Tag Archives: Syukron Khabiby

Setiap manusia, ridha atau atau tidak pasti akan meninggalkan dunia, maka setiap yang berakal tentu akan mempersiapkan bekal untuk kehidupan yang kekal kelak.

Allah ﷻ berfirman dalam QS. Al-A’la Ayat 17:

وَالۡاٰخِرَةُ خَيۡرٌ وَّ اَبۡقٰىؕ‏

Dan akhirat itu lebih kekal

Maka kita berusaha memperbaiki kehidupan di dunia dan di akhirat. Dan itu tidak ada jalan kebahagian yang hakiki kecuali dengan meniru Rasulullah ﷺ.

Islam menjelaskan hakikat kebahagian baik dunia maupun akhirat. Dan bagi sebuah keluarga, diawali dengan kebahagiaan suami dan isteri. Rasulullah ﷺ mengabarkan kepada kita dan mencontohkan agar bisa hidup bahagia.

Kepribadian Nabi ﷺ telah menjadi faktor utama dalam mengajar umat Islam, mendidik adab mereka, mengubah pola pikir dan cara pandang mereka, memperbaiki perilaku mereka, dan menuntun mereka membangun kepribadian dan masyarakat yang Islami.

Ketika menekankan pentingnya mengikuti Rasulullah ﷺ dengan menyebutnya sebagai teladan yang baik, al-Quran telah mengambil panutan sebagai metode mewujudkan sasaran-sasarannya.

Abdullah bin Umar Radhiyallahu’anhuma berkata: “Pada suatu hari Nabi ﷺ menceritakan tentang Dajjal kepada orang-orang, lalu bersabda:

إِنَّ اللهَ تَعَالَى لَيْسَ بِأَعْوَرَ، أَلاَ وَإِنَّ الْمَسِيْحَ الدَّجَّالَ أَعْوَرُ الْعَيْنِ الْيُمْنَى؛ كَأَنَّ عَيْنَهُ عِنَبَةٌ طَافِيَةٌ

‘Sesungguhnya Allah tidak buta sebelah matanya. Ingatlah, sesungguhnya Dajjal itu buta matanya sebelah kanan, bagaikan buah anggur yang timbul (menonjol).’

(Dikeluarkan oleh Bukhari pada Kitab ke-60, Kitab Para Nabi bab ke-48, bab “Dan ceritakanlah (kisah) Maryam di dalam Al-Qur’an”)

Allâh Azza wa Jalla telah menurunkan Kitab-Nya yang mulia kepada hamba-Nya sebagai petunjuk, rahmat, penerang, pembawa kabar gembira serta peringatan bagi siapa saja yang mau mengambil peringatan. Allâh Azza wa Jalla juga mengajak mereka untuk membaca dan mentadaburinya (merenunginya).

Kalau kita menjaga Al-Qur’an, maka Allah ﷻ akan menjaga kita, karena Al-Qur’an adalah kalamullah. Al-Qur’an itu bersih atau suci, maka hanya akan berada di hati orang-orang yang bersih.

Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Jagalah Allah, niscaya engkau akan mendapati-Nya di hadapanmu.” (HR. Tirmidzi – Shahih). Maksudnya, barangsiapa menjaga perintah-perintah Allah ﷻ dan melaksanakan kewajibannya serta menahan diri dari apa yang dilarang darinya, niscaya Allah ﷻ akan menjaga agama, keluarga, harta, dan dirinya karena Allah Azza wa Jalla akan membalas orang-orang yang berbuat baik dengan kebaikan-Nya.

Jadikan kita dan keturunan kita sebagai Generasi Qurani, merupakan generani yang meyakini kebenaran isi Al-Qur’an, membaca, menghafal, serta memahami dengan baik dan benar.

Kata tadabbur digunakan untuk setiap bentuk merenungkan sesuatu, bagian-bagiannya, perkara yang mendahuluinya, perkara yang mengikutinya, atau akibat suatu perkara. Oleh karena itu Syaikh Al-Utsaimin rahimahullah mendefinisikan tadabbur sebagai berikut ini.

التأمل في الألفاظ للوصول إلى معانيها

“Merenungkan lafal-lafal untuk sampai kepada kandungan-kandungan maknanya”

Kata tadabbur berasal dari wazan At-Tafa’ul (التفعل) yang berfungsi menunjukkan kepada makna membebani perbuatan dan meraih sesuatu setelah mengerahkan usaha yang sungguh-sungguh.

Dengan demikian, orang yang bertadabur adalah orang yang memperhatikan suatu perkara secara berulang-ulang atau dari berbagai sisi.

Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa membaca do’a:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ

“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari kedukaan dan kesedihan. Aku berlindung kepada Engkau dari sifat lemah dan malas. Aku berlindung kepada Engkau dari sifat pengecut dan bakhil. Dan aku berlindung kepada Engkau dari bebanan hutang dan penindasan manusia.”

(Sahih Al-Bukhari, 7/158)

Peristiwa Isrâ’ dan Mi’râj merupakan salah satu di antara mukjizat yang diberikan Allah Azza wa Jalla kepada Rasul-Nya, yaitu Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam , sebagai wujud penghormatan dan pelipur lara setelah paman dan istri beliau meninggal dunia. Peristiwa ini juga sebagai penghibur setelah beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mendapatkan perlakuan tidak bersahabat dari penduduk Thâif.

Peristiwa Isrâ dan Mi’râj terjadi pada tahun kesepuluh kenabian. Namun para ulama berselisih tentang waktu kejadiannya. Yang tidak ada perseselisihan yaitu tentang kebenaran peristiwa ini, karena kejadian ini diabadikan dalam Al-Qur`ân dan Al-Hadits.

Setelah Allah memerintahkan nabi Adam untuk menyebutkan nama-nama benda (kosakata) dan ternyata malaikat tidak bisa menirunya, saat itulah para malaikat sujud di hadapan Nabi Adam. Sesuai dengan yang tertera pada surat Al-Baqarah ayat 33 dan 34.

قَالَ يٰٓـاٰدَمُ اَنۡۢبِئۡهُمۡ بِاَسۡمَآٮِٕهِمۡۚ فَلَمَّآ اَنۡۢبَاَهُمۡ بِاَسۡمَآٮِٕهِمۡۙ قَالَ اَلَمۡ اَقُل لَّـكُمۡ اِنِّىۡٓ اَعۡلَمُ غَيۡبَ السَّمٰوٰتِ وَالۡاَرۡضِۙ وَاَعۡلَمُ مَا تُبۡدُوۡنَ وَمَا كُنۡتُمۡ تَكۡتُمُوۡنَ‏ ٣٣ وَاِذۡ قُلۡنَا لِلۡمَلٰٓٮِٕكَةِ اسۡجُدُوۡا لِاٰدَمَ فَسَجَدُوۡٓا اِلَّاۤ اِبۡلِيۡسَؕ اَبٰى وَاسۡتَكۡبَرَ وَكَانَ مِنَ الۡكٰفِرِيۡنَ‏ ٣٤

Dia (Allah) berfirman, “Wahai Adam! Beritahukanlah kepada mereka nama-nama itu!” Setelah dia (Adam) menyebutkan nama-namanya, Dia berfirman, “Bukankah telah Aku katakan kepada kalian, bahwa Aku mengetahui rahasia langit dan bumi, dan Aku mengetahui apa yang kalian nyatakan dan apa yang kalian sembunyikan?. Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, “Sujudlah kalian kepada Adam!” Maka mereka pun sujud kecuali Iblis. Ia menolak dan menyombongkan diri, dan ia termasuk golongan yang kafir.”

Dalam Surah Shad ayat 75, Allah Ta’ala berfirman:

قَالَ يَا إِبْلِيسُ مَا مَنَعَكَ أَنْ تَسْجُدَ لِمَا خَلَقْتُ بِيَدَيَّ ۖ أَسْتَكْبَرْتَ أَمْ كُنْتَ مِنَ الْعَالِينَ

“Allah berfirman: ‘Wahai iblis, apa yang menghalangi kamu sujud kepada yang Adam yang telah Aku ciptakan dengan kedua tanganKu. Apakah engkau menyombongkan diri ataukah kamu termasuk orang-orang yang merasa tinggi?’” (QS. Shad[38]: 75)

قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِّنْهُ ۖ خَلَقْتَنِي مِن نَّارٍ وَخَلَقْتَهُ مِن طِينٍ

“Iblis menjawab: ‘Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau telah ciptakan aku dari api, sedangkan Engkau ciptakan dia dari tanah.’” (QS. Shad[38]: 76)

Jadi, Iblis tidak mau sujud kepada Nabi Adam, yang ini merupakan perintah Allah, karena Iblis memiliki sifat sombong. Iblis menolak perintah Allah karena kekafiran, kesombongan, hasad, dan membangkang. Karena itulah, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala mengusir Iblis dari surga, menjauhkannya dari rahmat Allah, dan melaknatnya sampai hari kiamat.

Kitab Al-Lu’lu wal Marjan – Muhammad Fu’ad Abdul Baqi
(Kumpulan hadits yang disepakati Bukhari Muslim)

BAB: TURUNNYA WAHYU YANG PERTAMA

📖 Hadits ke-100:

Jabir bin Abdillah al-Anshari radhiallahu ‘anhu berkata, ‘Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan tentang masa tenggangnya wahyu, dalam sabdanya beliau berkata,

بَيْنَا أَنَا أَمْشِي إِذْ سَمِعْتُ صَوْتًا مِنَ السَّمَاءِ، فَرَفَعْتُ بَصَرِي، فَإِذَا المَلَكُ الَّذِي جَاءَنِي بِحِرَاءٍ جَالِسٌ عَلَى كُرْسِيٍّ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ، فَرُعِبْتُ مِنْهُ، فَرَجَعْتُ فَقُلْتُ: زَمِّلُونِي زَمِّلُونِي فَأَنْزَلَ اللَّهُ تَعَالَى: {يَا أَيُّهَا المُدَّثِّرُ. قُمْ فَأَنْذِرْ} إِلَى قَوْلِهِ {وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ}“ فَحَمِيَ الوَحْيُ وَتَوَاتَرَ.

