بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Kajian Senin Malam Al-Khor
Penceramah: Ustadz Abu Abdillah Nefri, Lc 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Edisi: Senin, 25 Rajab 1445 / 5 Februari 2024
Tafsir Surat Fusilat ayat 34-38
وَلَا تَسْتَوِى ٱلْحَسَنَةُ وَلَا ٱلسَّيِّئَةُ ۚ ٱدْفَعْ بِٱلَّتِى هِىَ أَحْسَنُ فَإِذَا ٱلَّذِى بَيْنَكَ وَبَيْنَهُۥ عَدَٰوَةٌ كَأَنَّهُۥ وَلِىٌّ حَمِيمٌ
34. Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.
Ayat ini merupakan kelanjutan dari ayat sebelumnya yang berisi keutamaan orang yang mengajak ke jalan Allâh ﷻ: Nabi Muhammad ﷺ, para ulama dan muadzin yang menyeru sholat.
Ayat ini memberikan kaidah: tidak sama kebaikan dengan keburukan, walaupun keburukan itu diminati banyak manusia. Yaitu tidak sama antara keimanan dengan kekufuran, tauhid dengan syirik, sunnah dengan bid’ah, lamaran dengan pacaran dan seterusnya.
Tidak sama antara sifat baik orang-orang beriman dengan sifat buruk orang-orang kafir dan fasik.
Balaslah perilaku buruk dengan sikap baik, dengan begitu orang yang berbuat buruk kepadamu itu akan menjadi seperti orang yang dekat kepadamu.
Tidaklah orang yang mendapat rezeki berupa sifat yang baik, dengan membalas keburukan dengan kebaikan; melainkan orang-orang yang sabar dalam mentaati Allah, dan tidak ada orang yang mendapat taufik untuk melakukannya melainkan orang yang mendapat taufik berupa kebaikan dan pahala.
Ayat ini ada di fase Mekah (Makiyyah). Sehingga karena mereka bodoh dan suka mencela, maka Nabi ﷺ disuruh untuk berlemah lembut. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas tentang tafsir ayat ini, bahwa Allâh ﷻ memerintahkan kepada orang-orang mukmin untuk bersabar saat sedang marah, penyantun dalam menghadapi orang yang tidak mengerti, dan memaafkan jika disakiti. Apabila mereka melakukan hal ini, maka Allah akan memelihara mereka dari godaan setan, dan menundukkan bagi mereka musuh-musuh mereka sehingga seakan-akan menjadi teman dekat.
“Orang bijak berkata, ada enam ciri-ciri orang bodoh. Pertama marah tanpa sebab, kedua berbicara tanpa ada manfaatnya, ketiga memberikan sesuatu tidak pada tempatnya, keempat mengumbar rahasia kepada siapapun, kelima mudah percaya kepada siapapun, dan keenam tidak mampu membedakan mana teman dan mana musuh” (Syekh Nasr bin Muhammad bin Ibrahim as-Samarkandy, Tanbihul Ghafilin, [Dar al-Ilm] Hlm. 77)
Dari ayat ini diambil faedah dalam berdakwah: lemah lembut (saat fase Mekah) dan tegas (Saat Fase Madinah).
Allâh ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-A’raf ayat 199:
خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَاَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِيْنَ
Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh.
وَمَا يُلَقَّىٰهَآ إِلَّا ٱلَّذِينَ صَبَرُوا۟ وَمَا يُلَقَّىٰهَآ إِلَّا ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ
35. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar.
Sikapilah (wahai Rasul) dengan maafmu, kesantunanmu dan kebaikanmu orang yang berbuat buruk kepadamu, balaslah keburukannya terhadapmu dengan kebaikanmu kepadanya, dengan itu orang yang berbuat buruk kepadamu, di mana antara dirimu dengan dirinya terdapat permusuhan, akan menjadi kawan akrab bagimu. Dan tidak dibimbing kepada sifat yang terpuji ini kecuali orang-orang yang sabar menghadapi gangguan dan hal-hal yang tidak diinginkan, membawa jiwa mereka kepada apa yang dicintai oleh Allah, dan tidak dibimbing kepadanya kecuali orang yang memiliki bagian besar dari kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Barang siapa yang bertawadhu’ karena Allah, maka Allah akan meninggikannya, maka semua urusannya akan mudah dan ia dapat melakukannya dengan senang hati dan merasakan manisnya.
Hal itu, karena sifat-sifat itu hanyalah diberikan kepada makhluk-makhluk pilihan-Nya, dimana dengannya seorang hamba memperoleh ketinggian di dunia dan akhirat, dan yang demikian merupakan akhlak mulia yang paling besar.
وَإِمَّا يَنزَغَنَّكَ مِنَ ٱلشَّيْطَٰنِ نَزْغٌ فَٱسْتَعِذْ بِٱللَّهِ ۖ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْعَلِيمُ
36. Dan jika syetan mengganggumu dengan suatu gangguan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Jika setan membisikkan godaannya ke dalam hatimu untuk membalas orang yang berbuat buruk kepadamu dengan keburukan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah dan bernaunglah kepadaNya.
