Tag Archives: istiqamah

Ketahuilah saudaraku semoga Allah subhanahu wa ta’ala senantiasa merahmatimu, Nabi Adam alaihissalam telah tinggal di dalam surga dan menikmati segala kenikmatan yang ada di dalamnya. Hanya satu yang dilarang Allah ﷻ yaitu memakan buah terlarang (khuldi) hingga keduanya digoda iblis dan dikeluarkan dari dalam surga hingga hari ini anak cucunya menghuni dunia dengan segala isinya dan godaannya. Dunia adalah tempat bersinggah.

Kita di sini memiliki tujuan yang sama untuk pulang ke kampung halaman kita tempat Adam alaihissalam dulu tinggal. Akan tetapi iblis berjanji dan dendam akan berusaha menghalangi agar keturunan Adam alaihissalam tidak bisa pulang ke kampungnya. Inilah tekad iblis yang Allah ﷻ kabarkan kepada kita, dan tidak ada yang akan selamat kecuali dengan tiga cara :
1. Mengetahui jalan menuju surga.
2. Menyiapkan bekal.
3. Terbebasnya dia dari berbagai halangan.

Tidak akan masuk surga kecuali orang yang memiliki bekal iman. Bekal akhirat bukan kemewahan dunia, akan tetapi kembali kepadaNya dengan iman di dada. Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat An-Nisa Ayat 57:

وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ سَنُدْخِلُهُمْ جَنَّٰتٍ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَآ أَبَدًا ۖ لَّهُمْ فِيهَآ أَزْوَٰجٌ مُّطَهَّرَةٌ ۖ وَنُدْخِلُهُمْ ظِلًّا ظَلِيلًا

Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan-amalan yang shaleh, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai; kekal mereka di dalamnya; mereka di dalamnya mempunyai isteri-isteri yang suci, dan Kami masukkan mereka ke tempat yang teduh lagi nyaman.

Allah ﷻ menciptakan manusia untuk beribadah, yang semuanya diatur dalam syariat Islam.

Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Adz-Dzariyat ayat 56:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ

Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.

Dan ibadah yang dilakukan kaum muslimin dilakukan dari saat baligh hingga ajal menjemput. Seperti shalat lima waktu, berdzikir kepada Allah ﷻ dan amaliah harian lainnya. Amalan-amalan tersebut tidak terputus, baik yang sifatnya tahunan, mingguan atau harian yang terus menerus.

Karenanya setiap muslim dituntut untuk selalu istiqamah. Rasulullah ﷺ bersabda dalam sebuah hadits.

Amalan Yang Paling Dicintai Allah

Pertanyaan Masruq kepada Ummul Mukminin ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha, “Amalan apa yang paling dicintai oleh Allah?” Beliau Ummul Mukminin ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha menjawab yaitu yang dilakukan secara terus-menerus.

Ini adalah amalan yang paling dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagaimana sabda Nabi kita ‘Alaihish Shalatu was Salam:

وَاعْلَمُوا أَنَّ أَحَبَّ الْعَمَلِ إِلَى اللَّهِ أَدْوَمُهُ وَإِنْ قَلَّ

“Dan ketahuilah bahwasanya amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah yang terus-menerus walaupun sedikit.” (HR. Muslim 2818)

Jadi, yang paling dicintai oleh Allah adalah yang kontinu walaupun sedikit tapi terus-menerus dikerjakan. Karena amalan yang sedikit lebih baik daripada amalan banyak yang dikerjakan hanya sekali, dua kali atau tiga kali kemudian seorang bosan dan tidak melakukannya lagi.

Ingatlah bahwa amalan sedikit yang rutin dilakukan akan melanggengkan amalan ketaatan, dzikir, pendekatan diri pada Allah, niat dan keikhlasan dalam beramal, juga akan membuat amalan tersebut diterima oleh Sang Kholiq Subhanahu wa Ta’ala. Amalan sedikit namun konsekuen dilakukan akan memberikan ganjaran yang besar dan berlipat dibandingkan dengan amalan yang sedikit namun sesekali saja dilakukan.

