Tag Archives: Assunnah Qatar

BAB VIII: MENJAGA KESUCIAN DIRI

Pasal: Haramnya Zina dan Menjaga Kemaluan – Lanjutan

Kisah-kisah Su’ul Khotimah

Ustadz mengawali kajian dengan nasehat untuk selalu bersyukur,terutama bagi yang dilapangkan dadanya untuk dapat menghadiri majelis ilmu.

Syaikh Masyhur bin Hasan bin Mahmud Ali Salman Hafidzahullah: Bagi siapa yang dilapangkan dadanya untuk dapat menghadiri majelis-majelis ilmu hendaknya banyak bersyukur, agar nikmat tersebut semakin sempurna dan tidak hilang, dan segala sesuatu yang diinfakkan oleh seseorang akan berkurang kecuali ilmu, sesungguhnya ilmu itu, apabila kamu mengajarkannya atau mempelajarinya, dia akan bertambah, semakin kokoh dan diberkahi Allâh ﷻ padanya. (Kitab At-Ta’liqat Al-Atsariyyah ‘Ala Manzhumah Qowaid Dzakiyyah hal. 21)

Pada pertemuan sebelumnya, penyebab su’ul khotimah:

Hanyut pada dunia dan berangan-angan dengannya.
Berpaling dari akhirat.
Dia lancang dan berani melakukan maksiat kepada Allâh ﷻ.

▪️ Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah Rahimahullah berkata:

Mungkin saja kematian mendatanginya sementara kondisinya masih demikian, sehingga ia mendengar (talqin seolah-olah) panggilan dari tempat yang jauh. Ia tidak mengerti maksudnya meskipun hal itu diulang berkali-kali.”

▪️Beliau menceritakan: “Diriwayatkan bahwa salah seorang bawahan an-Nashir” mengalami sakaratul maut. Puteranya pun berkata kepadanya: “Katakanlah: Laa Ilaha illallah”. Bawahan itu malah menjawab: ‘An-Nashir tuanku.’ Puteranya mengulangi lagi tuntunannya, namun ia juga menjawab dengan jawaban yang serupa. Setelah itu ia pingsan. Ketika sadar, ia kembali berkata: “An-Nashir tuanku.”’ Memang, ucapan seperti itu sudah menjadi kebiasaannya. Setiap kali dikatakan kepadanya: “Katakanlah: Laa Ilaha illallah,” dia justru menjawab: “An-Nashir tuanku.” Selanjutnya, dia berkata kepada puteranya tadi: “Hai Fulan, sesungguhnya an-Nashir hanya mengenalmu lewat pedangmu, bunuh, bunuh, ….’ Akhirnya, orang itu pun meninggal.”

Syarat Ketiga: MENGHINDARI NAJIS

Salah satu syarat shalat adalah menghindari najis. yakni, orang yang shalat harus berusaha menjauhkan diri dari najis dan membersihkan diri darinya secara total. Baik yang melekat di tubuhnya, pakaiannya, maupun tempat di mana ia shalat.

NAJIS adalah sejenis kotoran tertentu yang dapat menghalangi seseorang melakukan shalat. Seperti bangkai, darah,minuman keras, air seni dan kotoran manusia.

Hukum Darah Manusia: Tidak Najis

Para ulama berbeda pendapat tentang hal ini :

1. Darah manusia itu najis. Pendapat Ibnu hazm, Syaikh bin Baz dan ulama berikut:

Ibnul Arabi mengatakan:

اتفق العلماء على أن الدم حرام لا يؤكل نجس

“Ulama sepakat bahwa darah itu haram, tidak boleh dimakan dan najis” (Hasyiyah ar Ruhuni, 1/73).

Al Qurthubi mengatakan:

اتفق العلماء على أن الدم حرام نجس

“Ulama sepakat bahwa darah itu haram dan najis” (Tafsir Al Qurthubi, 2/222).

An Nawawi mengatakan:

وفيه أن الدم نجس وهو بإجماع المسلمين

“Dalam hadits ini terdapat dalil bahwa darah itu najis dan ini adalah ijma ulama kaum Muslimin” (Syarah Shahih Muslim, 3/200).

Ibnu Hajar mengatakan:

والدم نجس اتفاقاً

“Darah itu najis secara sepakat ulama” (Fathul Baari, 1/352).

Israel adalah Nabi Ya’kub Alaihissalam

Di dalam sebuah hadits Ibnu Abbas radhiyallahu’anhu pernah berkisah, “Saya pernah hadir di kumpulan orang-orang Yahudi. Lalu Nabi bertanya kepada mereka,

هَلْ تَعْلَمُونَ أَنَّ إِسَرَائِيلَ يَعْقُوب ؟

“Tahukah kalian bahwa Israel adalah nama Ya’qub?”

Mereka menjawab, “Iya benar..”

Kata Nabi shallallahualaihi wa sallam,

اللَّهُمَّ اشْهَدْ

“Ya Allah saksikanlah..”

(HR. Abu Dawud, Tirmidzi dan Ahmad. Imam Tirmidzi menilai hadis ini hasan)

Seluruh ahli tafsir sepakat, bahwa Israel adalah Ya’qub bin Ishak bin Ibrahim ‘alaihissalam. Maknanya adalah hamba Allah, karena isra dalam bahasa mereka artinya adalah hamba, dan el artinya Allah.

Dari sini jelaslah, bahwa ternyata Israel adalah nama Nabi Ya’qub ‘alaihissalam, yang maknanya adalah hamba Allah. Dalam bahasa umat Islam disebut Abdullah.

Imam Muslim dalam metode penulisan tidak menggunakan Bab. Tapi judul topiknya saja, seperti dalam topik ini: Kitab Fitnah dan Tanda Kiamat.

Dan sub Bab yang sekarang ada kebanyakan ditulis oleh Imam an-Nawawi Rahimahullah karena Syarah beliau dan sesuai dengan istinbath beliau.

Makna Fitnah

Fitan merupakan bentuk jamak dari fitnah yang maknanya sangat banyak. Umumnya Inti makna fitnah di dalam bahasa Arab terkumpul pada makna Cobaan dan ujian

الابتلاء، والامتحان

Yang kebanyakannya merupakan bentuk hal-hal yang tidak disukai atau ujian yang membawa kepada hal-hal yang tidak diridhaiNya. Seperti menjerumuskan kepada pembunuhan, kedzaliman, kekufuran, maksiat dan seterusnya.

Fitnah di dalam Al-Qur’an maknanya tergantung konteks kalimatnya, tentu merujuk kepada tafsir ayatnya.

💡 Seperti pada surat Al-Baqarah ayat 191:

وَالْفِتْنَةُ اَشَدُّ مِنَ الْقَتْلِۚ

Fitnah pada ayat di atas bermakna kekafiran, syirik, dan menghalang-halangi orang dari Islam.

💡 Bisa bermakna Cobaan dan Ujian (الابتلاء والاختبار). Seperti pada Firman Allah Ta’ala,

أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ

“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?” (Al-Ankabuut: 2).

Maksud {وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ} adalah

وهم لا يبتلون

“Sedang mereka tidak diuji lagi?” (Tafsir Ibnu Jarir).

Hadits ke-53: Bab – Syirik (Mempersekutukan Allâh ﷻ) adalah Dosa Terbesar

عن عبد الله بن مسعود رضي الله عنه قال: سألت رسول الله صلى الله عليه وسلم أيُّ الذنب أعظم؟ قال: «أن تجعل لله نِدًّا، وهو خَلَقَكَ» قلت: ثم أَيُّ؟ قال: «ثم أن تقتل ولدك خَشْيَةَ أن يأكل معك» قلت: ثم أَيُّ؟ قال: «ثم أن تُزَانِي حَلِيْلَةَ جَارِكَ».

Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu’anhuma berkata: “Aku bertanya kepada Nabi tentang dosa apakah yang terbesar di sisi Allah?” Nabi ﷺ menjawab: “Jika mempersekutukan Allah, padahal Dia-lah yang menciptakanmu.” Aku bertanya lagi: “Lalu apa lagi?” Jawab Nabi ﷺ “Jika engkau membunuh anakmu karena khawatir dia makan bersamamu (khawatir tidak mampu memberi makan).” Aku bertanya lagi: “Kemudian apa lagi?” Nabi ﷺ menjawab: “Berzina dengan isteri tetanggamu.”

(Dikeluarkan oleh Bukhari pada Kitab ke-65, Kitab Tafsir pada tafsir surat Al-Baqarah, bab ke-3, bab firman Allah: “Karena itu janganlah kalian mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.” )

Syirik adalah menyamakan selain Allah dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Rububiyyah dan Uluhiyyah serta Asma dan Sifat-Nya.

Perbuatan syirik selalu dianggap enteng oleh kaum muslimin. Banyak yang menganggap ini hal yang ringan.

Hadits 8:

367 – وعن أَبي هريرة – رضي الله عنه: أن النَّبيّ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ: «الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ، فَليَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ». رواه أَبُو داود والترمذي بإسناد صحيح، وَقالَ الترمذي: «حديث حسن».

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu bahwasanya Nabi ﷺ bersabda: “Seorang itu adalah menurut agama kekasihnya -teman atau sahabatnya-. Maka hendaklah seorang dari engkau semua itu melihat -meneliti benar-benar- orang yang dijadikan kekasihnya itu.” Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Tirmidzi dengan isnad shahih dan Imam Tirmidzi mengatakan bahwa ini adalah hadis hasan.

Kata خَالِلُ bermakna teman dekat atau sahabat. Dan seseorang akan dipengaruhi agamanya oleh teman dekatnya.

Bab ini menjelaskan tentang berteman dengan orang-orang yang baik dan mencintai mereka. Karena agama pasti akan dipengaruhi oleh teman dekatnya. Dan ini tidak bisa dielakkan, sebagaimana Rasulullah ﷺ jelaskan : “Ruh yang baik berkumpulnya dengan ruh yang baik, sedang yang buruk dengan yang buruk.” (Hadits selanjutnya).

Maka jiwa yang baik akan berkumpul dengan jiwa yang baik atau yang semisal dengannya pada hal-hal yang sama. Maka, jika berkumpul dengan yang buruk, akan mempengaruhi satu dengan lainnya. Jiwa akan condong dengan yang satu kesamaan tabiat.

Hati yang memiliki kehidupan akan mampu mendengarkan kebaikan dan akan terus bersama dengan orang yang baik, dan temannya akan menunjukkan kebaikan dunia dan akhirat. Teman yang baik akan mempengaruhi tingkah laku, sikap dan kebiasaan hidupnya, dan dijauhkan dari segala penyakit hati sebab teman yang baik.

Katsratul Amani – Banyak berangan-angan

Allâh ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat An-Nisa ayat 117-120:

اِنْ يَّدْعُوْنَ مِنْ دُوْنِهٖٓ اِلَّآ اِنَاثًاۚ وَاِنْ يَّدْعُوْنَ اِلَّا شَيْطٰنًا مَّرِيْدًاۙ

117. Yang mereka sembah selain Allah itu tidak lain hanyalah (berhala), dan mereka tidak lain hanyalah menyembah setan yang durhaka,

لَّعَنَهُ اللّٰهُ ۘ وَقَالَ لَاَتَّخِذَنَّ مِنْ عِبَادِكَ نَصِيْبًا مَّفْرُوْضًاۙ

118. yang dilaknati Allah, dan (setan) itu mengatakan, “Aku pasti akan mengambil bagian tertentu dari hamba-hamba-Mu,

وَّلَاُضِلَّنَّهُمْ وَلَاُمَنِّيَنَّهُمْ وَلَاٰمُرَنَّهُمْ فَلَيُبَتِّكُنَّ اٰذَانَ الْاَنْعَامِ وَلَاٰمُرَنَّهُمْ فَلَيُغَيِّرُنَّ خَلْقَ اللّٰهِ ۚ وَمَنْ يَّتَّخِذِ الشَّيْطٰنَ وَلِيًّا مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ فَقَدْ خَسِرَ خُسْرَانًا مُّبِيْنًا

119. dan pasti kusesatkan mereka, dan akan kubangkitkan angan-angan kosong pada mereka dan akan kusuruh mereka memotong telinga-telinga binatang ternak, (lalu mereka benar-benar memotongnya), dan akan aku suruh mereka mengubah ciptaan Allah, (lalu mereka benar-benar mengubahnya).” Barangsiapa menjadikan setan sebagai pelindung selain Allah, maka sungguh, dia menderita kerugian yang nyata.

يَعِدُهُمْ وَيُمَنِّيْهِمْۗ وَمَا يَعِدُهُمُ الشَّيْطٰنُ اِلَّا غُرُوْرًا

120. (Setan itu) memberikan janji-janji kepada mereka dan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka, padahal setan itu hanya menjanjikan tipuan belaka kepada mereka.

Angan-angan adalah sifat manusiawi, dengannya manusia menjadi semangat untuk menggapai cita-cita. Akan tetapi, setan menyusup hingga manusia menjadi panjang angan-angannya.

Penyebabnya adalah cinta dunia dan takut akhirat. Maka, apabila hati kita penuh dipengaruhi dunia dan lupa akan kematian, tandanya Hati sudah dipengaruhi panjang angan-angan.

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لا يَزالُ قَلْبُ الكَبِيرِ شابًّا في اثْنَتَيْنِ: في حُبِّ الدُّنْيا وطُولِ الأمَلِ

“Hati orang yang sudah tua akan senantiasa seperti anak muda dalam menyikapi dua hal: cinta dunia dan panjang angan-angan” (HR. al-Bukhari no. 6420).

Sesuatu Yang Pasti

Dua hal yang pasti adalah rezeki dan kematian. Keduanya sudah ditetapkan kepada masing-masing insan.

Semua manusia yakin dan sepakat akan adanya kematian, tidak seorangpun yang mengingkarinya, bahkan orang kafir atheis sekalipun. Namun sebagian orang kafir hanya ragu dan mengingkari adanya hari berbangkit dan hari pembalasan.

{ وَقَالُواْ مَا هِيَ إِلَّا حَيَاتُنَا ٱلدُّنۡيَا نَمُوتُ وَنَحۡيَا وَمَا يُهۡلِكُنَآ إِلَّا ٱلدَّهۡرُۚ وَمَا لَهُم بِذَٰلِكَ مِنۡ عِلۡمٍۖ إِنۡ هُمۡ إِلَّا يَظُنُّونَ }

Dan mereka berkata, “Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup, dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa.” Tetapi mereka tidak mempunyai ilmu tentang itu, mereka hanyalah menduga-duga saja.  (QS. Al-Jatsiyah: 24)

{ زَعَمَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوٓاْ أَن لَّن يُبۡعَثُواْۚ قُلۡ بَلَىٰ وَرَبِّي لَتُبۡعَثُنَّ ثُمَّ لَتُنَبَّؤُنَّ بِمَا عَمِلۡتُمۡۚ وَذَٰلِكَ عَلَى ٱللَّهِ يَسِيرٞ }

Orang-orang yang kafir mengira, bahwa mereka tidak akan dibangkitkan. Katakanlah (Muhammad), “Tidak demikian, demi Tuhanku, kamu pasti dibangkitkan, kemudian diberitakan semua yang telah kamu kerjakan.” Dan yang demikian itu mudah bagi Allâh. (QS: At-Taghabun: 7)

Berkata Umar bin Abdul Aziz rahimahullah:  “Aku tidak pernah melihat sesuatu yang pasti dan yakin kecuali keyakinan manusia akan datangnya kematian, namun sangat disayangkan sedikit dari mereka yang mau mempersiapkan diri untuk menghadapinya. Seakan mereka orang yang ragu”. ( Al-Jaami’ Liahkami Al-Quran 10/64 Imam Al-Qurtubi).

Hamid Al-Qusairi Rahimahullah berkata:  “Setiap kita benar-benar yakin dengan adanya kematian, namun kita tidak melakukan persiapan untuk menghadapinya. Setiap kita yakin dengan adanya surga, namun kita tidak melakukan amal kebaikan untuk mendapatkannya. Setiap kita yakin dengan adanya neraka, namun kita tidak merasa takut terhadapnya. Lantas apa yang membuat kalian berbangga? Apa yang kalian harapkan dari dunia? Kematian, dia yang pertama kali datang kepada kalian dengan membawa berita dari Allah, kebaikan atau berita buruk. Wahai saudaraku! Persiapkanlah perjalanan menuju Allah dengan sebaikbaiknya”. (Mukhtasar Minhaj Al-Qosidin 1/384, Ibnu Qudamah Al-Maqdisi).

Allâh ﷻ adalah Zat Yang Maha Ghaib, manusia tidak akan mampu melihatNya karena keagungan dan kebeasaran-Nya. Maka untuk mengenalkan tentang ZatNya, apa yang diinginkan Allâh ﷻ dan apa yang dibenci-Nya, maka Allâh ﷻ mengutus para nabi dan rasul sebagai penyampai dan penjelas risalah kepada para hamba-Nya. Allâh ﷻ berfirman:

اَللّٰهُ يَصْطَفِيْ مِنَ الْمَلٰۤىِٕكَةِ رُسُلًا وَّمِنَ النَّاسِۗ اِنَّ اللّٰهَ سَمِيْعٌۢ بَصِيْرٌ ۚ

Al-Hajj ayat 75: Allah memilih para utusan(-Nya) dari malaikat dan dari manusia. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar, Maha Melihat.

Salah satu rukun iman yang wajib bagi setiap muslim adalah beriman bahwa Allâh ﷻ telah mengutus para nabi dan rasul untuk manusia, ada yang Nama dan kabarnya dikisahkan kepada kita ada yang tidak diceritakan.

Iman kepada Para Nabi dan Rasul meliputi beberapa perkara pokok:

Pertama: Iman keberadaan dan nama-nama Para Nabi dan Rasul yang dikabarkan Al-Quran dan As-Sunnah.

Nama-nama Para Nabi dan Rasul dalam Al-Qur’an berjumlah 25. Jumlah Para Nabi dan Rasul sangat banyak, dalam satu riwayat disebutkan jumlah mereka 124.000 Nabi dan Rasul. Jumlah Rasul 315. Yang disebutkan dalam Al-Quran 25 Nabi dan Rasul. 5 Rasul Ulul ‘Azmi.

▪️ Secara urutan zaman nama-nama Nabi dan Rasul sebagai berikut: Adam, Idris, Nuh, Hud, Sholeh, Syu’aib, Ibrahim, Luth, Ismail, Ishaq, Ya’qub, Yusuf, Yunus, Ayyub, Zulkifli, Harun, Musa, Daud, Sulaiman, Ilyas, Ilyasa’, Zakariyya, Yahya, ‘Isa bin Maryam, Muhammad ﷺ.

▪️ Ulul ‘Azmi dari mereka hanya 5 Rasul, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, Muhammad ﷺ.

▪️Khalilan (dua kekasih Allah k)) adalah Ibrahim dan Muhammad ﷺ.

▪️ Nama-nama Nabi yang disebutkan dalam sebagian atsar diantaranya adalah Nabi Syist, Yusya bin Nun, Nabi Daniyal, Samu’il, Thalut.

▪️ Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah Rahimahullah berkata:

Allah mengampuni segala bentuk dosa. Jika taubat mampu menghapuskan seluruh dosa, sampai-sampai perbuatan menyekutukan Allah, membunuh para Nabi serta para wali-Nya, melakukan sihir, berbuat kekufuran, dan sebagainya, maka taubat juga mampu menghapuskan dosa zina tersebut.

Jadi, telah tetap hikmah Allah baginya, sebagai bentuk keadilan dan karunia-Nya, yaitu bahwasanya “Orang yang bertaubat dari dosa seperti orang yang sama sekali tidak mempunyai dosa.” (Hadits ini hasan dengan adanya sejumlah penguat).

Allah memberikan jaminan kepada orang yang bertaubat dari Perbuatan syirik, pembunuhan, dan perzinaan berupa penggantian keburukan mereka dengan berbagai macam kebaikan. Inilah hukum umum yang berlaku bagi semua orang yang bertaubat dari dosa-dosanya.

Allâh ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Az-Zumar ayat 53:

۞ قُلْ يٰعِبَادِيَ الَّذِيْنَ اَسْرَفُوْا عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوْا مِنْ رَّحْمَةِ اللّٰهِ ۗاِنَّ اللّٰهَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعًا ۗاِنَّهٗ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Katakanlah, “Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang.

Tidak ada satu dosa pun yang keluar dari keumuman ayat di atas. Akan tetapi, hal ini khusus bagi orang-orang yang bertaubat.