Was was adalah produk setan. Inilah godaan yang besar, dia datang dengan bisikan ke dalam dada manusia. Waswas setan merupakan bentuk tipu daya yang dilakukan setan terhadap manusia. Sejak lama setan dan manusia telah bermusuhan yang diawali dari terusirnya setan dari surga karena tidak patuh terhadap perintah Allâh ﷻ.
Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari setan, mereka ingat kepada Allâh ﷻ.
Pintu lain bagi setan adalah sifat marah, dengannya manusia menjadi hilang kesadaran dan pikiran positif.
Al-Qur’an mendorong umat Islam untuk selalu berdoa dan berserah diri kepada Allâh ﷻ. dalam setiap situasi, termasuk saat marah. Jika sedang dikuasai marah, maka cepatlah mengucap ta’awudz dan berdoa kepadanya agar dihilangkan rasa amarah itu.
Ta’awudz dan doa bisa memberikan ketenangan batin dan melepaskan beban emosional. Selain itu, dengan ta’awudz dan doa juga bisa menghilangkan godaan setan yang membuat kita ingin marah.
وَمِنْ ءَايَٰتِهِ ٱلَّيْلُ وَٱلنَّهَارُ وَٱلشَّمْسُ وَٱلْقَمَرُ ۚ لَا تَسْجُدُوا۟ لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَٱسْجُدُوا۟ لِلَّهِ ٱلَّذِى خَلَقَهُنَّ إِن كُنتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ
37. Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah sembah matahari maupun bulan, tapi sembahlah Allah Yang menciptakannya, Jika Ialah yang kamu hendak sembah.
Diantara hujjah-hujjah Allah atas makhlukNya dan bukti-bukti keesaanNya dan kesempurnaan KuasaNya adalah silih bergantinya malam dengan siang dan saling mengejar di antara keduanya, silih bergantinya matahari dengan rembulan dan pergantian di antara keduanya. Semua ini dibawah pengaturan dan keperkasaan Allah.
Ayat ini adalah bukti tauhid rububiyah Allâh ﷻ. Dialah yang menciptakan siang dan malam, matahari dan bulan.
Jika kita merenungi Tauhid Rububiyah ini, akan melahirkan Tauhid Uluhiyah, beribadah kepada-Nya Dzat yang menciptakan matahari dan bulan.
Inilah yang dilakukan Nabi Ibrahim alaihissalam, dengan membuktikan peredaran matahari yang timbul dan tenggelam hingga men-tauhid-kan Allâh ﷻ sebagai pencipta makhluk-Nya.
Demikian juga dengan Nabi Sulaiman alaihissalam. Suatu hari, ada burung hud-hud yang membawa kabar bahwa ada kerajaan di negri Saba, dimana Ratu dan rakyatnya menyembah matahari kepada nabi Sulaiman. Mendengar hal tersebut nabi Sulaiman langsung mengirimkan surat kepada Ratu Balqis yang bertujuan mengajak Ratu Balqis menyembah Allâh ﷻ.
Kaum Quraisy juga ada yang menyembah matahari dengan membuat patung syams. Hingga Abu lahab di juluki Abdus Syams.
فَإِنِ ٱسْتَكْبَرُوا۟ فَٱلَّذِينَ عِندَ رَبِّكَ يُسَبِّحُونَ لَهُۥ بِٱلَّيْلِ وَٱلنَّهَارِ وَهُمْ لَا يَسْـَٔمُونَ ۩
38. Jika mereka menyombongkan diri, maka mereka (malaikat) yang di sisi Tuhanmu bertasbih kepada-Nya di malam dan siang hari, sedang mereka tidak jemu-jemu.
Bila orang-orang musyrik itu menyombongkan diri dengan menolak untuk sujud kepada Allah, maka sesungguhnya para malaikat yang ada di sisi Tuhanmu tidak menyombongkan diri untuk itu, sebaliknya mereka bertasbih dan menyucikan Allah dari segala kekurangan di waktu siang dan malam, mereka tak henti-hentinya melakukan itu dan tidak pernah bosan.
1. Sifat Uluhiyah Allâh ﷻ yang berhak kita sembah
2. Kebatilan orang-orang yang menyekutukan Allâh ﷻ.
3. Berupaya bersikap sabar terhadap orang-orang yang bodoh. Cara terbaik adalah dengan diam. Benarlah apa yang dikatakan Imam Asy-Syafi’i Rahimahullah : “Aku tidak pernah berdebat untuk mencari kemenangan. Aku mampu berhujah dengan 10 orang yang berilmu, tetapi aku pasti kalah dengan seorang yang jahil, karena orang yang jahil itu tidak pernah faham landasan ilmu.” (Tawali Ta’sis Hal 113 oleh Ibnu Hajar)
•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ
“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم