Tag Archives: kajian rutin

Hadits 12:

وعن أَبي هريرة – رضي الله عنه – عن النَّبيِّ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ: «النَّاسُ مَعَادِنٌ كَمَعَادِنِ الذَّهَبِ وَالفِضَّةِ، خِيَارُهُمْ في الجَاهِلِيَّةِ خِيَارُهُمْ في الإسْلاَمِ إِذَا فَقهُوا، وَالأرْوَاحُ جُنُودٌ مُجَنَّدَةٌ، فَمَا تَعَارَفَ مِنْهَا ائْتَلَفَ، ومَا تَنَاكَرَ مِنْهَا اخْتَلَفَ». رواه مسلم. وروى البخاري قوله: «الأَرْوَاحُ … » إلخ مِنْ رواية عائشة رضي الله عنها

Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu dari Nabi ﷺ sabdanya: “Para manusia ini adalah bagaikan benda logam, sebagaimana juga logam emas dan perak. Orang-orang pilihan diantara mereka di zaman Jahiliyah adalah orang-orang pilihan pula di zaman Islam, jikalau mereka menjadi pandai -dalam hal agama. Ruh-ruh itu adalah sekumpulan tentara yang berlain-lainan, maka mana yang dikenal dari golongan ruh-ruh tadi tentulah dapat menjadi rukun damai, sedang mana yang tidak dikenalinya dari golongan ruh-ruh itu tentulah berselisihan -maksudnya ruh baik berkumpulnya ialah dengan ruh baik, sedang yang buruk dengan yang buruk.” (Riwayat Muslim)

Imam Bukhari meriwayatkan sabda Nabi ﷺ Al-Arwah dan seterusnya itu dari riwayat Aisyah radhiallahu ‘anha.

Keterangan: Dalam menafsiri pengertian perihal ruh itu ada yang saling kenal mengenal yakni ‘Ta’aruf dan ada yang tidak saling kenal-mengenal yakni Tanakur, maka Imam Ibnu Abdissalam berkata sebagai berikut: “Hal itu yakni kenal atau tidak kenal, maksudnya adalah mengenai keadaan sifat. Artinya andaikata Anda mengetahui seorang yang berlainan sifatnya dengan Anda, misalnya Anda seorang yang berbakti kepada Allah dan yang dikenal itu orang yang tidak berbakti atau mengaku ketiadaan Allah, sekalipun kenal orangnya, tetapi tidak saling kenal mengenal jiwa, ruh ataupun faham yang dianutnya. Sebaliknya jika orang itu sama dengan Anda perihal keadaan sifatnya, sama-sama berbaktinya kepada Allah, sama-sama berjuang untuk meluhurkan kalimat Allah, sama-sama membenci kepada kemungkaran dan kemaksiatan, maka selain kenal orangnya, juga sesuai jiwanya, sesuai ruhnya dan sejalan dalam faham yang dianutnya. Oleh sebab itu dalam sebuah hadis lain disebutkan bahwa seorang yang merasa jiwanya itu masih lari atau enggan mengikuti ajakan orang yang mulia dan utama amalannya, pula bagus kelakuannya, hendaknya segera mencari sebab-sebabnya, sekalipun ia sudah mengaku sebagai manusia muslim. Selanjutnya setelah penyakitnya ditemukan, hendaknya secepatnya diubati dan dibuang apa yang menyebabkan ia sakit sedemikian. Cara inilah yang sebaik-baiknya untuk menyelamatkan diri dari sifat yang buruk, sehingga ruhnya dan jiwanya dapat saling berkenalan dengan golongan orang-orang yang baik pula ruh dan jiwanya.”

