Tag Archives: keutamaan sabar

Setiap manusia, pernah merasakan yang namanya musibah. Senikmat apapun keadaan dia. Baik berupa sakit, rugi dalam bisnis atau perkara lainnya. Ini adalah sunnatullah.

Dalam ayatnya yang mulia Allah ta’ala berfirman,

الم (1) أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ (2) وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ

“Alif lam mim. Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya mengucapkan kami beriman kepada Allah sementara mereka tidak diuji? Sungguh Kami telah menguji orang-orang sebelum kalian, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang jujur dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS. al-Ankabut: 1-3)

Allah menguji hamba-hamba-Nya yang beriman sesuai dengan tingkat keimanan mereka. Apakah manusia mengira Allah akan membiarkan mereka saja ketika mereka berkata “Kami beriman” tanpa menguji kebenaran perkataan mereka itu dengan ujian melalui harta dan diri mereka?

Tidaklah demikian, Tuhan mereka pasti akan menguji mereka agar menjadi jelas tingkat kebenaran dan keteguhan mereka. Dan ayat ini tetap berlaku bagi umat ini.

Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah Ayat 214:

اَمْ حَسِبْتُمْ اَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَّثَلُ الَّذِيْنَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ ۗ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاۤءُ وَالضَّرَّاۤءُ وَزُلْزِلُوْا حَتّٰى يَقُوْلَ الرَّسُوْلُ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَعَهٗ مَتٰى نَصْرُ اللّٰهِ ۗ اَلَآ اِنَّ نَصْرَ اللّٰهِ قَرِيْبٌ ٢١٤

Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) seperti (yang dialami) orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan, dan diguncang (dengan berbagai cobaan) sehingga Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata, “Kapankah datang pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat.

Cobaan dan ujian yang dialami seorang muslim itu bermacam macam; adakalanya berkaitan dengan dirinya, anak keturunannya atau harta benda yang dimilikinya.

📖 Hadis ke-43: Cobaan bagi Orang yang Beriman merupakan Bukti Allâh ﷻ Menghendaki Kebaikan.

43- وعن أنس رضي الله عنه قال‏:‏ قال رسول الله صلى الله عليه وسلم ‏:‏‏”‏إذا أراد الله بعبده خيراً عجل له العقوبة في الدنيا، وإذا أراد الله بعبده الشر أمسك عنه بذنبه حتى يوافي به يوم القيامة‏”‏‏.‏

وقال النبي صلى الله عليه وسلم ‏:‏ ‏”‏إن عظم الجزاء مع عظم البلاء، وإن الله تعالى إذا أحب قوماً ابتلاهم، فمن رضي فله الرضى، ومن سخط فله السخط‏”‏ ‏(‏‏(‏رواه الترمذي وقال ‏:‏ حديث حسن‏)‏‏)‏‏.‏

43. Dari Anas Radhiyallahu’anhu, berkata: “Rasulullah ﷺ bersabda: “Jikalau Allah menghendaki kebaikan pada seseorang hambaNya, maka ia mempercepatkan suatu siksaan – penderitaan – sewaktu dunia, tetapi jikalau Allah menghendaki keburukan pada seseorang hambaNya, maka orang itu dibiarkan sajalah dengan dosanya, sehingga nanti akan dipenuhkan balasan – siksaannya – hari kiamat.”

Dan Nabi ﷺ bersabda – juga riwayat Anas Radhiyallahu’anhu: “Sesungguhnya besarnya balasan – pahala – itu sesuai besarnya bala’ yang menimpa dan sesungguhnya Allah itu apabila mencintai sesuatu kaum, maka mereka itu diberi cobaan. Oleh sebab itu barangsiapa yang rela – menerima bala’ tadi, ia akan memperolehi keredhaan dari Allah dan barangsiapa yang marah-marah maka ia memperolehi kemurkaan Allah pula.”

Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahawa ini Hadis hasan.

Dari hadits di atas, diambil benang merah, jika seorang hamba penuh dengan kemaksiatan tetapi hidupnya selalu enak dan tidak ada cobaan, maka itu adalah istidraj. Allâh ﷻ ulur waktunya untuk melakukan dosa-dosa dan menunda siksanya nanti di akhirat. Allâh ﷻ menginginkan keburukan pada orang tersebut. Sungguh, cobaan di dunia jauh lebih ringan daripada kelak di akhirat.

Inti ibadah dibangun atas rasa cinta kepada Allâh ﷻ, dari rasa cinta melahirkan ketaatan, tunduk kepada Allâh ﷻ. Sama halnya seseorang yang cinta mati kepada orang lain, akan tunduk dan mengikuti apa yang diinginkan oleh orang yang dicintainya.

📖 Surat Al-Baqarah Ayat 154:

Allâh ﷻ berfirman :

وَلَا تَقُولُوا۟ لِمَن يُقْتَلُ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ أَمْوَٰتٌۢ ۚ بَلْ أَحْيَآءٌ وَلَٰكِن لَّا تَشْعُرُونَ

Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya. (QS Al-Baqarah ayat 154).

Ayat ini menjelaskan tentang orang yang mati syahid dunia dan akhirat, dan diperlakukan bukan seperti orang yang mati biasa. Dan di akhirat mendapatkan keutamaan yang dijanjikan Allâh ﷻ di akhirat.

