Tag Archives: menjaga hati

1. Mendapatkan Ketenangan Hati dan Kebahagiaan

Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat An-Nahl ayat 97:

مَنْ عَمِلَ صَٰلِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُۥ حَيَوٰةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ

Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.

Ini adalah janji Allah kepada orang yang beramal shalih, yaitu amal yang mengikuti kitab Allah ﷻ dan sunnah NabiNya baik laki-laki maupun perempuan dari kalangan anak cucu Adam, dan hatinya dalam keadaan beriman kepada Allah dan RasulNya, dan amal ini merupakan amal yang diperintahkan dan disyariatkan dari sisi Allah, bahwa Allah memberinya kehidupan yang baik di dunia, dan membalasnya sesuatu yang lebih baik daripada amalnya di akhirat. Kehidupan yang baik adalah kehidupan yang mengandung semua segi kebahagiaan dari berbagai segi.

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas dan mayoritas ulama bahwa mereka menafsirkannya dengan rezeki yang halal dan baik.

Dalam surat Asyura ayat 88-89 Allah ﷻ berfirman :

يَوْمَ لَا يَنفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ. إِلَّا مَنْ أَتَى ٱللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ

(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih,

Dalam ayat lainnya:

قَدْ أَفْلَحَ مَن تَزَكَّىٰ. وَذَكَرَ ٱسْمَ رَبِّهِۦ فَصَلَّىٰ

Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman), Dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia shalat.

Sungguh beruntunglah orang-orang yang telah membersihkan diri dari kesyirikan dan kemaksiatan dengan mendapatkan apa yang diinginkannya. Dan mengingat Rabbnya sesuai cara yang disyariatkan-Nya dengan berbagai zikir dan mendirikan salat dengan tata cara yang seharusnya.

Syaikh Qasim Al-Jauzy berkata jalan yang paling mulia menuju ke dalam surga Allah ﷻ adalah hati yang bersih.

Ada segolongan manusia yang membiarkan hatinya kotor penuh dengan maksiat dan kesyirikan. Ada juga golongan yang suka membersihkan hatinya dengan banyak beribadah kepada-Nya.

Hati yang bersih adalah hati para penghuni Surga. Allah ﷻ akan mencabut perasaan dendam kebencian, dan rasa dengki yang ada dalam diri penduduk surga. Hal ini dijelaskan dalam Alquran, Surah Al-Hijr Ayat 47:

وَنَزَعْنَا مَا فِيْ صُدُوْرِهِمْ مِّنْ غِلٍّ اِخْوَانًا عَلٰى سُرُرٍ مُّتَقٰبِلِيْنَ

Dan Kami lenyapkan segala rasa dendam yang ada dalam hati mereka; mereka merasa bersaudara, duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan. (QS Al-Hijr: 47).

Allah menjelaskan dalam ayat ini kondisi kejiwaan dan hubungan timbal-balik di antara orang-orang yang bertakwa di surga. Allah menyatakan bahwa di surga kelak akan Allah lenyapkan segala rasa dendam, benci, dengki, dan iri yang ada dan terpendam dalam hati mereka selama di dunia. Hati mereka satu, tidak ada penyakit di dalamnya.

Di bulan Ramadhan, setiap muslim akan dimudahkan untuk menjaga hati dan Allah ﷻ memudahkan hamba-Nya untuk menyucikan diri dari dosa-dosa. Sedangkan setelah Ramadhan, banyak kaum muslimin mengabaikan penyucian jiwa dari maksiat dan syahwat. Padahal tujuan berpuasa di bulan Ramadhan adalah untuk membentuk manusia yang bertakwa, bersih dari dosa dan maksiat.

Semoga kita tidak termasuk golongan yang disebut Ka’ab Al Ahbar rahimahullah (tabiin) dimana beliau berkata:

“Barangsiapa puasa Ramadhan sedangkan dalam hati dia berniat seusai bulan Ramadhan dia tidak akan bermaksiat, dia akan masuk Jannah tanpa ditanya dan tanpa dihisab. Dan barangsiapa puasa Ramadhan sedangkan dalam hati dia berniat setelah Ramadhan akan kembali maksiat, maka puasanya tertolak (tidak diterima Allah).” (Lathoif al-maarif, hal 136-137).

Baik buruknya perilaku seorang manusia sangat bergantung pada hatinya. Jika hatinya baik maka perilakunya akan baik. Sebalikmya, bila hatinya buruk maka akan berakibat pada buruknya perilaku manusia tersebut.

Allah tidak memandang rupa, wajah, atau kulit hamba-Nya. Yang dipandang darinya hanyalah hatinya. Hal itu berdasarkan sabda Rasulullah ﷺ :

إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى لَا يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ، وَلَا إِلَى أَمْوَالِكُمْ، وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ، فَمَنْ كَانَ لَهُ قَلْبٌ صَالِحٌ تَحَنَّنَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَيْهِ، وَإِنَّمَا أَنْتُمْ بَنِي آدَمَ أَكْرَمُكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ

Sesungguhnya Allah tidak melihat rupa dan harta kalian, tetapi melihat hati dan amalan kalian. Siapa saja yang memiliki hati yang bersih, maka Allah menaruh simpati padanya. Kalian hanyalah anak cucu Adam. Tetaplah yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah yang paling takwa (HR Al-Thabrani).

Dari An Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَلاَ وَإِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ . أَلاَ وَهِىَ الْقَلْبُ

“Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati (jantung)” (HR. Bukhari no. 52 dan Muslim no. 1599).