Setiap kita menginginkan husnul khâtimah, Setiap Muslim wajib berpegang teguh kepada agama Islam, dan janganlah ia mati melainkan dalam keadaan Islam. Allâh Azza wa Jalla berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allâh sebenar-benar taqwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. [Ali ‘Imrân/3:102]

Dalam surat Al-Hijr ayat 99:

وَٱعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّىٰ يَأْتِيَكَ ٱلْيَقِينُ

Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal).

Orang yang istiqamah tidak akan sedih dengan yang telah lalu dan tidak takut dengan yang akan datang.

Allâh ﷻ berfirman:

إِنَّ ٱلَّذِينَ قَالُوا۟ رَبُّنَا ٱللَّهُ ثُمَّ ٱسْتَقَٰمُوا۟ تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ ٱلْمَلَٰٓئِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا۟ وَلَا تَحْزَنُوا۟ وَأَبْشِرُوا۟ بِٱلْجَنَّةِ ٱلَّتِى كُنتُمْ تُوعَدُونَ

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu”.

📝 Tafsir ayat:

Ayat ini merupakan lanjutan dari ayat sebelumnya yang menjelaskan tentang orang-orang kafir, sedangkan ayat ini menjelaskan tentang golongan orang yang beriman.

Rasulullah ﷺ mengingatkan kita: “Ketahuilah bahwa di dalam badan manusia terdapat segumpal darah. Apabila baik maka baiklah keseluruhan segala perbuatannya dan apabila buruk maka buruklah keseluruhan tingkah lakunya. Ketahuilah bahwa ia adalah hati”.

Ungkapan Rasulullah ﷺ di atas menunjukkan bahwa ‘hati’ merupakan asas yang sangat penting dan tersembunyi dalam diri setiap manusia. la memiliki peran yang vital dalam keseharian manusia. Kebaikan atau pun keburukan manusia bersumber dari hati. Hati merupakan pengarah bagi semua komponen indrawi yang ada pada diri manusia. Andai hatinya buruk dan busuk, maka segala perbuatannya akan jahat dan keji, senantiasa cenderung ke arah maksiat mengikut kehendak hati dan hawa nafsu, dan mengabaikan akal sehatnya.

Dalam hadits qudsi, Allah Ta’ala berfirman,

يَا عِبَادِى لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَتْقَى قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ مَا زَادَ ذَلِكَ فِى مُلْكِى شَيْئًا يَا عِبَادِى لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَفْجَرِ قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِنْ مُلْكِى شَيْئًا

“Wahai hamba-Ku, kalau orang-orang terdahulu dan yang terakhir di antara kalian, sekalian manusia dan jin, mereka itu bertaqwa seperti orang yang paling bertaqwa di antara kalian, tidak akan menambah kekuasaan-Ku sedikit pun. Jika orang-orang yang terdahulu dan yang terakhir di antara kalian, sekalian manusia dan jin, mereka itu berhati jahat seperti orang yang paling jahat di antara kalian, tidak akan mengurangi kekuasaan-Ku sedikit pun juga.” (HR. Muslim no. 2577)

Dalam hadits ini Allâh ﷻ menyebut taqwa ada di dalam hati. Hati ibarat seorang raja bagi seluruh rakyatnya. Tidak ada yang bisa menolak perintah raja. Jika hatinya baik maka akan memerintahkan kebaikan, begitu pula sebaliknya.

Dan Allah sendiri menegaskan yang paling mulia adalah yang paling bertakwa. Ayat yang patut jadi renungan ini adalah firman Allah Ta’ala,

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ

“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu.” (QS. Al Hujurat: 13)

Di zaman sekarang, mungkin ada seseorang yang ibadahnya lebih banyak kuantitasnya daripada ibadah para sahabat,akan tetapi dari sisi hati, tidak ada yang mampu menandingi.