Tag Archives: Syukron Khabiby

Kitab Al-Lu’lu wal Marjan – Muhammad Fu’ad Abdul Baqi
(Kumpulan hadits yang disepakati Bukhari Muslim)

BAB: TURUNNYA WAHYU YANG PERTAMA

📖 Hadits ke-100:

Jabir bin Abdillah al-Anshari radhiallahu ‘anhu berkata, ‘Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan tentang masa tenggangnya wahyu, dalam sabdanya beliau berkata,

بَيْنَا أَنَا أَمْشِي إِذْ سَمِعْتُ صَوْتًا مِنَ السَّمَاءِ، فَرَفَعْتُ بَصَرِي، فَإِذَا المَلَكُ الَّذِي جَاءَنِي بِحِرَاءٍ جَالِسٌ عَلَى كُرْسِيٍّ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ، فَرُعِبْتُ مِنْهُ، فَرَجَعْتُ فَقُلْتُ: زَمِّلُونِي زَمِّلُونِي فَأَنْزَلَ اللَّهُ تَعَالَى: {يَا أَيُّهَا المُدَّثِّرُ. قُمْ فَأَنْذِرْ} إِلَى قَوْلِهِ {وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ}“ فَحَمِيَ الوَحْيُ وَتَوَاتَرَ.

‘Suatu saat aku berjalan, tiba-tiba aku mendengar suara dari langit, aku pun menengok ke atas, ternyata ada seorang malaikat yang pernah datang kepadaku di gua Hiro sedang duduk di atas kursi antara langit dan bumi. Aku pun merasa ketakutan dan langsung pulang. Aku berteriak, Selimuti aku! Selimuti aku! Maka Allah pun menurunkan ayat-Nya,

يَا أَيُّهَا المُدَّثِّرُ. قُمْ فَأَنْذِرْ

“Hai orang yang berkemul (berselimut), bangunlah, lalu berilah peringatan!” (QS. Al-Muddatstsir: 1-2)

Hingga pada firman-Nya,

وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ

“Dan perbuatan dosa (menyembah berhala) tinggalkanlah.” (Al-Muddatstsir: 5)

Maka setelah itu wahyu pun datang terus-menerus.” (HR. Bukhari no. 4)

(Dikeluarkan oleh Bukhari pada Kitab ke-1, Kitab Permulaan Wahyu bab ke-3, bab Yahya bin Bakir telah menceritakan kepada kami).

Setelah Islamnya Hamzah dan Umar, dakwah Rasulullah semakin kokoh. Dua tokoh berpengaruh itu berjasa besar dalam penyebaran agama Islam. Sejarah mencatat, kedua sahabat ini aktif menyebarkan ajaran Islam dan terlibat di sejumlah medan jihad melawan kafir Quraisy, bahkan Umar meneruskan misi dakwah setelah Rasulullah wafat dengan menjabat sebagai khalifah yang kedua.

Masuk Islamnya Umar bin Khattab menimbulkan goncangan yang luar biasa di kalangan kafir Quraisy dan membuat mereka semakin terhina, terpojok dan dipermalukan, sementara bagi kaum muslimin, hal ini menambah kemuliaan, kegembiraan dan pengaruh yang besar. Umar masuk Islam dengan semangat yang tinggi membela Islam sebagaimana dulu ia memerangi Islam.

Pernah suatu hari, Umar bertanya kepada Rasulullah ﷺ, “Bukankah kita berada di jalan kebenaran, baik di dunia maupun akhirat?”

“Tentu saja, aku bersumpah demi Allah yang nyawaku berada di tangannya, sesungguhnya kalian berada di jalan yang benar, baik di dunia maupun akhirat,” jawab Rasulullah ﷺ.

“Kalau begitu mengapa kita bersembunyi? Demi Zat yang telah mengutusmu dengan kebenaran. Kami akan keluar dari persembunyian ini,” ucap Umar.

Rasulullah ﷺ kemudian membuat strategi, maka kaum Muslimin keluar dalam dua kelompok, Hamzah memimpin satu kelompok dan Umar di rombongan yang lain. Mereka beranjak menuju Masjidil Haram di siang bolong.

Umar bin Khattab dilahirkan di kota Mekkah dari suku Bani Adi, yakni salah satu rumpun suku Quraisy dan merupakan suku terbesar di kota Mekkah saat itu.

Umar bin Khattab mempunyai ayah yang bernama Khattab bin Nufail Al Shimh Al Quraisyi. Sedangkan, nama ibunya adalah Hantamah binti Hasyim.

Karena kedudukan Umar bin Al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu yang sangat penting di tengah bangsa Quraisy, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa kepada Allah Ta’ala secara khusus yang ditujukan kepada Umar dan Abu Jahal, agar Allah memberi petunjuk kepada salah satu dari mereka yang paling dicintai oleh Allah untuk Islam.

Diriwayatkan dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma bahwa Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa,

« اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ بِأَحَبِّ هَذَيْنِ الرَّجُلَيْنِ إِلَيْكَ بِأَبِى جَهْلٍ أَوْ بِعُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ ». قَالَ وَكَانَ أَحَبَّهُمَا إِلَيْهِ عُمَرُ

“Ya Allah, muliakanlah Islam dengan salah seorang yang lebih Engkau cintai dari kedua laki-laki ini: Abu Jahal atau Umar bin Al-Khaththab.” Sang perawi mengatakan, ternyata yang lebih dicintai oleh Allah adalah Umar. (HR. Tirmidzi, no. 3681; Ahmad, 2:95. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini hasan).

Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa,

« اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ بِأَبِى جَهْلِ بْنِ هِشَامٍ أَوْ بِعُمَرَ ». قَالَ فَأَصْبَحَ فَغَدَا عُمَرُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَأَسْلَمَ.

“Ya Allah, muliakanlah Islam dengan Abu Jahal bin Hisyam atau lewat Umar.” Maka datang pagi, lantas Umar radhiyallahu ‘anhu mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian masuk Islam. (HR. Tirmidzi, no. 3683.)

Hadits ke-99:

Aisyah Radhiyallahu anha menceritakan, peristiwa menjelang kenabian dan saat wahyu pertama diturunkan melalui Malaikat Jibril Alaihissallam , ia Radhiyallahu anha mengatakan: “Peristiwa yang mengawali turunnya wahyu kepada Rasulullah, yaitu mimpi yang benar dalam tidur. Beliau tidak memimpikan sesuatu, kecuali mimpi itu datang bagaikan cahaya Subuh”.

Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam suka berkhalwat (menyendiri), bertempat di dalam Gua Hira. Disanalah beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertahannuts (yaitu memperbanyak beribadah) selama beberapa malam sebelum pulang ke keluarganya dan mengambil bekal lagi untuk beribadah, kemudian kembali lagi ke Khadijah, serta mengambil bekal lagi untuk itu. Peristiwa ini berulang terus sampai al haq datang kepadanya. Namun tidak ada riwayat yang menjelaskan cara beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam beribadah pada waktu itu.

Malaikat Jibril mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mengatakan :

اقْرَأْ قَالَ مَا أَنَا بِقَارِئٍ قَالَ فَأَخَذَنِي فَغَطَّنِي حَتَّى بَلَغَ مِنِّي الْجَهْدَ ثُمَّ أَرْسَلَنِي فَقَالَ اقْرَأْ قُلْتُ مَا أَنَا بِقَارِئٍ فَأَخَذَنِي فَغَطَّنِي الثَّانِيَةَ حَتَّى بَلَغَ مِنِّي الْجَهْدَ ثُمَّ أَرْسَلَنِي فَقَالَ اقْرَأْ فَقُلْتُ مَا أَنَا بِقَارِئٍ فَأَخَذَنِي فَغَطَّنِي الثَّالِثَةَ ثُمَّ أَرْسَلَنِي

“Bacalah !”

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,”Saya tidak bisa membaca,” beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan,”Lalu Malaikat Jibril merangkulku, sampai aku merasa kepayahan, kemudian dia melepasku dan mengatakan : “Bacalah!”

Hadits ke-93: Al-Qur’an Mukjizat Terbesar Nabi

ما مِنَ الأنْبِياءِ نَبِيٌّ إلَّا أُعْطِيَ ما مِثْلُهُ آمَنَ عليه البَشَرُ، وإنَّما كانَ الذي أُوتِيتُ وَحْيًا أوْحاهُ اللَّهُ إلَيَّ، فأرْجُو أنْ أكُونَ أكْثَرَهُمْ تابِعًا يَومَ القِيامَةِ.

Abu Hurairah radhiyallahu’anhu berkata: “Nabi ﷺ bersabda: “Tak ada seorang nabi melainkan telah diberi mukjizat yang karenanya orang-orang percaya kepadanya, sedang yang diberikan Allah kepadaku berupa wahyu (Al-Qur’an) yang diturunkan kepadaku, maka aku berharap semoga akulah yang terbanyak pengikutnya pada hari kiamat.'”

