Tag Archives: Mengingat Nasib

F. Peringatan Dan Rayuan

Al-Quran dan Sunnah datang memberi peringatan terbaik untuk jadi pedoman bagi manusia. Bahwa genderang perang sudah ditabuh Iblis untuk benar-benar menyesatkan keturunan Adam p sebagai bentuk kepuasannya dalam melampiaskan dendam lama. Allâh ﷻ berfirman:

وَمَا كَانَ لَهٗ عَلَيْهِمْ مِّنْ سُلْطَانٍ اِلَّا لِنَعْلَمَ مَنْ يُّؤْمِنُ بِالْاٰخِرَةِ مِمَّنْ هُوَ مِنْهَا فِيْ شَكٍّ ۗوَرَبُّكَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ حَفِيْظٌ ࣖ .

Dan tidak ada kekuasaan (Iblis) terhadap mereka, melainkan hanya agar Kami dapat membedakan siapa yang beriman kepada adanya akhirat dan siapa yang masih ragu-ragu tentang (akhirat) itu. Dan Tuhanmu Maha Memelihara segala sesuatu. (QS. Saba: 21)

قَالَ فَالْحَقُّۖ وَالْحَقَّ اَقُوْلُۚ لَاَمْلَئَنَّ جَهَنَّمَ مِنْكَ وَمِمَّنْ تَبِعَكَ مِنْهُمْ اَجْمَعِيْنَ

“Allah berfirman: “Maka yang benar (adalah sumpah-Ku) dan hanya kebenaran itulah yang Ku-katakan”. Sesungguhnya Aku pasti akan memenuhi neraka Jahannam dengan jenis kamu dan dengan orang-orang yang mengikuti kamu di antara mereka kesemuanya”. (QS. Shad: 84-85)

يَعِدُهُمْ وَيُمَنِّيْهِمْۗ وَمَا يَعِدُهُمُ الشَّيْطٰنُ اِلَّا غُرُوْرًا وَمَنۡ يَّتَّخِذِ الشَّيۡطٰنَ وَلِيًّا مِّنۡ دُوۡنِ اللّٰهِ فَقَدۡ خَسِرَ خُسۡرَانًا مُّبِيۡنًا

“Siapa yang menjadikan syaitan menjadi pelindung selain Allah, maka sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata. Syaitan itu memberikan janji-janji kepada mereka dan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka, padahal syaitan itu tidak menjanjikan kepada mereka selain dari tipuan belaka”. (QS. An-Nisa: 119-120)

Allâh ﷻ dengan rahmat dan kasih sayang-Nya mengingatkan keturunan Adam akan permusuhan Iblis yang belum selesai. Peperangan belum usai. Iblis dan pasukannya akan senantiasa terus mencari mangsa manusia-manusia lalai, siang dan malam tanpa lelah, usia yang panjang ia benar-benar manfaatkan untuk menggoda anak Adam, agar dijadikan pengikut yang bernasib sama menghuni negri yang mengerikan.

G. Negri Perantauan

Sejatinya dunia ini merupakan negri perantauan. Semenjak ayah kita Adam alaihissalam menginjakan kaki di muka bumi, maka semenjak itulah sifat ujian berlaku bagi beliau dan anak cucu keturunannya. Setiap orang yang merantau akan selalu ingat dengan kampung halaman, dan berbekal untuk pulang. Dunia bukan negri kekelalan, setiap yang datang sudah membawa catatan nasib dan jatah ajal masing-masing. Ada yang bahagia dan tidak sedikit yang sengsara. Ada yang menyudahi kehidupan dengan kebaikan, juga tidak sedikit yang mati diatas keburukan dan kekafiran. Semuanya berjalan dalam rahasia Allah dan suratan yang sudah tersimpan. Allâh ﷻ berfirman:

وَكُلُّ شَىْءٍ عِندَهُۥ بِمِقْدَارٍ

“Dan segala sesuatu pada sisi-Nya ada ukurannya”. (QS. Ar-Ra’ad: 8)

Ayat ini merupakan dalil adanya takdir. Hal itu sesuai catatan takdir di lauhul mahfudz.

فَمِنْهُمْ شَقِيٌّ وَّسَعِيْدٌ

“Maka di antara mereka ada yang celaka dan ada yang berbahagia”. (QS. Hud: 105)

Dari ‘Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu’anhu, Rasulullah ﷺ bersabda: “Tidak seorang pun diantara kalian kecuali telah dicatat baginya tempat kembalinya disurga atau di neraka”. Para sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah kita tidak bersandar saja kepada Takdir? Rasulullah ﷺ menjawab: “Tidak, tapi beramallah kalian, karena setiap orang akan dimudahkan untuk beramal sesuai takdirnya diciptakan”. ( HR. Bukhari (no. 4947).