بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Kajian Senin Malam Al-Khor
Penceramah: Ustadz Abu Abdillah Nefri, Lc 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Edisi: Senin, 22 Rabi’ul Akhir 1445 / 6 November 2023



Tafsir Surat As-Syura ayat 30-37

Allâh ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat As-Syura ayat 30::

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ

Dan apa saja musibah yang menimpa kamu, maka disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).

Ayat ini memberikan penjelasan bahwa setiap orang akan ditimpa musibah yang tidak disukai orang, namun memiliki hikmah yang besar.

Ayat ini di awali dengan sighat nakirah yang bermakna umum, apapun musibah yang menimpa kita adalah karena kesalahan kita sendiri. Setiap perbuatan yang dilakukan akan ada konsekuensinya.

فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ (7) وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ (8)

Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan sekecil apa pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sekecil apa pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.” (QS. Al Zalzalah: 7-8)

Dan orang yang paling berat ujiannya adalah para nabi. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

الأنبياء ثم الأمثل فالأمثل فيبتلى الرجل على حسب دينه فإن كان دينه صلبا اشتد بلاؤه وإن كان في دينه رقة ابتلى على حسب دينه فما يبرح البلاء بالعبد حتى يتركه يمشى على الأرض ما عليه خطيئة

“(Orang yang paling keras ujiannya adalah) para nabi, kemudian yang semisalnya dan yang semisalnya, diuji seseorang sesuai dengan kadar agamanya, kalau kuat agamanya maka semakin keras ujiannya, kalau lemah agamanya maka diuji sesuai dengan kadar agamanya. Maka senantiasa seorang hamba diuji oleh Allah sehingga dia dibiarkan berjalan di atas permukaan bumi tanpa memiliki dosa.” (HR. At-Tirmidzy, Ibnu Majah, berkata Syeikh Al-Albany: Hasan Shahih).

Maka dunia adalah tempatnya ujian. Hasan Al-Bashri Rahimahullah berkata “Dunia adalah tempat kerja bagi orang yang disertai perasaan tidak senang dan tidak butuh kepadanya; dan dunia merasa bahagia bersamanya atau dalam menyertainya. Barangsiapa menyertainya dengan perasaan ingin memilikinya dan mencintainya, dia akan dibuat menderita oleh dunia serta diantarkan pada hal-hal yang tidak tertanggungkan oleh kesabarannya.”

Musibah ada dua macam: musibah dunia dan musibah agama. Inilah musibah yang besar karena pertanggungjawabannya menunggu hingga akhirat. Sedangkan musibah dunia akan berhenti disaat kematian. Maka Rasulullah ﷺ berdo’a :

وَلَا تَجْعَلْ مُصِيبَتَنَا فِي دِينِنَا وَلَا تَجْعَلْ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلَا مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلَا تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لَا يَرْحَمُنَا

Dan janganlah Engkau jadikan musibah menimpa agama kami, dan jangan Engkau jadikan dunia sebagai impian terbesar kami, serta pengetahuan kami yang tertinggi, serta jangan engkau kuasakan atas kami orang-orang yang tidak menyayangi kami” (HR. Tirmidzi)

Musibah mengangkat derajat atau menggugurkan dosa

Hikmah dari musibah yang menimpa orang yang beriman selain menggugurkan dosa adalah mengangkat derajatnya, sebagaimana disebutkan oleh An-Nawawy. (Lihat Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim 16/128)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ما يصيب المؤمن من شوكة فما فوقها إلا رفعه الله بها درجة أو حط عنه خطيئة

Tidaklah menimpa seorang mukmin sebuah musibah, duri atau musibah yang lebih besar dari itu kecuali Allah akan mengangkat derajatnya atau menggugurkan dosanya”. (HR. Al-Bukhary dan Muslim, dan lafadznya milik Imam Muslim)