(Dikeluarkan oleh Bukhari pada Kitab ke-66, Kitab Keutamaan-keutamaan bab ke-1, bab bagaimana turunnya wahyu dan wahyu yang pertama turun)

Hadits ke-94: Tiga Macam Orang yang akan Mendapat Pahala Dua Kali Lipat

عن أبي موسى الأشعري رضي الله عنه مرفوعاً: «ثلاثة لهم أجْرَان: رجُلٌ من أهل الكتاب آمن بِنَبِيِّه، وآمَن بمحمد، والعَبْد المملوك إذا أَدَّى حَقَّ الله، وحَقَّ مَوَالِيه، ورجل كانت له أمَة فأدَّبَها فأحسن تَأدِيبَها، وَعَلَّمَهَا فأحسن تَعْلِيمَهَا، ثم أعْتَقَها فتزوجها؛ فله أجران»

Abu Musa al-Asy’ari 𝓡𝓪𝓭𝓱𝓲𝔂𝓪𝓵𝓵𝓪𝓱𝓾’𝓪𝓷𝓱𝓾 berkata: “Rasulullah ﷺ bersabda: ‘Tiga macam orang yang akan mendapat pahala dua kali lipat: 1) Seorang ahlil kitab yang dahulu percaya kepada nabinya, kemudian beriman kepada Nabi Muhammad; 2) Hamba sahaya yang menunaikan kewajibannya terhadap Allah dan kewajiban terhadap majikannya, 3) Dan seorang majikan yang memiliki budak wanita yang dididik dengan baik dan diajari agama sebaik-baiknya kemudian memerdekakan dan menikahinya, mereka ini mendapat pahala dua kali lipat.'”

(Dikeluarkan oleh Bukhari pada Kitab ke-3, Kitab Ilmu bab ke-31 bab didikan seseorang kepada sahaya perempuan dan keluarganya)

Dari Abu Umamah Al Bahiliy, (beliau berkata), “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لأَصْحَابِهِ اقْرَءُوا الزَّهْرَاوَيْنِ الْبَقَرَةَ وَسُورَةَ آلِ عِمْرَانَ فَإِنَّهُمَا تَأْتِيَانِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ كَأَنَّهُمَا غَمَامَتَانِ أَوْ كَأَنَّهُمَا غَيَايَتَانِ أَوْ كَأَنَّهُمَا فِرْقَانِ مِنْ طَيْرٍ صَوَافَّ تُحَاجَّانِ عَنْ أَصْحَابِهِمَا اقْرَءُوا سُورَةَ الْبَقَرَةِ فَإِنَّ أَخْذَهَا بَرَكَةٌ وَتَرْكَهَا حَسْرَةٌ وَلاَ تَسْتَطِيعُهَا الْبَطَلَةُ

“Bacalah Al Qur’an karena Al Qur’an akan datang pada hari kiamat nanti sebagai syafi’ (pemberi syafa’at) bagi yang membacanya. Bacalah Az Zahrowain (dua surat cahaya) yaitu surat Al Baqarah dan Ali Imran karena keduanya datang pada hari kiamat nanti seperti dua awan atau seperti dua cahaya sinar matahari atau seperti dua ekor burung yang membentangkan sayapnya (bersambung satu dengan yang lainnya), keduanya akan menjadi pembela bagi yang rajin membaca dua surat tersebut. Bacalah pula surat Al Baqarah. Mengambil surat tersebut adalah suatu keberkahan dan meninggalkannya akan mendapat penyesalan. Para tukang sihir tidak mungkin menghafalnya.”

(HR. Muslim no. 1910).

Setelah memuji Allâh dan bersyukur atas nikmat yang Allâh ﷻ karuniakan kepada kita semua, Ustadz mengawali kajian dengan menekankan pentingnya ilmu. Banyak orang yang terlewatkan kebaikan karena kurangnya ilmu.

Kajian kali ini mengambil tema Keutamaan Awal Dzulhijjah dan ini selalu diulang agar umat tetap semangat dalam menjemput kebaikan.

Amal-amal shalih pada hari-hari ini lebih dicintai oleh Allah Ta’ala, Allâh ﷻ menginginkan hamba-hamba-Nya untuk banyak beramal agar masuk ke dalam surga Nya.

ﻣﺎ ﻣﻦ ﺃﻳﺎﻡ ﺍﻟﻌﻤﻞ ﺍﻟﺼﺎﻟﺢ ﻓﻴﻬﻦ ﺃﺣﺐ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻣﻨﻪ ﻓﻲ ﻫﺬﻩ ﺍﻷﻳﺎﻡ ﺍﻟﻌﺸﺮ . ﻗﺎﻟﻮﺍ : ﻭﻻ ﺍﻟﺠﻬﺎﺩ ﻓﻲ ﺳﺒﻴﻞ ﺍﻟﻠﻪ ؟ ﻗﺎﻝ : ﻭﻻ ﺍﻟﺠﻬﺎﺩ ﻓﻲ ﺳﺒﻴﻞ ﺍﻟﻠﻪ ﺇﻻ ﺭﺟﻞ ﺧﺮﺝ ﺑﻨﻔﺴﻪ ﻭﻣﺎﻟﻪ ﻭﻟﻢ ﻳﺮﺟﻊ ﻣﻦ ﺫﻟﻚ ﺑﺸﻲﺀ

“Tidak ada hari-hari dimana amal shalih di saat itu akan lebih dicintai oleh Allah dari pada hari-hari ini, yaitu sepuluh hari (pertama) dari bulan Dzulhijjah. Mereka bertanya : “Wahai Rasulullah, tidak juga berjihad fii sabilillah ?” Beliau menjawab : “Tidak juga berjihad fii sabilillah, kecuali orang yang keluar (berjihad) dengan jiwa dan hartanya, lalu tidak kembali dengan sesuatu apapun (yaitu mati syahid)” (HR. Bukhari no. 969, hadits dari Ibnu Abbas)

Kemuliaan bulan Dzulhijjah adalah takdir Allâh ﷻ, termasuk empat bulan haram. Bulan Dzulhijjah merupakan salah satu bulan yang dimuliakan di dalam Islam. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِينَ كَافَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَافَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ

“Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi. Di antaranya empat bulan haram. Itulah agama yang lurus, maka janganlah kamu menzhalimi dirimu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka memerangi kalian semuanya. Dan ketahuilah bahwasanya Allah bersama orang-orang yang bertaqwa.” (Qs. At Taubah: 36). Keempat bulan yang dimaksud adalah Dzulqa’idah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab.

Ketenangan dalam Perspektif Al-Qur’an dan As-Sunnah – Lanjutan

Melanjutkan pembahasan sebelumnya, bahwasanya Islam adalah agama yang membawa ketenangan.

Hadits Sahl bin Saad Al-Saadi yang diriwayatkan oleh Al-Tirmidzi, di mana Rasulullah bersabda:

اَلأَنَاةُ مِنَ اللَّهِ وَالْعَجَلَةُ مِنَ الشَّيْطَانِ

“Kehati-hatian datangnya dari Allah dan ketergesa-gesaan datangnya dari setan”

Umar bin Khathab Radhiyallahu’anhu berkata: “Raihlah ilmu, dan untuk meraih ilmu belajarlah keadaan tenang dan sabar.”

Ketenangan dalam Perspektif Al-Qur’an dan As-Sunnah

Ikhwany wa akhawaty Rahimakumullah, kehidupan di dunia ini tidak terlepas dari ujian. Tidak ada seorangpun yang selamat dari musibah dan bentuknya bermacam-macam. Itulah ujian yang Allah ﷻ berikan kepada hamba-Nya.

Diantara manusia, ada yang menyambut musibah dengan ketenangan dan ada yang menyikapinya dengan ketidaksabaran. Semuanya datang dari Allah ﷻ.

Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Surat Al-Fath ayat 4:

هُوَ الَّذِيْٓ اَنْزَلَ السَّكِيْنَةَ فِيْ قُلُوْبِ الْمُؤْمِنِيْنَ لِيَزْدَادُوْٓا اِيْمَانًا مَّعَ اِيْمَانِهِمْ ۗ وَلِلّٰهِ جُنُوْدُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ وَكَانَ اللّٰهُ عَلِيْمًا حَكِيْمًاۙ

Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin untuk menambah keimanan atas keimanan mereka (yang telah ada). Dan milik Allah-lah bala tentara langit dan bumi, dan Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu berkata: “Rasulullah ﷺ bersabda: ‘Sesungguhnya iman itu akan kembali berkumpul di Madinah sebagaimana ular kembali ke dalam lubangnya.'”

(Dikeluarkan oleh Bukhari pada Kitab ke-29, Kitab Keutamaan Kota Madinah bab ke-6, bab tentang iman berkumpul di Madinah).

Syarah Hadits:

Makna Iman dan Islam dalam suatu kalimat didasarkan pada kaidah, Dua Kalimat ; Jika Berkumpul Berpisah, Tapi Jika Berpisah Berkumpul. Yaitu kaidah yang membahas dua kalimat yang apabila bersama akan mempunyai makna berbeda tetapi mempunyai makna yang sama apabila disebutkan salah satunya ( كلمتان إذا اجتمعتا افترقتا وإذا افترقتا اجتمعتا ).

Ketika kata Iman dan Islam disebutkan secara terpisah, maka maksudnya adalah agama Islam secara keseluruhan, sehingga tidak ada bedanya antara Iman dan Islam.

Namun ketika kata Iman dan Islam disebutkan secara bersamaan dalam satu kontek pembahasan, maka yang dimaksud dengan iman adalah: amalan batin dan hati yang meliputi iman kepada Allah, mencintai-Nya, takut, mengharap, ikhlas hanya kepada-Nya –subhanahu wa ta’ala-.