Tag Archives: Ustadz Isnan Efendi

Allâh ﷻ berfirman:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَالصَّلٰوةِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ مَعَ الصّٰبِرِيْنَ

Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar.

Ayat ini adalah lanjutan dari ayat sebelumnya:

فَاذْكُرُوْنِيْٓ اَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْا لِيْ وَلَا تَكْفُرُوْنِ

152. Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku.

Imam Ibnu Katsir Rahimahullah menerangkan dalam tafsirnya : Setelah Allâh ﷻ menerangkan perintah untuk bersyukur kepada-Nya, maka melalui ayat ini Dia menjelaskan perihal sabar dan hikmah yang terkandung di dalam masalah menjadikan sabar dan shalat sebagai penolong serta pembimbing. Karena sesungguhnya seorang hamba itu adakalanya berada dalam kenikmatan, lalu ia mensyukurinya; atau berada dalam cobaan, lalu ia bersabar menanggungnya.

Sebagaimana yang disebutkan oleh sebuah hadis yang mengatakan:

“عَجَبًا لِلْمُؤْمِنِ. لَا يَقْضِي اللَّهُ لَهُ قَضَاءً إِلَّا كَانَ خَيْرًا لَهُ: إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ، فَشَكَرَ، كَانَ خَيْرًا لَهُ؛ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ فَصَبَرَ كَانَ خَيْرًا لَهُ”.

Mengagumkan perihal orang mukmin itu. Tidak sekali-kali Allah menetapkan suatu ketetapan baginya, melainkan hal itu baik belaka baginya. Jika dia mendapat kesenangan, maka bersyukurlah dia yang hal ini adalah lebih baik baginya; dan jika tertimpa kesengsaraan, maka bersabarlah dia yang hal ini adalah lebih baik baginya.

Allah Ta’ala befirman mengabarkan tentang musuhnya iblis saat Dia menanyakan padanya mengapa menolak bersujud kepada Adam serta alasannya bahwa dia lebih baik dari Adam, sehingga Dia mengusirnya dari surga lalu iblis meminta tenggang waktu, dan Allah pun memberikannya, kemudian berkatalah musuh Allah tersebut, bisa terlihat pada surat Al-A’raf ayat 16-17 yang berbunyi:

قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيم ثُمَّ لَآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ

“Iblis menjawab: ‘Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan menghalangi-halangi mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat)”

Makna bahwa saya akan menghalang-halangi mereka dari jalan Engkau yang lurus adalah seakan-akan syetan itu berkata, “Saya akan tekan mereka, saya akan terus mengintai mereka, dan saya akan senantiasa membelokkan mereka dan sebagainya.”

Ibnu Abbas berkata, “Maksud dari jalan Engkau yang lurus adalah dari agama-Mu yang nyata.” Ibnu Mas’ud berkata, “la adalah Kitabullah.” Jabir berkata, “la adalah Islam.” Mujahid berkata, “la adalah kebenaran.”

Semua yang dikatakan di atas, sesungguhnya kembali kepada satu makna, yaitu jalan yang menghubungkan kepada Allah Ta’ala.

Dan dalam hadits Sabrah bin Al-Fakih di muka telah disebutkan, “Sesungguhnya syetan menghalang-halangi anak Adam dengan segala jalan. ” (Al-Hadits). Sehingga tidak ada suatu jalan kebaikan pun melainkan syetan menghalang-halangi dan memutuskan orang yang melaluinya.

Adapun firman Allah, “Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka mereka”, menurut Al-Hasan (Maksudnya Hasan Al-Bashri) maksudnya adalah dari sisi akhirat, dengan mendustakan Hari Kebangkitan, surga dan neraka.

Mujahid (Murid Ibnu Abbas) berkata, “Dari muka mereka”, maksudnya ke mana saja mereka memandang.”

“Dan dari belakang mereka”, Ibnu Abbas berkata, “Saya akan membuat mereka cinta terhadap dunia.” Al-Hasan berkata, “Saya akan menghiasi dunia mereka dan membuat mereka cinta kepadanya.” Dan dalam riwayat Ibnu Abbas yang lain disebutkan, “Maksudnya dari sisi akhirat.” Abu Shalih berkata, “Saya akan membuat mereka ragu-ragu dalam hal akhirat dan menjauhkan mereka daripadanya.” Mujahid juga berkata, “Dari sisi mana mereka tidak mampu melihat.”