Duri pun Jadi Penggugur Dosamu

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلَا وَصَبٍ وَلَا هَمٍّ وَلَا حُزْنٍ وَلَا أَذًى وَلَا غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاه

Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidaklah seorang muslim itu ditimpa musibah baik berupa rasa lelah, rasa sakit, rasa khawatir, rasa sedih, gangguan atau rasa gelisah sampaipun duri yang melukainya melainkan dengannya Allah akan mengampuni dosa-dosanya” (HR. Al-Bukhari, no. 5641 dan Muslim, no. 2573)

Orang lain Iri karena Ditimpa Musibah

عَنْ جَابِرٍ بنِ عَبدِ الله رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: يَوَدُّ أَهْلُ الْعَافِيَةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حِينَ يُعْطَى أَهْلُ الْبَلَاءِ الثَّوَابَ لَوْ أَنَّ جُلُودَهُمْ كَانَتْ قُرِضَتْ فِي الدُّنْيَا بِالْمَقَارِيض

Diriwayatkan dari Jabir ibn Abdillah radhiyallahu ’anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Kelak pada hari Kiamat orang-orang yang tidak ditimpa musibah (saat di dunia –pent) ketika orang-orang yang (sewaktu di dunia) ditimpa musibah diberi pahala, akan menginginkan kalaulah dulu kulit mereka dipotong dengan gunting di dunia.” (HR. at-Tirmidzi, no. 2326 dengan sanad yang hasan)

Pelajaran di Palestina

Ternyata ujian yang ditimpakan kepada mereka, bisa jadi mengangkat derajat mereka, dosa dihapus dan meraih keutamaan di akhirat karena kesabaran mereka.

Sisi inilah yang seharusnya kita cemburu, akan kebaikan yang mereka dapatkan.

Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).

Allâh ﷻ bisa jadi memaaafkan kita dengan menimpakan musibah di dunia hingga menghadapNya dalam keadaan bersih. Dan ada dosa yang dimaafkan tanpa ada ujian sebagai bentuk Ihsan dan cara Allâh ﷻ memuliakan kaum muslimin, seperti dosa-dosa kecil.

Kelak ada hisab yang mudah dan sulit. Sebuah hadis diterima dari sahabat Adiy bin Hatim radhiyallahu ‘anhu berkata, baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ إلاَّ سَيُكَلِّمُهُ رَبُّهُ لَيْسَ بَينَهُ وَبَيْنَهُ تَرْجُمَانٌ ، فَيَنْظُرُ أَيْمَنَ مِنْهُ فَلاَ يَرَى إلاَّ مَا قَدَّمَ ، وَيَنْظُرُ أَشْأَمَ مِنْهُ فَلاَ يَرى إلاَّ مَا قَدَّمَ ، وَيَنظُرُ بَيْنَ يَدَيهِ فَلاَ يَرَى إلاَّ النَّار تِلقَاءَ وَجْهِهِ ، فَاتَّقُوا النَّارَ وَلَو بِشِقِّ تَمْرَةٍ ، فَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَبِكَلِمَةٍ طَيِّبَةٍ

Tidak seorang pun diantara kalian melainkan akan diajak bicara oleh Rabbnya, tanpa penerjemah antara dia dengan-Nya. Ia menoleh ke samping kanannya, ia hanya melihat apa yang telah diamalkannya. Kemudian ia menoleh ke samping kirinya, ia pu hanya melihat apa yang telah diamalkannya. Ia melihat ke arah depannya, ia melihat dihadapannya neraka. Maka bertakwalah kalian, walaupun hanya dengan sebutir kurma. Barangsiapa yang tidak memilikinya, maka dengan kata-kata yang baik.” (Muttafaq ‘alaih)

Sebuah doa yang patut kita hafal dan amalkan demi meraih hisab yang mudah di akhirat kelak.

