Tag Archives: Assunnah Qatar

Dari Abu Musa Radhiyallahu’anhu, katanya: “Rasulullah ﷺ bersabda: “Setengah daripada cara mengagungkan Allah Ta’ala ialah dengan jalan memuliakan orang Islam yang sudah beruban serta orang yang hafal al-Quran yang tidak melampaui batas ketentuan -dalam membacanya- dan tidak pula meninggalkan membacanya. Demikian pula memuliakan seorang sultan -penguasa pemerintahan yang adil-.”
Hadis hasan yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud.

Setengah dari cara mengagungkan Allâh ﷻ dalam hadits ini ada tiga:
1. Memuliakan orang tua yang masa mudanya dalam keimanan
2. Memuliakan Orang yang membaca Al-Qur’an (membawa Al-Qur’an) karena berusaha untuk menghafal, mentadaburinya, memahaminya dan mengamalkannya. Yaitu, ada sesuatu yang berat yang dia pikul.
3. Memuliakan Penguasa yang adil.

Hadits ini menunjukan keagungan Islam dalam memuliakan orang-orang yang lebih tua, dengan menghormati dan mendahulukan mereka

Makna الغَالِي antara lain:

1. Berlebih-lebihan dalam memahami Al-Qur’an tanpa panduan tafsir dari para ahli tafsir. Maka, dilarang memahami Al-Qur’an berdasarkan arti harfiah (per kata).
2. Memahami tajwid secara berlebih-lebihan.
3. Membacanya dengan cepat sehingga dapat menghalangi dia dari memahami maknanya.

Ada yang menafsirkan, dia meninggalkan Al-Qur’an setelah memahaminya.

Hari Arafah yang jatuh pada tanggal 9 Dzulhijjah setiap tahun merupakan salah satu hari yang paling utama sepanjang tahun. Keistimewaan hari ini berdasarkan pada dalil umum dan khusus.

Dalil umum yaitu hadits Ibnu Abbâs Radhiyallahu anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Tidak ada hari-hari di mana amal saleh di dalamnya  lebih dicintai Allâh Azza wa Jalla daripada hari–hari yang sepuluh ini”. Para sahabat bertanya, “Tidak juga jihad di jalan Allâh ? Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Tidak juga jihad di jalan Allâh, kecuali orang yang keluar mempertaruhkan jiwa dan hartanya, lalu tidak kembali dengan sesuatupun.” [HR al-Bukhâri no. 969 dan at-Tirmidzi no. 757, dan lafazh ini adalah lafazh riwayat at-Tirmidzi]

Dalil Khususnya masing-masing dijelaskan dalam kajian online kali ini bersama Ustadz Syukron Khabiby, Lc M.Pd Hafidzahullah.

Hari Arafah adalah hari ‘ied (perayaan) kaum muslimin. Sebagaimana kata ‘Umar bin Al Khottob dan Ibnu ‘Abbas. Karena Ibnu ‘Abbas berkata, “Surat Al Maidah ayat 3 tadi turun pada dua hari ‘ied: hari Jum’at dan hari Arafah.” ‘Umar juga berkata, “Keduanya (hari Jum’at dan hari Arafah) -alhamdulillah- hari raya bagi kami.” Akan tetapi hari Arafah adalah hari ‘ied bagi orang yang sedang wukuf di Arafah saja. Sedangkan bagi yang tidak wukuf dianjurkan untuk berpuasa menurut jumhur (mayoritas) ulama.

Al-Imam As-Syatibi Rahimahullah mengatakan: semua umat (bahkan semua agama) sepakat bahwa syariat diletakkan untuk menjaga lima hal : agama, jiwa, keturunan, harta dan akal.

Jika tidak dijaga kelima hal di atas, maka akan rusak tatanan kehidupan. Bahkan lebih buruk daripada dunia binatang.

Menjaga Agama

Inilah hal terpenting dari lima hal di atas. Karena inilah tujuan Allah ﷻ menciptakan manusia dan jin, yaitu untuk beribadah kepada Allah ﷻ. Jika tidak, maka akan terjadi kerusakan di bumi. Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Adz-Dzariyat ayat 56 :

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ

Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.