Hadits ke-54 | Bab: Dosa-dosa Besar dan yang Paling Besar (Lanjutan) 

عن أبي بَكْرَةَ- رضي الله عنه – عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال: «أَلا أُنَبِّئُكم بِأَكْبَرِ الْكَبَائِر؟»- ثَلاثا- قُلْنَا: بَلى يا رسول الله، قَالَ: «الإِشْرَاكُ بِالله وَعُقُوقُ الوالدين، وكان مُتَّكِئاً فَجَلس، وَقَال: ألا وَقَوْلُ الزور، وَشهَادَةُ الزُّور»، فَما زال يُكَرِّرُها حتى قُلنَا: لَيْتَه سَكَت.
[صحيح] – [متفق عليه]

54. Abu Bakrah -raḍiyallāhu ‘anhu- meriwayatkan dari Nabi – ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam-, bahwa beliau bersabda, “Maukah aku beritahukan kepada kalian tentang dosa-dosa besar yang paling besar?” Beliau mengulanginya hingga tiga kali. Kami menjawab, “Tentu, wahai Rasulullah!” Beliau bersabda, “(Yaitu) menyekutukan Allah dan durhaka kepada kedua orang tua.” Beliau pada waktu itu bersandar, lalu duduk kemudian meneruskan sabdanya, “Ingatlah juga perkataan palsu dan kesaksian palsu.” Beliau terus-menerus mengulanginya sampai kami berkata, “Andai saja beliau diam (berhenti).”

(Dikeluarkan oleh Bukhari pada Kitab ke-52, Kitab Kesaksian dan bab ke-10, bab apa yang dikatakan dalam hal kesaksian palsu) Maksudnya: Nabi ﷺ benar- benar minta perhatian terhadap hal yang biasanya diremehkan oleh masyarakat karena dianggap sepele.

🏷️ Syarah Hadits: (Lanjutan)

Termasuk Dosa besar: Durhaka kepada Orang Tua

▪️Besarnya hak kedua orang tua karena Rasul -ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam- menggandengkannya dengan hak Allah -Ta’ālā-. Ketaatan kepada orang tua setelah ketaatan kepada Allâh ﷻ dan Rasul-Nya. Kita diperintahkan untuk berbakti kepada orang tua baik masih hidup atau telah mati.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَوَصَّيْنَا الْاِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِۚ حَمَلَتْهُ اُمُّهٗ وَهْنًا عَلٰى وَهْنٍ وَّفِصَالُهٗ فِيْ عَامَيْنِ اَنِ اشْكُرْ لِيْ وَلِوَالِدَيْكَۗ اِلَيَّ الْمَصِيْرُ

Kami mewasiatkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun. (Wasiat Kami,) “Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu.” Hanya kepada-Ku (kamu) kembali (QS Luqman ayat 14).

Bab 13 – 5 – Melumpuhkan Senjata-senjata Setan

Pada pertemuan yang lalu telah dijelaskan mengenai senjata-senjata setan, yaitu:
1. Memperpanjang Angan-angan.
2. Memperdaya Manusia untuk Memandang Sesuatu yang Jahat sebagai Sesuatu Yang Baik.

3. Menakut-nakuti Orang-orang Beriman

Di antara tipu daya musuh Allah adalah ia menakut-nakuti orang-orang beriman melalui laskar dan pengikut-pengikutnya (bisikan hati atau melalui bala tentaranya dari golongan manusia). Maka mereka tidak mengajaknya berjihad, tidak memerintahkan mereka kepada yang ma’ruf dan tidak mencegah mereka dari yang mungkar. Dan ini adalah di antara tipu daya syetan yang paling besar terhadap orang-orang beriman. Allah mengabarkan hal ini dalam firman-Nya,

اِنَّمَا ذٰلِكُمُ الشَّيْطٰنُ يُخَوِّفُ اَوْلِيَاۤءَهٗۖ فَلَا تَخَافُوْهُمْ وَخَافُوْنِ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ

“Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syetan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku jika kamu benar-benar orang yang beriman.” (Ali Imran: 175).

