Tafakur termasuk ibadah yang agung. Allâh ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Adzariyat ayat 21:
وَفِيْٓ اَنْفُسِكُمْ ۗ اَفَلَا تُبْصِرُوْنَ
dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?
Siapakah kita? Tentu sebagian besar kita akan menjawab Hamba Allah. Dan ini tidak salah…
Perkataan khalifah Umar bin Abdul Aziz rahimahullah sangatlah relevan dalam hal ini, yaitu:
رَحِمَ اللهُ امرءاً عَرَفَ قَدْرَ نَفْسِهِ
“Semoga Allah Merahmati seseorang yang mengetahui kapasitas dirinya”
Seseorang yang mengetahui kadar dirinya, tidak akan bersikap sombong, menyayangi orang lain dan menghormati mereka. Dia akan sadar, ada yang lebih besar dan tinggi darinya.
Kalau dia tahu statusnya sebagai hamba, maka ia akan tahu tanggung jawabnya terhadap Tuhanya. Kalau dia sebagai kepala keluarga, dia akan sadar akan tanggung jawab terhadap keluarganya, kalo dia sebagai pekerja, dia akan paham akan tanggung jawabnya, dan seterusnya…
Hadits dhaif dengan makna yang benar:
“Tafakkuruu fii khalqiLlahi wa laa tafakkaruu fiiLlahi, berpikirlah kamu tentang ciptaan Allah, dan janganlah kamu berpikir tentang Dzat Allah.”
Rasulullah ﷺ menghendaki kita, kaum muslimin, untuk punya budaya tafakur yang akan bisa mengantarkan kita kepada kemajuan, kemanfaatan, kebaikan, ketaatan, keimanan, dan ketundukan kepada Allah Ta’ala.