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ سَمِعْتُ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ فِى بَعْضِ صَلاَتِهِ « اللَّهُمَّ حَاسِبْنِى حِسَاباً يَسِيرًا ». فَلَمَّا انْصَرَفَ قُلْتُ يَا نَبِىَّ اللَّهِ مَا الْحِسَابُ الْيَسِيرُ قَالَ « أَنْ يَنْظُرَ فِى كِتَابِهِ فَيَتَجَاوَزَ عَنْهُ إِنَّهُ مَنْ نُوقِشَ الْحِسَابَ يَوْمَئِذٍ يَا عَائِشَةُ هَلَكَ وَكُلُّ مَا يُصِيبُ الْمُؤْمِنَ يُكَفِّرُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ بِهِ عَنْهُ حَتَّى الشَّوْكَةُ تَشُوكُهُ »

Dari Aisyah, ia berkata, saya telah mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada sebagian shalatnya membaca, “Allahumma haasibnii hisaabay yasiiroo (Ya Allah hisablah aku dengan hisab yang mudah).” Ketika beliau berpaling saya bekata, “Wahai Nabi Allah, apa yang dimaksud dengan hisab yang mudah?” Beliau bersabda, “Seseorang yang Allah melihat kitabnya lalu memaafkannya. Karena orang yang diperdebatkan hisabnya pada hari itu, pasti celaka wahai Aisyah. Dan setiap musibah yang menimpa orang beriman Allah akan menghapus (dosanya) karenanya, bahkan sampai duri yang menusuknya.”

Dari Ali Radhiyallahu’anhu yang mengatakan, “Maukah aku ceritakan kepada kalian tentang suatu ayat dalam Kitabullah yang paling afdal yang telah diceritakan kepada kami oleh Rasulullah ﷺ , yaitu firman-Nya: ‘Dan apa saja musibah yang menimpa kamu, maka disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)’ (Asy-Syura: 30) Lalu Rasulullahu bersabda, ‘Hai Ali, aku akan menafsirkannya kepadamu: Apa saja yang menimpa kamu berupa sakit atau siksaan atau musibah di dunia, maka dikarenakan ulah tanganmu sendiri, dan Allah Swt. Maha Penyantun dari menduakalikan siksaan-Nya di akhirat nanti. Dan apa yang dimaafkan oleh Allah di dunia, maka Allâh ﷻ Mahamulia dari mengulanginya sesudah memaafkannya’.”

Fudhail bin Iyad berkata,

إن عصيت الله رأيت ذلك في خلق زوجتي و أهلي و دابتي

Sungguh, ketika bermaksiat kepada Allah, aku mengetahui dampak buruknya ada pada perilaku istriku, keluargaku dan hewan tungganganku.”

Allâh ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Asy-Syura Ayat 31:

وَمَآ أَنتُم بِمُعْجِزِينَ فِى ٱلْأَرْضِ ۖ وَمَا لَكُم مِّن دُونِ ٱللَّهِ مِن وَلِىٍّ وَلَا نَصِيرٍ

Dan kamu tidak dapat melepaskan diri (dari azab Allah) di muka bumi, dan kamu tidak memperoleh seorang pelindung dan tidak pula penolong selain Allah.

Dan tidaklah kalian mampu untuk menyelamatkan diri dari Rabb kalian jika Dia ingin menghukum kalian, dan tidaklah kalian mempunyai pelindung yang mampu melindungi urusan kalian selain Dia, tidak pula kalian mempunyai penolong yang mampu mengangkat siksa dari diri kalian jika Allah menghendaki untuk menyiksa kalian.

Allâh ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Asy-Syura Ayat 32:

وَمِنْ ءَايَٰتِهِ ٱلْجَوَارِ فِى ٱلْبَحْرِ كَٱلْأَعْلَٰمِ

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah kapal-kapal di tengah (yang berlayar) di laut seperti gunung-gunung.