Di antara kelemahan setan adalah mereka tidak bisa menguasai hamba Allah yang sholeh yang bagus iman dan akidahnya.

Dan ingat, tipu daya setan itu lemah,

إِنَّ كَيْدَ الشَّيْطَانِ كَانَ ضَعِيفًا

“Sesungguhnya tipu daya syaitan itu lemah” (QS. An Nisa’: 76).

إِنَّ عِبَادِي لَيْسَ لَكَ عَلَيْهِمْ سُلْطَانٌ وَكَفَى بِرَبِّكَ وَكِيلًا

“Sesungguhnya hamba-hamba-Ku, kamu tidak dapat berkuasa atas mereka. Dan cukuplah Tuhan-mu sebagai Penjaga.” (QS. Al Isra’: 65).

Allah mengabarkan bahwa musuh-Nya tidak akan memiliki kekuasaan atas hamba-hamba-Nya yang ikhlas dan bertawakal kepada-Nya. Allah befirman dalam surat Al-Hijr,

قَالَ رَبِّ بِمَآ اَغْوَيْتَنِيْ لَاُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِى الْاَرْضِ وَلَاُغْوِيَنَّهُمْ اَجْمَعِيْنَۙ اِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِيْنَ قَالَ هٰذَا صِرَاطٌ عَلَيَّ مُسْتَقِيْمٌ اِنَّ عِبَادِيْ لَيْسَ لَكَ عَلَيْهِمْ سُلْطٰنٌ اِلَّا مَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْغٰوِيْنَ

“Iblis berkata, Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka. Allah befirman, ‘Ini adalah jalan yang lurus, kewajiban Akulah (menjaganya). Sesungguhnya hamba-hamba-Ku tidak ada kekuasaan bagimu terhadap mereka, kecuali orang-orang yang mengikuti kamu, yaitu orang-orang yang sesat’.” (Al-Hijr: 39-42).

151. Allah menyatakan, “Sesungguhnya pemberian nikmat kami atas kalian dengan menghadap ke Ka’bah dan penyempurnaannya dengan dasar-dasar syariat serta nikmat-nikmat penyempurna, bukanlah sesuatu yang aneh dalam kebaikan Kami dan bukan pula yang pertama bahkan kami telah memberikan nikmat atas kalian dengan nikmat-nikmat dasar dan penyempurnanya, dan yang paling besar adalah Kami mengutus kepada kalian seorang Rasul yang mulia dari kalangan kalian, di mana kalian mengetahui garis keturunannya, kejujuran, amanah, kesempurnaan, dan ketulusannya.

“yang membacakan ayat-ayat kami kepadamu.” Ini mencakup segala ayat-ayatNya baik ayat Al-Qur’an maupun ayat-ayat lainnya, beliau membacakan kepada kalian ayat-ayat yang menjelaskan kebenaran dari kebatilan dan hidayah dari kesesatan, yang menunjukkan kepada kalian, pertama, tentang keesaan Allah dan kesempurnaanNya, kedua, tentang kebenaran rasulNya dan wajibnya beriman kepadanya, kemudian kepada segala hal yang dikabarkan olehnya berupa Hari pembalasan maupun hal-hal yang ghaib, hingga kalian memperoleh Hidayah yang sempurna dan ilmu yang meyakinkan.

“Dan menyucikan kamu,” maksudnya, menyucikan akhlak dan jiwa kalian dengan mendidiknya. Dengan akhlak yang mulia, dan membersihkannya dari akhlak yang tercela, dan demikian itu seperti menyucikan mereka dari kesyirikan kepada ketauhidan, dan riya kepada keikhlasan, dari kebohongan kepada kejujuran, dari penghianatan kepada amanah, dan dari kesombongan kepada kerendahan hati, dari akhlak yang buruk kepada akhlak yang luhur, dan dari saling benci, saling bermusuhan serta saling memutuskan hubungan kepada saling mencintai, saling bersilaturahmi, dan saling kasih mengasihi, dan lain sebagainya dari bentuk-bentuk penyucian.