ali Imran: 113-114).

Imam An-Nawawi 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱 berkata:

Adapun orang yang mengatamkan Alquran dalam satu raka’at tidak terhitung banyaknya. Di antara orang-orang terdahulu adalah Utsman bin Affan, Tamim Ad-Daariy dan Said bin Jubair yang mengkhatamkan dalam setiap raka’at di Ka’bah.

Adapun orang-orang yang mengkhatamkan Al-Qur’an dalam seminggu banyak jumlahnya. Hal itu diriwayatkan dari Utsman bin Affan Abdullah bin Mas’ud, Zaid bin Tsabit, Ubay bin Ka’ab radhiyallahu anhum dan dari sejumlah tabi’in seperti Abdurrahman bin Yazid, Alqamah dan Ibrahim rahimahumullah.

Pendapat yang terpilih ialah hal itu berbeda-beda menurut perbedaan orang-orangnya. Barangsiapa yang ingin merenungkan dan mempelajari dengan cermat, hendaklah ia membatasi pada kadar yang menimbulkan pemahaman yang sempurna atas apa yang dibacanya.

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ Kajian Kitab At-Tibyan fi Adab Hamalat Al-Quran Karya Imam An-Nawawi 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱 Bersama Ustadz Nefri Abu Abdillah, Lc 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱 Al-Khor, 13 Sya’ban 1446 / 12 Februari 2025. Kajian Ke-27 | Bab 5: Adab-Adab Pembawa Al-Qur’an. Dianjurkan Menjaga Tilawah dan Hafalan Bacaan Al-Qur’an Banyak kisah-kisah dan contoh-contoh teladan para salaf dalam kehidupan dan […]

Tidak Mencari Penghidupan dari membaca Al-Qur’an

Yang paling penting dari yang diperintahkan kepada penghafal Al-Qur’an ialah agar berhati-hati untuk tidak menggunakan Alquran sebagai sumber pencaharian dalam penghidupannya.

Diriwayatkan dari Abdurrahman bin Syibil, ia berkata: Rasulullah bersabda:

“Bacalah Alquran dan jangan menggunakannya untuk mencari makan dan jangan menjauhinya dan jangan melampaui batas mengenainya.”

Diriwayatkan dari Jabir dari Nabi ﷺ :

“Bacalah Alquran sebelum datang suatu kaum yang mendirikannya seperti menegakkan anak panah dengan terburu-buru dan mereka tidak mengharapkan hasilnya di masa depan.”

Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud, ia berkata: “Hendaklah penghafal Al-Qur’an bangun malam dengan membaca Al Qur’an ketika orang-orang tidur dan berpuasa di siang hari ketika orang-orang tidak puasa”.

Hendaklah ia bersedih ketika orang-orang gembira dan menangis ketika orang-orang tertawa, diam ketika orang-orang berbicara dan menampakkan kekhusyukannya ketika orang-orang menyombongkan diri.