Diantara ayat-ayatNya yang menunjukan kuasa Allah yang mengagumkan dan kekuasaan-NYa yang mengalahkan, adalah kapal-kapal yang besar seperti gunung yang berlayar di lautan.

Allâh ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Asy-Syura Ayat 33:

إِن يَشَأْ يُسْكِنِ ٱلرِّيحَ فَيَظْلَلْنَ رَوَاكِدَ عَلَىٰ ظَهْرِهِۦٓ ۚ إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَءَايَٰتٍ لِّكُلِّ صَبَّارٍ شَكُورٍ

Jika Dia menghendaki, Dia akan menenangkan angin, maka jadilah kapal-kapal itu terhenti di permukaan laut. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaannya) bagi setiap orang yang banyak bersabar dan banyak bersyukur,

Bila Allah yang membuat kapal-kapal itu berjalan di laut berkehendak, Dia akan menghentikan angin sehingga kapal-kapal itu hanya diam diatas air, tidak bergerak.

Sesungguhnya dalam berlayarnya kapal-kapal itu dan berhentinya ia di lautan dengan kuasa Allah mengandung nasihat-nasihat dan bukti-bukti yang nyata atas kuasa Allah bagi orang-orang yang sangat sabar dalam menerima takdir Allah yang menyakitkan, serta banyak bersyukur atas nikmat-nikmat dan karunia-karuniaNya.

Allâh ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Asy-Syura Ayat 34:

أَوْ يُوبِقْهُنَّ بِمَا كَسَبُوا۟ وَيَعْفُ عَن كَثِيرٍ

Atau kapal-kapal itu dibinasakan-Nya karena perbuatan mereka atau Dia memberi maaf sebagian besar (dari mereka).

Atau jikalau Allâh ﷻ berkehendak untuk menghancurkan kapal-kapal itu dengan mengirimkan angin topan kepadanya niscaya Allah menghancurkannya karena dosa-dosa yang dilakukan oleh manusia. Dan Allah memaafkan banyak dari dosa hamba-hamba-Nya sehingga Dia tidak menyiksa mereka walaupun banyak dosa mereka.

Allâh ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Asy-Syura Ayat 35:

وَيَعْلَمَ ٱلَّذِينَ يُجَٰدِلُونَ فِىٓ ءَايَٰتِنَا مَا لَهُم مِّن مَّحِيصٍ

Dan supaya orang-orang yang membantah ayat-ayat (kekuasaan) Kami mengetahui bahwa mereka sekali-kali tidak akan memperoleh jalan ke luar (dari siksaan).

Pada saat penghacuran kapal-kapal tersebut dengan angin badai, orang-orang yang membantah ayat-ayat Allah karena ingin membatalkannya mengetahui bahwa mereka tidak mempunyai tempat untuk lari dari kehancuran, sehingga mereka tidak menyeru kecuali kepada Allah dan meniggalkan lain-Nya.

Inilah bukti bahwa orang-orang kafir Quraisy percaya akan Tauhid Rububiyah, bahwasanya Allâh ﷻ yang menciptakan langit dan bumi, serta mengaturnya tetapi menduakan Allâh ﷻ dalam hal ubudiyah.

Allâh ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Asy-Syura Ayat 36:

فَمَآ أُوتِيتُم مِّن شَىْءٍ فَمَتَٰعُ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا ۖ وَمَا عِندَ ٱللَّهِ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰ لِلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

Maka sesuatu yang diberikan kepadamu, itu adalah kenikmatan hidup di dunia; dan yang ada pada sisi Allah lebih baik dan lebih kekal bagi orang-orang yang beriman, dan hanya kepada Tuhan mereka, mereka bertawakkal.

Maka apa yang diberikan kepada kalian -wahai manusia- mulai dari harta, kedudukan dan anak, maka itu adalah kenikmatan kehidupan dunia semata, dan itu akan hilang terputus. Sementara kenikmatan yang abadi adalah kenikmatan Surga yang disiapkan Allah untuk orang-orang yang beriman kepada Allah dan kepada rasul-rasul-Nya serta bersandar hanya kepada Rabb mereka dalam setiap urusan mereka.