Yukhawwifu awliyaa’ah (يُخَوِّفُ اَوْلِيَاۤءَهٗۖ) dalam ayat di atas menurut semua ahli tafsir berarti menakut-nakutimu dengan kawan-kawannya. Qatadah berkata, “Ia membesar-besarkan mereka (kawan-kawannya) di dalam hatimu. Oleh sebab itu Allah befirman, ‘Karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang yang beriman.’ Maka setiap kali iman hamba bertambah kuat maka setiap itu pula hilang rasa takutnya kepada kawan-kawan syetan. Sebaliknya, setiap kali imannya melemah, setiap itu pula bertambah kuat ketakutannya kepada mereka.”

Selamat datang Kematian – Pertemuan 9
Bab 1 – Mengingat Nasib (8)

Peringatan Sebelum Ajal

Ajal tidak bisa diprediksi, namun Allah Zat Yang Maha Terpuji memberikan abaaba yang alami kepada manusia agar mereka sadar dan mengumpulkan bekal untuk kehidupan setelah mati. Baik peringatan berupa wahyu (kalam an-natiq) atau perubahan fisik yang nampak pada setiap diri (kalam al-hal).

Allâh ﷻ berfirman dalam surat Lukman ayat 34:

اِنَّ اللّٰهَ عِنْدَهٗ عِلْمُ السَّاعَةِۚ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَۚ وَيَعْلَمُ مَا فِى الْاَرْحَامِۗ وَمَا تَدْرِيْ نَفْسٌ مَّاذَا تَكْسِبُ غَدًاۗ وَمَا تَدْرِيْ نَفْسٌۢ بِاَيِّ اَرْضٍ تَمُوْتُۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ 

Sesungguhnya hanya di sisi Allah ilmu tentang hari Kiamat; dan Dia yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan dikerjakannya besok. Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Mengenal.

Ayat di atas Allâh ﷻ sebutkan bahwa tidak seorang pun tahu lima perkara ghaib. Termasuk kematian.

Tanda kematian (Tanda-tanda syar’i): sebelum menemui ajal, tapaki dulu jalan kebenaran. Allâh ﷻ berfirman :

يَٰمَعْشَرَ ٱلْجِنِّ وَٱلْإِنسِ أَلَمْ يَأْتِكُمْ رُسُلٌ مِّنكُمْ يَقُصُّونَ عَلَيْكُمْ ءَايَٰتِى وَيُنذِرُونَكُمْ لِقَآءَ يَوْمِكُمْ هَٰذَا ۚ قَالُوا۟ شَهِدْنَا عَلَىٰٓ أَنفُسِنَا ۖ وَغَرَّتْهُمُ ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَا

“Hai golongan jin dan manusia, apakah belum datang kepadamu rasul-rasul dari golongan kamu sendiri, yang menyampaikan kepadamu ayat-ayat-Ku dan memberi peringatan kepadamu terhadap pertemuanmu dengan hari ini? Mereka berkata: “Kami menjadi saksi atas diri kami sendiri”, kehidupan dunia telah menipu mereka”. (QS. Al-An’am: 130)

تَكَادُ تَمَيَّزُ مِنَ الْغَيْظِۗ كُلَّمَآ اُلْقِيَ فِيْهَا فَوْجٌ سَاَلَهُمْ خَزَنَتُهَآ اَلَمْ يَأْتِكُمْ نَذِيْرٌۙ قَالُوْا بَلٰى قَدْ جَاۤءَنَا نَذِيْرٌ ەۙ فَكَذَّبْنَا وَقُلْنَا مَا نَزَّلَ اللّٰهُ مِنْ شَيْءٍۖ اِنْ اَنْتُمْ اِلَّا فِيْ ضَلٰلٍ كَبِيْرٍ

“Setiap kali dilemparkan ke dalamnya sekumpulan (orang-orang kafir), penjagapenjaga (neraka itu) bertanya kepada mereka: “Apakah belum pernah datang kepada kamu (di dunia) seorang pemberi peringatan?” Mereka menjawab: “Benar ada”, sesungguhnya telah datang kepada kami seorang pemberi peringatan, maka kami mendustakan(nya) dan kami katakan: “Allah tidak menurunkan sesuatupun; kamu tidak lain hanyalah di dalam kesesatan yang besar”. (QS. Al-Mulk: 8-9)

Iman kepada hari berbangkit adalah salah satu aqidah dasar dan rukun Iman yang enam, dimana belum dikatakan beriman seorang muslim jika tidak beriman kepada adanya hari kiamat. Siapa yang mengingkari adanya kebangkitan, maka dia telah kafir kepada Allâh ﷻ hal ini salah satu bagian keyakinan pokok dalam Islam. Diantara sebab kekufuran orang-orang musyrik Qurays adalah mereka tidak percaya akan adanya hari berbangkit.

Iman kepada hari akhir selalu disandingkan dengan iman kepada Allâh ﷻ, ini menunjukkan pentingnya iman kepada hari akhir.

“Orang-orang yang kafir mengatakan, bahwa mereka sekali-kali tidak akan dibangkitkan.” (QS. At-Taghabun: 7)

Allâh ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat At-Taubah ayat 18:

اِنَّمَا يَعْمُرُ مَسٰجِدَ اللّٰهِ مَنْ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ وَاَقَامَ الصَّلٰوةَ وَاٰتَى الزَّكٰوةَ وَلَمْ يَخْشَ اِلَّا اللّٰهَ ۗفَعَسٰٓى اُولٰۤىِٕكَ اَنْ يَّكُوْنُوْا مِنَ الْمُهْتَدِيْنَ

“Sesungguhnya yang (pantas) memakmurkan masjid-masjid Allah hanyalah orang yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, mendirikan salat, menunaikan zakat, serta tidak takut (kepada siapa pun) selain Allah. Mereka itulah yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.”

💡 Definisi beriman kepada hari berbangkit: Meyakini segala sesuatu tragedi atau kejadian-kejadian yang akan berlaku setelah kematian seseorang sampai masuknya ke dalam surga atau neraka.

Cakupan iman kepada hari berbangkit ada tiga pokok:
1. Mengimani kejadian setelah kematian dan nikmat dan adzab di dalam kubur.
2. Tanda-tanda hari kiamat.
3. Mengimani proses hari berbangkit di padang mahsyar sampai masuknya manusia ke dalam surga atau neraka.

Tafsir Surat As-Syura ayat 38-41

📖 Allâh ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat As-Syura ayat 38:

وَالَّذِيْنَ اسْتَجَابُوْا لِرَبِّهِمْ وَاَقَامُوا الصَّلٰوةَۖ وَاَمْرُهُمْ شُوْرٰى بَيْنَهُمْۖ وَمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَ ۚ

dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhan dan melaksanakan salat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka; dan mereka menginfakkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka,

Dan orang-orang yang menerima seruan Tuhan dan mendirikan shalat, dan urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah di antara mereka.

Ibnu Zaid berkata: Meraka adalah orang-orang Anshar yang berada di Madinah. Mereka adalah 12 orang delegasi dari kota Madinah sebelum hijrah Nabi ﷺ. Yang mereka berbaiat kepada Nabi ﷺ dan siap menolong Nabi jika berhijrah ke Madinah. Sebelumnya Nabi ﷺ pernah mengutus Mus’ab bin Umair Radhiyallahu’anhu untuk berdakwah di Madinah. Beliau sahabat yang kaya dan masih muda.

Ayat ini merupakan lanjutan penjelasan ayat-ayat sebelumnya, tentang kesempurnaan Islam dalam mengisi kehidupan, bahwa hidup adalah milik Allâh ﷻ untuk akhirat , akhlak Muslim adalah beriman dan bertawakkal kepada Allâh ﷻ, menjauhi dosa-dosa besar dan maksiat. Ayat ini berisi sifat mereka yang menyambut segala seruan Allâh ﷻ.

Mereka tunduk untuk menaatiNYa, memenuhi seruanNYa dan tujuan mereka pun adalah keridaanNYa dan tujuan akhir mereka adalah meraih kedekatan denganNYa. termasuk memenuhi seruan Allah adalah menegakkan shalat dan menunaikan zakat.

Shalat terbaik adalah shalat yang mendekati sunnah-sunnah Rasulullah ﷺ. Baik yang lahir dan yang batinnya, yang fardhu dan yang sunnahnya.

Dan mereka menginfakan sebagian dari izki yang kami berikan kepada mereka, ” infak yang wajib seperti zakat, infak terhadap kerabat dekat dan yang semisal mereka, dan infak yang Sunnah seperti bersedekah kepada masyarakat awam.

Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 155-158

📖 Surat Al-Baqarah Ayat 155:

Allâh ﷻ berfirman :

وَلَنَبْلُوَنَّكُم بِشَىْءٍ مِّنَ ٱلْخَوْفِ وَٱلْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ ٱلْأَمْوَٰلِ وَٱلْأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٰتِ ۗ وَبَشِّرِ ٱلصَّٰبِرِينَ

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.

Dan kami akan benar-benar menguji kalian dengan sedikit rasa takut, kelaparan dan kekurangannya harta karena kesulitan dalam mendapatkannya atau hilang sama sekali.

Ayat ini jelas menerangkan bahwa ujian yang diberikan hanya sedikit saja. Lebih banyak kenikmatan yang kita dapatkan.

Allah mengabarkan bahwa sudah terjadi keharusan bagi hamba-hambaNya untuk diuji dengan segala cobaan, agar jelas orang yang benar dan orang yang berdosa, orang yang sabar dengan orang yang tidak sabar, dan ini adalah sunnah Allah pada hamba-hambaNya. Karena suatu kesenangan itu bila terus berlanjut bagi orang-orang yang beriman dan tidak diiringi dengan suatu cobaan, niscaya akan terjadi di campur aduk yang merupakan kerusakan baginya, ke mahabijaksanaan Allah memastikan untuk memilah-milah antara orang-orang yang baik dan orang-orang yang jahat.

Inilah manfaat dari cobaan dan ujian bukannya untuk menghilangkan keimanan yang ada pada seorang hamba yang beriman, dan tidak pula untuk memalingkan mereka dari agamanya, karena Allah tidak menyia-nyiakan keimanan kaum Mukminin.

Hakikat Orang Yahudi: Paling Memusuhi Islam, Suka bertanya, Takut Mati dan Pembunuh Para Nabi

Allâh ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat An-Nahl ayat 89:

وَيَوْمَ نَبْعَثُ فِيْ كُلِّ اُمَّةٍ شَهِيْدًا عَلَيْهِمْ مِّنْ اَنْفُسِهِمْ وَجِئْنَا بِكَ شَهِيْدًا عَلٰى هٰٓؤُلَاۤءِۗ وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتٰبَ تِبْيَانًا لِّكُلِّ شَيْءٍ وَّهُدًى وَّرَحْمَةً وَّبُشْرٰى لِلْمُسْلِمِيْنَ

Dan (ingatlah) pada hari (ketika) Kami bangkitkan pada setiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri, dan Kami datangkan engkau (Muhammad) menjadi saksi atas mereka. Dan Kami turunkan Kitab (Al-Qur’an) kepadamu untuk menjelaskan segala sesuatu, sebagai petunjuk, serta rahmat dan kabar gembira bagi orang yang berserah diri (Muslim).

Dan Kami menurunkan al-Qur’an kepadamu sebagai penjelasan yang jelas atas segala sesuatu yang butuh penjelasan, sebagai hidayah dari kesesatan bagi hati, rahmat bagi orang-orang beriman, dan penyampai kabar gembira berupa surga bagi orang-orang yang memeluk Islam dan mendapat petunjuk.

▪️ Kaum Yahudi memiliki sikap paling keras permusuhannya terhadap umat Islam. (QS: al-Maidah [5]: 82).

Karena itu, kaum Muslimin hendaknya memahami sifat asli kaum Yahudi agar tidak mudah tertipu dengan tipu muslihatnya. Dan, hal ini telah diuraikan dalam Al-Quran.

۞ لَتَجِدَنَّ اَشَدَّ النَّاسِ عَدَاوَةً لِّلَّذِيْنَ اٰمَنُوا الْيَهُوْدَ وَالَّذِيْنَ اَشْرَكُوْاۚ وَلَتَجِدَنَّ اَقْرَبَهُمْ مَّوَدَّةً لِّلَّذِيْنَ اٰمَنُوا الَّذِيْنَ قَالُوْٓا اِنَّا نَصٰرٰىۗ ذٰلِكَ بِاَنَّ مِنْهُمْ قِسِّيْسِيْنَ وَرُهْبَانًا وَّاَنَّهُمْ لَا يَسْتَكْبِرُوْنَ ۔

Pasti akan kamu dapati orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman, yaitu orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan pasti akan kamu dapati orang yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata, “Sesungguhnya kami adalah orang Nasrani.” Yang demikian itu karena di antara mereka terdapat para pendeta dan para rahib, (juga) karena mereka tidak menyombongkan diri. (QS Al-Ma’idah ayat 82).

Hadits Muslim Nomor 5128

حَدَّثَنَا عَمْرٌو النَّاقِدُ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ عُرْوَةَ عَنْ زَيْنَبَ بِنْتِ أُمِّ سَلَمَةَ عَنْ أُمِّ حَبِيبَةَ عَنْ زَيْنَبَ بِنْتِ جَحْشٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَيْقَظَ مِنْ نَوْمِهِ وَهُوَ يَقُولُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَيْلٌ لِلْعَرَبِ مِنْ شَرٍّ قَدْ اقْتَرَبَ فُتِحَ الْيَوْمَ مِنْ رَدْمِ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ مِثْلُ هَذِهِ وَعَقَدَ سُفْيَانُ بِيَدِهِ عَشَرَةً قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَنَهْلِكُ وَفِينَا الصَّالِحُونَ قَالَ نَعَمْ إِذَا كَثُرَ الْخَبَثُ حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَسَعِيدُ بْنُ عَمْرٍو الْأَشْعَثِيُّ وَزُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ وَابْنُ أَبِي عُمَرَ قَالُوا حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ الزُّهْرِيِّ بِهَذَا الْإِسْنَادِ وَزَادُوا فِي الْإِسْنَادِ عَنْ سُفْيَانَ فَقَالُوا عَنْ زَيْنَبَ بِنْتِ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ حَبِيبَةَ عَنْ أُمِّ حَبِيبَةَ عَنْ زَيْنَبَ بِنْتِ جَحْشٍ

Telah menceritakan kepada kami [Amru An Naqid] telah menceritakan kepada kami [Sufyan bin Uyainah] dari [Az Zuhri] dari [Urwah] dari [Zainab binti Ummu Salamah] dari [Ummu Habibah] dari [Zainab binti Jahsy] nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam bangun tidur dan beliau mengucapkan: “LAA ILAAHA ILLALLAAH, celakalah bangsa arab dari keburukan yang mendekat, saat ini penghalang Ya’juj dan Ma’juj telah terbuka seperti ini -Sufyan dan lainnya melekatkan kesepuluh jarinya- aku (Zainab) bertanya: Wahai Rasulullah, apakah kita akan dibinasakan sementara ditengah-tengah kami ada orang-orang shalih? Beliau menjawab: “Ya, bila kekejian banyak (menyebar).” Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakr bin Abu Syaibah], [Sa’id bin Amru Al Asy’atsi], [Zuhair bin Harb] dan [Ibnu Abi Umar], mereka berkata: Telah menceritakan kepada kami [Sufyan] dari [Az Zuhri] dengan sanad ini. Mereka menambahkan dalam sanad Sufyan, mereka berkata: Dari [Zainab binti Abu Salamah] dari [Habibah] dari [Ummu Habibah] dari [Zainab binti Jahsy].

Syarah Hadits:

💡 Judul Imam Qurthubi dalam bab ini: Datang dan turunnya fitnah-fitnah sebagaimana tetesan air hujan dan dari mana datangnya fitnah. Judul terjemahan di atas juga bukan dari Imam Muslim.

Imam Nawawi rahimahullah mengatakan, hadits ini unik (Lathaif) karena satu-satunya hadits yang diriwayatkan oleh empat shahbiyah.

💡Definisi sahabat: Siapa saja dari kalangan kaum muslimin, yang pernah menyertai dan melihat Rasulullah, dan beriman kepadanya serta mati dalam keadaan beriman, meskipun pernah murtad.

Abu Sufyan saat ditanya Heraklius tentang sahabat yang murtad, beliau menjawab tidak ada. Yang murtad dan kembali setelah Rasulullah ﷺ itu ada.

Keluarnya Ya’-juj dan Ma’-juj pada akhir zaman adalah salah satu tanda dari tanda-tanda besar Kiamat. Kemunculan mereka telah ditunjuki oleh al-Kitab dan as-Sunnah.

Kitab Al-Lu’lu wal Marjan – Muhammad Fu’ad Abdul Baqi
(Kumpulan hadits yang disepakati Bukhari Muslim)

📖 Hadits ke-54 | Bab: Dosa-dosa Besar dan yang Paling Besar

عن أبي بَكْرَةَ- رضي الله عنه – عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال: «أَلا أُنَبِّئُكم بِأَكْبَرِ الْكَبَائِر؟»- ثَلاثا- قُلْنَا: بَلى يا رسول الله، قَالَ: «الإِشْرَاكُ بِالله وَعُقُوقُ الوالدين، وكان مُتَّكِئاً فَجَلس، وَقَال: ألا وَقَوْلُ الزور، وَشهَادَةُ الزُّور»، فَما زال يُكَرِّرُها حتى قُلنَا: لَيْتَه سَكَت.
[صحيح] – [متفق عليه]

54. Abu Bakrah -raḍiyallāhu ‘anhu- meriwayatkan dari Nabi – ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam-, bahwa beliau bersabda, “Maukah aku beritahukan kepada kalian tentang dosa-dosa besar yang paling besar?” Beliau mengulanginya hingga tiga kali. Kami menjawab, “Tentu, wahai Rasulullah!” Beliau bersabda, “(Yaitu) menyekutukan Allah dan durhaka kepada kedua orang tua.” Beliau pada waktu itu bersandar, lalu duduk kemudian meneruskan sabdanya, “Ingatlah juga perkataan palsu dan kesaksian palsu.” Beliau terus-menerus mengulanginya sampai kami berkata, “Andai saja beliau diam (berhenti).”

(Dikeluarkan oleh Bukhari pada Kitab ke-52, Kitab Kesaksian dan bab ke-10, bab apa yang dikatakan dalam hal kesaksian palsu) Maksudnya: Nabi ﷺ benar- benar minta perhatian terhadap hal yang biasanya diremehkan oleh masyarakat karena dianggap sepele.

🏷️ Syarah Hadits:

▪️Di antara pelajaran dari hadis ini yaitu menyampaikan hukum-hukum syariat dengan metode tawaran, “Maukah kalian aku kabari?”

▪️ Kesyirikan kepada Allah adalah dosa paling besar karena Nabi -ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam- meletakkannya di bagian paling pertama dan paling besar di antara deretan dosa-dosa besar. Hal ini dipertegas oleh firman Allah -Ta’ālā-, “Sesungguhnya Allah tidak mengampuni perbuatan syirik kepada-Nya dan akan mengampuni yang lainnya bagi siapa yang Dia kehendaki.” (QS An-Nisa ayat 48).

Dalam Islam, syirik dianggap sebagai dosa besar yang paling serius dan tidak dapat dimaafkan, jika belum bertaubat sebelum meninggal. Meskipun jika dikatakan sebagai syirik kecil.