Allah ﷻ berfirman:

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ

Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (QS Ar-Rum ayat 41).

Kebiasaan orang-orang musyrik menginginkan utusan Allâh ﷻ seperti sifat-sifat Tuhan. Dan ini sudah pernah terjadi pada umat-umat terdahulu.

Allâh ﷻ mengutus dari kalangan manusia, seperti umat yang akan di dakwahi.Allâh ﷻ berfirman dalam surat Al-Kahfi ayat 110:

قُلْ اِنَّمَآ اَنَا۠ بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوْحٰٓى اِلَيَّ اَنَّمَآ اِلٰهُكُمْ اِلٰهٌ وَّاحِدٌۚ فَمَنْ كَانَ يَرْجُوْا لِقَاۤءَ رَبِّهٖ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَّلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهٖٓ اَحَدًا

Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang telah menerima wahyu, bahwa sesungguhnya Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa.” Maka barangsiapa mengharap pertemuan dengan Tuhannya maka hendaklah dia mengerjakan kebajikan dan janganlah dia mempersekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada Tuhannya.”

Allah Ta’ala berfirman dalam Al-Isra ayat 95: Katakanlah (Muhammad), “Sekiranya di bumi ada para malaikat, yang berjalan-jalan dengan tenang, niscaya Kami turunkan kepada mereka malaikat dari langit untuk menjadi rasul.”

Kajian kali ini mengambil tema Keutamaan Awal Dzulhijjah dan ini selalu diulang agar umat tetap semangat dalam menjemput kebaikan.

Kemuliaan bulan Dzulhijjah adalah takdir Allâh ﷻ, termasuk empat bulan haram. Bulan Dzulhijjah merupakan salah satu bulan yang dimuliakan di dalam Islam.

“Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi. Di antaranya empat bulan haram. Itulah agama yang lurus, maka janganlah kamu menzhalimi dirimu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka memerangi kalian semuanya. Dan ketahuilah bahwasanya Allah bersama orang-orang yang bertaqwa.” (Qs. At Taubah: 36). Keempat bulan yang dimaksud adalah Dzulqa’idah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab.

Semuanya untuk kemaslahatan manusia. Jika Allah bersumpah dengan nama makhluk ciptaannya, ini menunjukkan bahwa makhluk tersebut memiliki keutamaan. 10 hari yang Allah gunakan untuk bersumpah dalam surat Al-Fajr, yang dimaksud dalam ayat ini adalah 10 awal Dzulhijjah.

Birrul walidain adalah jihad yang paling tinggi. Padahal jihad adalah puncak amalan…

DAURAH QATAR KE-23
Bersama: Ustadz Ahmad Zainudin, Lc Hafidzahullah
Doha, 20 Mei 2023 / 30 Syawal 1444

Tidak ada manusia yang lebih wajib untuk berbakti kepadanya setelah berbakti kepada orang tua, tidak ada amalan yang pahalanya disegerakan di dunia selain berbakti kepada orang tua dan tidak ada dosa yang disegerakan di dunia selain durhaka kepada orang tua.

Perkara muamalah terkadang lebih berat pertanggungjawabannya di sisi Allâh ﷻ. Karena terdapat unsur perhitungan antara satu sama lain. Dibangun di antara unsur tuntut menuntut di hari kiamat. Bahkan di antara binatang pun akan diadili hingga diambil qishas. Karena di hari kiamat tidak ada kedzaliman sedikitpun.

Demikian juga dalam hal adab dan akhlak terkandung dalam unsur berbakti kepada orang tua. Maka, dalam birrul walidain terdapat unsur ibadah, akhlak dan muamalah.

Bab 44. Memuliakan Alim Ulama, Orang-orang Tua, Ahli Keutamaan Dan Mendahulukan Mereka Atas Lain-lainnya, Meninggikan Kedudukan Mereka Serta Menampakkan Martabat Mereka.

Hadits ke-3: Dari Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu’anhu , katanya: “Rasulullah ﷺ bersabda: “Hendaklah menyampingi saya -dalam shalat- itu orang-orang yang sudah baligh dan berakal, kemudian orang-orang yang bertaraf di bawah itu.” Ini disabdakannya sampai tiga kali. Beliau ﷺ lalu melanjutkan: “Jauhilah olehmu semua akan berkeras-keras suara seperti -didalam- pasar. (Riwayat Muslim)

Hadits ini juga menjadi landasan dianjurkannya yang dibelakang imam sesuai dengan tingkatan ilmu dan pengetahuan agamanya, sesuai hadits sebelumnya.

Makna وَهَيْشَاتِ الأسْوَاق antara lain bercampur baur laki-laki dan perempuan, berselisih, bertengkar, mengangkat suara padanya. Inilah yang dilarang di dalam masjid. Inilah yang menjadi dalil bercampurnya Jama’ah sholat dengan wanita.

Alhamdulillah Ustadz Abu Abdillah Nefri Hafidzahullah [Seorang Ustadz berdarah Minang yang saat tulisan ini dibuat bekerja di Wizaaratul Awqaf Qatar] – telah menyusun serta merevisi buku Islam yg berjudul “Mata Air Yang Jernih.” Sebuah karya tulis berisi dasar-dasar ilmu Islam, ushul ‘aqidah, Ibadah, Adab, Sejarah dan Manhaj beragama yang benar dan hendaknya diketahui oleh setiap Muslim. Disertai contoh-contoh praktek penyimpangan yang harus dikenali di setiap Bab Bahasan.

Judul buku ini diambil dari perkataan Ibnul Qayyim al-Jauziyah Rahimahullah dalam kitab beliau Madarijus Salikin.

Dikala kita menemukan air yang keruh, maka tidak ada jalan lain kecuali kita kembali ke sumber mata air itu. Demikian juga ketika kita menemukan banyak ragam dan simpang siur dalam pemahaman agama, maka kembalilah kepada sumber yang murni dengan pemahaman generasi terpuji.

Ikhlas merupakan amalan hati yang perlu mendapatkan perhatian khusus secara mendalam dan dilakukan secara terus-menerus. Baik ketika hendak beramal, sedang beramal, maupun ketika sudah beramal. Hal ini dilakukan agar amalan yang dilakukan bernilai di hadapan Allah. 

Ibnul Qayim Rahimahullah menjelaskan keagungan amalan-amalan hati : Amalan–amalan hati ialah pokok adapun amalan–amalan anggota badan adalah pengikut dan penyempurna. Sesungguhnya niat sekedudukan dengan ruh, adapun amalan sekedudukan dengan jasad, sehingga apabila ruh telah terpisah dengan jasad maka binasalah. Oleh sebab itu mengetahui hukum – hukum hati lebih penting dari pada mengetahui hukum-hukum jasad.

Hal terpenting dari beriman kepada takdir adalah terbebas dari kesyirikan, karena Allâh ﷻ lah yang berkuasa atas segala sesuatu, meyakini bahwasannya Allah Maha Mengetahui, berkehendak dan menciptakan segala sesuatu yang sudah terjadi, yang sedang terjadi, yang akan terjadi, bagaimana terjadinya, Allah subhanahu wa ta’ala mengetahuinya jikalau terjadi.

Orang yang beriman terhadap takdir Allah mengetahui bahwa seluruh yang ada terjadi di bawah kehendak Allah, mengikuti ketentuan Allah. Allah adalah Dzat Yang Maha Memberi kepada siapa saja yang Dia kehedaki dan Dia adalah Dzat Yang Maha Menahan kepada siapa saja yang Dia kehendaki, tidak ada yang dapat menolak takdir dan hukum Allah. Hal ini merupakan bentuk pentauhidan kepada Allah, sehingga orang yang memiliki keyakinan semisal ini tidak akan mendekatkan dirinya dalam masalah ibadah melainkan hanya kepada Allah dan terhindar dari perbuatan kesyirikan.