‘Suatu saat aku berjalan, tiba-tiba aku mendengar suara dari langit, aku pun menengok ke atas, ternyata ada seorang malaikat yang pernah datang kepadaku di gua Hiro sedang duduk di atas kursi antara langit dan bumi. Aku pun merasa ketakutan dan langsung pulang. Aku berteriak, Selimuti aku! Selimuti aku! Maka Allah pun menurunkan ayat-Nya,

يَا أَيُّهَا المُدَّثِّرُ. قُمْ فَأَنْذِرْ

“Hai orang yang berkemul (berselimut), bangunlah, lalu berilah peringatan!” (QS. Al-Muddatstsir: 1-2)

Hingga pada firman-Nya,

وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ

“Dan perbuatan dosa (menyembah berhala) tinggalkanlah.” (Al-Muddatstsir: 5)

Maka setelah itu wahyu pun datang terus-menerus.” (HR. Bukhari no. 4)

(Dikeluarkan oleh Bukhari pada Kitab ke-1, Kitab Permulaan Wahyu bab ke-3, bab Yahya bin Bakir telah menceritakan kepada kami).

Setelah Islamnya Hamzah dan Umar, dakwah Rasulullah semakin kokoh. Dua tokoh berpengaruh itu berjasa besar dalam penyebaran agama Islam. Sejarah mencatat, kedua sahabat ini aktif menyebarkan ajaran Islam dan terlibat di sejumlah medan jihad melawan kafir Quraisy, bahkan Umar meneruskan misi dakwah setelah Rasulullah wafat dengan menjabat sebagai khalifah yang kedua.

Masuk Islamnya Umar bin Khattab menimbulkan goncangan yang luar biasa di kalangan kafir Quraisy dan membuat mereka semakin terhina, terpojok dan dipermalukan, sementara bagi kaum muslimin, hal ini menambah kemuliaan, kegembiraan dan pengaruh yang besar. Umar masuk Islam dengan semangat yang tinggi membela Islam sebagaimana dulu ia memerangi Islam.

Pernah suatu hari, Umar bertanya kepada Rasulullah ﷺ, “Bukankah kita berada di jalan kebenaran, baik di dunia maupun akhirat?”

“Tentu saja, aku bersumpah demi Allah yang nyawaku berada di tangannya, sesungguhnya kalian berada di jalan yang benar, baik di dunia maupun akhirat,” jawab Rasulullah ﷺ.

“Kalau begitu mengapa kita bersembunyi? Demi Zat yang telah mengutusmu dengan kebenaran. Kami akan keluar dari persembunyian ini,” ucap Umar.

Rasulullah ﷺ kemudian membuat strategi, maka kaum Muslimin keluar dalam dua kelompok, Hamzah memimpin satu kelompok dan Umar di rombongan yang lain. Mereka beranjak menuju Masjidil Haram di siang bolong.

Umar bin Khattab dilahirkan di kota Mekkah dari suku Bani Adi, yakni salah satu rumpun suku Quraisy dan merupakan suku terbesar di kota Mekkah saat itu.

Umar bin Khattab mempunyai ayah yang bernama Khattab bin Nufail Al Shimh Al Quraisyi. Sedangkan, nama ibunya adalah Hantamah binti Hasyim.

Karena kedudukan Umar bin Al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu yang sangat penting di tengah bangsa Quraisy, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa kepada Allah Ta’ala secara khusus yang ditujukan kepada Umar dan Abu Jahal, agar Allah memberi petunjuk kepada salah satu dari mereka yang paling dicintai oleh Allah untuk Islam.

Diriwayatkan dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma bahwa Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa,

« اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ بِأَحَبِّ هَذَيْنِ الرَّجُلَيْنِ إِلَيْكَ بِأَبِى جَهْلٍ أَوْ بِعُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ ». قَالَ وَكَانَ أَحَبَّهُمَا إِلَيْهِ عُمَرُ

“Ya Allah, muliakanlah Islam dengan salah seorang yang lebih Engkau cintai dari kedua laki-laki ini: Abu Jahal atau Umar bin Al-Khaththab.” Sang perawi mengatakan, ternyata yang lebih dicintai oleh Allah adalah Umar. (HR. Tirmidzi, no. 3681; Ahmad, 2:95. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini hasan).

Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa,

« اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ بِأَبِى جَهْلِ بْنِ هِشَامٍ أَوْ بِعُمَرَ ». قَالَ فَأَصْبَحَ فَغَدَا عُمَرُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَأَسْلَمَ.

“Ya Allah, muliakanlah Islam dengan Abu Jahal bin Hisyam atau lewat Umar.” Maka datang pagi, lantas Umar radhiyallahu ‘anhu mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian masuk Islam. (HR. Tirmidzi, no. 3683.)