Tag Archives: mendoakan pemimpin

Setiap orang menginginkan pemimpin yang adil, dan sesuai dengan kriteria yang digariskan syariat Allâh ﷻ. Tidak ada satupun makhluk yang menginginkan pemimpin yang dzalim.

Dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

كُلُّكُمْ رَاعٍ فَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، فَالأَمِيرُ الَّذِي عَلَى النَّاسِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ، وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ، وَالمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى بَيْتِ بَعْلِهَا وَوَلَدِهِ وَهِيَ مَسْئُولَةٌ عَنْهُمْ، وَالعَبْدُ رَاعٍ عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُ، أَلاَ فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

“Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya. Amir (kepala Negara), dia adalah pemimpin manusia secara umum, dan dia akan diminta pertanggungjawaban atas mereka. Seorang suami dalam keluarga adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas mereka. Seorang istri adalah pemimpin di dalam rumah tangga suaminya dan terhadap anak-anaknya, dan dia akan dimintai pertanggungjawaban atas mereka. Seorang hamba sahaya adalah pemimpin dalam urusan harta tuannya, dia akan dimintai pertanggungjawaban atasnya. Ketahuilah, bahwa setiap kalian adalah pemimipin dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas siapa yang dipimpinnya.” (HR. Bukhari no. 2554 dan Muslim no. 1829)

Imam Al-Mawardi rahimahullah dalam kitab al-Ahkâm ash-Shulthaniyah menyebutkan syarat-syarat seorang pemimpin

Menasehati Penguasa dengan Cara yang Baik

Tidak seorang pun yang terjaga dari kesalahan (ma’sum), selain para Nabi. Saling menasehati ke jalan Allah merupakan pokok kebaikan agama ini.

وَتَوَاصَوْا۟ بِٱلْحَقِّ وَتَوَاصَوْا۟ بِٱلصَّبْرِ

“Dan hendaklah saling menasehati dalam mentaati kebenaran dan saling menasehati supaya menetapi kesabaran”. (QS. Al-’Asr: 3)

Dari Tamim ad-Dari Radhiyallahu’anhu, Rasulullah ﷺ bersabda: “Islam seluruhnya nasehat untuk beriman kepada Allah, kitab-Nya, mengikuti RasulNya, menasehati pemimpin umat Islam dan seluruh kaum muslimin”. (Bukhari 1/21, Muslim (no. 55).

Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah ﷺ bersabda, “Sungguh Allah senantiasa ridho kepada kalian tiga perkara, “Kalian beribadah kepada Allah dan tidak berbuat syirik dengan apapun, berpegang teguh dengan tali agama Allah, jangan bercerai berai, dan menasehati pemimpin yang Allah pilihkan untuk mengatur urusan kalian.” (HR. Muslim (no. 1715).

Salah satu pokok aqidah ahlu sunnah adalah menaati pemimpin dan tidak boleh mencela, mengangkat senjata, menggulingkan penguasa. Tidak ada yang menyelisihi aqidah ini kecuali ahlu bid’ah seperti khawarij, syi’ah, mu’tazilah dan yang sefaham dengan mereka.

Islam adalah agama nasehat, menuntun kita untuk saling menasehati diatas kebenaran. Termasuk menyampaikan kalimat yang haq dihadapan penguasa yang zalim dengan cara yang baik dan terhormat, merupakan jihad yang agung disisi Allah. Dari Abu Sa’id Radhiyallahu’anhu, Rasulullah ﷺ bersabda: 

“Jihad yang utama menyampaikan kebenaran dihadapan pemimpin yang zalim”. (Ahmad (no. 11143), Shahih Al-Jami; (no. 1100). 

Islam tidak memberi ruang untuk makar dan kudeta, bahkan sekedar mendoakan keburukan bagi penguasa. Diriwayatkan Imam Al-Baihaqi, bahwa Imam Hasan AlBasri (21-110 H) pernah mendengar seseorang mendoakan keburukan untuk Hajjaj bin Yusuf At-Tsaqafi (40-95 H), maka Imam al-Hasan Rahimahullah berkata kepadanya:

“Jangan kau lakukan itu, karena kalian diberi pemimpin sesuai dengan perangai kalian. Aku khawatir jika Hajjaj lengser atau mati, maka yang akan memimpin kalian setelahnya adalah kera dan babi”.