Jika orang yang berakal dihadapkan dalam permasalahan yang mengandung maslahat dan mudharat, maka ia wajib melakukan dua perkara:
Perkara yang sifatnya keilmuan.
Perkara yang sifatnya amal perbuatan.
Perkara yang sifatnya keilmuan adalah mencari yang paling kuat antara maslahat dan mudharat. Apabila sudah jelas mana perkara yang paling benar, maka seseorang wajib mengutamakan perkara yang terbaik (maslahat) untuknya. Termasuk perkara yang sudah jelas diketahui ialah cinta semu tidak mengandung maslahat, baik dari segi agama maupun dunia. Bahkan, kerusakannya jauh berkali-kali lipat lebih besar daripada kemaslahatannya.