Kematian yang kita kenal adalah berpisahnya ruh dengan jasad. Kematian akan menghampiri siapapun tanpa tebang pilih. Ia tidak akan membedakan antara simiskin atau orang kaya, tua atau muda, pejabat atau buruh, jika takdir dan rezki telah sempurna, maka ajal akan menjemputnya. Ketika ruh sudah berpisah meninggalkan badan maka disaat itulah kematian telah menyampari seorang insan.
Kematian ada tiga: Kematian kecil, Kematian besar dan Kematian sebenarnya.
• Pertama : Kematian kecil, bersifat sementara yaitu tidur. Karena tidur adalah saudara maut.
Dari Huzaifah bin Al-Yaman Radhiyallahu’anhu berkata: “Nabi ﷺ jika hendak beranjak tidur beliau membaca: “Dengan nama-Mu aku wafat dan hidup”. Jika telah bangun dari tidur beliau membaca: “Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kita setelah mewafatkan kita, dan kepada Allah kita akan berkumpul”. (HR. Bukhari (no. 6312).
Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah ﷺ bersabda: “Apabila salah seorang dari kalian ingin tidur maka hendaklah ia mengibas kasurnya dengan ujung sarungnya, karena ia tidak tahu apa yang menempati tempat tidur itu sepeninggalnya, kemudian hendaklah ia membaca: “Dengan Nama-Mu wahai Rabb-ku aku meletakkan punggungku, dan dengan Nama-Mu aku bangun. Jika engkau mewafatkan ruhku maka rahmatilah ia, jika engkau kembalikan kejasadku maka jagalah ia sebagimana engkau menjaga hamba-hamba-Mu yang shaleh”. (Sahih Bukhari (no. 6320) Muslim (no. 2714).
Dari Jabir bin Abdillah Radhiyallahu’anhu, seseorang bertanya kepada Nabi ﷺ “Apakah penduduk surga tidur?” Rasulullah ﷺ bersabda: “Tidur adalah saudara kematian, dan penghuni surga tidak tidur dan tidak akan wafat”. (HR. Al-Baihaqi dalam Al-Ba’tsu wa An-Nusyru 1/257 (no. 439).
• Kedua: Kematian besar, yaitu berpisahnya jasad dengan ruh, dan itu merupakan perpindahan dari alam dunia menuju alam barzakh, sifatnya sementara.
Karena setelahnya manusia akan hidup di alam berikutnya. Allâh ﷻ berfirman: ِ
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati”. (QS. Ali-Imran: 185)