Berdasarkan hadits al-Miqdam bin Ma’dikarib al-Kindiy radhiyallaahu ‘anhu, dia berkata, ‘Rasulullah ﷺ bersabda,

«إِنَّ لِلشَّهِيدِ عِنْدَ اللهِ ﷻ قَالَ الْحَكَمُ: سِتَّ خِصَالٍ – أَنْ يُغْفَرَ لَهُ فِي أَوَّلِ دَفْعَةٍ مِنْ دَمِهِ، وَيَرَى – قَالَ الْحَكَمُ: وَيُرَى – مَقْعَدَهُ مِنَ الْجَنَّةِ، وَيُحَلَّى حُلَّةَ الْإِيمَانِ، وَيُزَوَّجَ مِنَ الْحُورِ الْعِينِ، وَيُجَارَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَيَأْمَنَ مِنَ الْفَزَعِ الْأَكْبَرِ – قَالَ الْحَكَمُ: يَوْمَ الْفَزَعِ الْأَكْبَرِ – وَيُوضَعَ عَلَى رَأْسِهِ تَاجُ الْوَقَارِ، الْيَاقُوتَةُ مِنْهُ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا، وَيُزَوَّجَ اثْنَتَيْنِ وَسَبْعِينَ زَوْجَةً مِنَ الْحُورِ الْعِينِ، وَيُشَفَّعَ فِي سَبْعِينَ إِنْسَانًا مِنْ أَقَارِبِهِ»

“Sesungguhnya bagi orang yang mati syahid di sisi Allah –al-Hakam berkata, ‘Ada enam perkara-; akan diampuni untuknya di awal cipratan darah yang pertama; dan dia akan melihat –al-Hakam berkata, ‘Dan diperlihatkan’ tempat duduknya di sorga; dia akan diberikan perhiasan iman; dinikahkan dengan para bidadari, dibebaskan dari adzab kubur, aman dari keterkejutan yang terbesar –al-Hakam berkata, ‘Pada hari keterkejutan yang terbesar’-; dipasangkan pada kepala mereka mahkota ketenangan, yang yaqut darinya lebih baik dari dunia dan apapun yang ada di dalamnya; dia akan dinikahkan dengan tujuh puluh dua istri dari kalangan bidadari; dan dia diberikan idzin untuk memberikan syafaat kepada tujuh puluh manusia dari kerabat-kerabatnya.”

Riyadhus Shalihin Bab Sabar memuat beberapa hadits lanjutan:

32. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu bahwasanya Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: “Allah Ta’ala berfirman: “Tidak ada balasan bagi seorang hambaKu yang mu’min di sisiKu, di waktu Aku mengambil -mematikan- kekasihnya dari ahli dunia, kemudian ia mengharapkan keridhaan Allah, melainkan orang itu akan mendapatkan syurga.” (Riwayat Bukhari)

33. Dari Aisyah radhiallahu ‘anha, bahwasanya ia bertanya kepada Rasulullah shalallahu alaihi wasalam perihal penyakit taun, lalu beliau memberitahukannya bahwa sesungguhnya taun itu adalah sebagai siksaan yang dikirimkan oleh Allah Ta’ala kepada siapa saja yang dikehendaki olehNya, tetapi juga sebagai kerahmatan yang dijadikan oleh Allah Ta’ala kepada kaum mu’minin. Maka tidak seorang hambapun yang tertimpa oleh taun, kemudian menetap di negerinya sambil bersabar dan mengharapkan keridhaan Allah serta mengetahui pula bahwa taun itu tidak akan mengenainya kecuali karena telah ditetapkan oleh Allah untuknya, kecuali ia akan memperoleh seperti pahala orang yang mati syahid.” (Riwayat Bukhari)

34. Dari Anas radhiyallahu anhu, katanya: “Saya mendengar Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: “Sesungguhnya Allah ‘Azzawajalla berfirman: “Jikalau Aku memberi cobaan kepada hambaKu dengan melenyapkan kedua matanya -yakni menjadi buta, kemudian ia bersabar, maka untuknya akan Kuberi ganti syurga karena kehilangan keduanya yakni kedua matanya itu.” (Riwayat Bukhari)

35. Dari ‘Atha’ bin Abu Rabah, katanya: “Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma mengatakan padaku: “Apakah engkau suka saya tunjukkan seorang wanita yang tergolong ahli syurga?” Saya berkata: “Baiklah.” Ia berkata lagi: “Wanita hitam itu pernah datang kepada Nabi shalallahu alaihi wasalam lalu berkata: “Sesungguhnya saya ini terserang oleh penyakit ayan dan oleh sebab itu lalu saya membuka aurat tubuhku. Oleh karenanya haraplah Tuan mendoakan untuk saya kepada Allah -agar saya sembuh.” Beliau shalallahu alaihi wasalam bersabda: “Jikalau engkau suka hendaklah bersabar saja dan untukmu adalah syurga, tetapi jikalau engkau suka maka saya akan mendoakan untukmu kepada Allah Ta’ala agar penyakitmu itu disembuhkan olehNya.” Wanita itu lalu berkata: “Saya bersabar,” lalu katanya pula: “Sesungguhnya karena penyakit itu, saya membuka aurat tubuh saya. Kalau begitu sudilah Tuan mendoakan saja untuk saya kepada Allah agar saya tidak sampai membuka aurat tubuh itu.” Nabi shalallahu alaihi wasalam lalu mendoakan untuknya -sebagaimana yang dikehendakinya itu.” (Muttafaq ‘alaih)

Sabar adalah akhlak yang sangat mulia. Ia menjadi hiasan para Nabi untuk menghadapi berbagai tantangan dakwah yang menghadang. Berhias diri dengan sabar hanyalah akan membuahkan kebaikan. “Bersabarlah!” Demikian perintah Allah terhadap Rasul-Nya Muhammad Sholallohu’alaihiwasallam di dalam Al Qur’an. Hal ini menunjukkan betapa besar kedudukan sabar kaitannya dengan keimanan kepada Allah dan kaitannya dengan perwujudan iman […]