Allâh ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Asy-Syura Ayat 37:

وَٱلَّذِينَ يَجْتَنِبُونَ كَبَٰٓئِرَ ٱلْإِثْمِ وَٱلْفَوَٰحِشَ وَإِذَا مَا غَضِبُوا۟ هُمْ يَغْفِرُونَ

Dan (bagi) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan-perbuatan keji, dan apabila mereka marah mereka memberi maaf.

Dan orang-orang yang menghindari dosa-dosa besar dan dosa-dosa yang buruk, apabila mereka marah terhadap orang yang berbuat jahat kepada mereka baik dengan ucapan atau dengan perbuatan, mereka akan memaafkan kesalahannya dan tidak membalasnya. Dan sifat pemaaf ini merupakan kelebihan mereka jika di dalamnya terdapat kebaikan dan maslahat.

Dosa besar (Kabair) adalah dosa yang dalam dalil disebut dengan hukuman (ancaman) khusus di dunia atau di akhirat, atau disebut sebagai dosa yang besar.

Sebagai contoh dijelaskan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

اجْتَنِبُوا السَّبْعَ الْمُوبِقَاتِ

Jauhilah tujuh perkara yang membinasakan!”

Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah itu?”

Beliau pun menjawab,

الشِّرْكُ بِاللَّهِ وَالسِّحْرُ وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَأَكْلُ الرِّبَا وَأَكْلُ مَالِ الْيَتِيمِ وَالتَّوَلِّي يَوْمَ الزَّحْفِ وَقَذْفُ الْمُحْصَنَاتِ الْمُؤْمِنَاتِ الْغَافِلَاتِ

Menyekutukan Allah (syirik), sihir, membunuh manusia yang Allah haramkan kecuali dengan alasan yang hak, makan harta riba, makan harta anak yatim, lari dari medan perang, dan menuduh berzina kepada wanita yang beriman, menjaga kehormatannya, lagi bersih dari perbuatan zina.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dosa kecil adalah dosa yang dalam dalil TIDAK ADA hukuman/ ancaman khusus di dunia atau di akhirat, atau tidak disebut sebagai dosa yang besar. Dan setiap orang pasti memiliki dosa-dosa ini. Dosa kecil dapat dihapus dengan ketaatan.

Perbedaan antara dosa-dosa besar dengan perbuatan-perbuatan keji, sekalipun semuanya merupakan dosa besar, adalah bahwa perbuatan-perbuatan keji adalah dosa yang sangat besar yang di dalam jiwa tedapat nafsu dorongan untuk melakukannya, seperti zina dan yang serupa dengannya.

”dan (juga bagi orang-orang yang) apabila mereka marah, mereka memberi maaf, ” maksudnya, mereka telah berakhlak mulia dan berbudi luhur, sehingga sifat lembut telah menjadi karakter mereka, akhlak mulia telah menjadi tabiat mereka hingga apabila ada seseorang yang membuatnya marah dengan ucapan ataupun perbuatannya, mereka menahan kemarahannya itu, mereka tidak melepaskannya, bahkan mereka memafkannya.

Mereka tidak membalas orang yang berbuat buruk kecuali dengan ihsan (sikap baik), memaafkan, dan berlapang dada. maka sikap memaafkan dan berlapang dada ini melahirkan banyak maslahat dan banyak mencegah timbulnya kerusakan pada diri mereka sendiri dan pada orang lain.

Bahkan Rasulullah ﷺ mencontohkan bahwa beliau tidak marah, jika dalam urusan pribadi, akan tetapi marah jika dalam urusan agama.

Semoga Allah Ta’ala menjadikan kita memiliki karakter ini, mengampuni dosa-dosa kita dan memasukkan ke dalam surga. Aamiin

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم