بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Kajian Ummahat Doha – Senin Pagi
Tanggal: 20 Rabi’ul Awal 1446 / 23 September 2024
Tempat: Aind Khalid
Bersama: Ustadz Abu Abdus Syahid Isnan Efendi, Lc, M.A Hafidzahullah
🎞️ Video Di Facebook Assunnah Qatar
Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 177
📖 Allâh ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah Ayat 177:
لَّيْسَ ٱلْبِرَّ أَن تُوَلُّوا۟ وُجُوهَكُمْ قِبَلَ ٱلْمَشْرِقِ وَٱلْمَغْرِبِ وَلَٰكِنَّ ٱلْبِرَّ مَنْ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ وَٱلْمَلَٰٓئِكَةِ وَٱلْكِتَٰبِ وَٱلنَّبِيِّۦنَ وَءَاتَى ٱلْمَالَ عَلَىٰ حُبِّهِۦ ذَوِى ٱلْقُرْبَىٰ وَٱلْيَتَٰمَىٰ وَٱلْمَسَٰكِينَ وَٱبْنَ ٱلسَّبِيلِ وَٱلسَّآئِلِينَ وَفِى ٱلرِّقَابِ وَأَقَامَ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتَى ٱلزَّكَوٰةَ وَٱلْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذَا عَٰهَدُوا۟ ۖ وَٱلصَّٰبِرِينَ فِى ٱلْبَأْسَآءِ وَٱلضَّرَّآءِ وَحِينَ ٱلْبَأْسِ ۗ أُو۟لَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ صَدَقُوا۟ ۖ وَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُتَّقُونَ
Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.
📖 Tafsir ayat:
Ayat ini turun sebagai penegasan setelah Allah ﷻ mengabulkan do’a Nabi ﷺ untuk memalingkan kiblat dari arah Baitul Maqdis ke Masjidil Haram. Karena banyak Yahudi dan Nasrani yang mencibir kejadian tersebut.
Sehingga poin pentingnya adalah taat kepada Allah ﷻ. Bukan dari sisi amalan baik ke timur atau ke barat, tapi kualitas amalan-amalannya. Sesuai syari’at dan tingkat keikhlasannya.
Sebagai contoh perintah Allah ﷻ kepada Ibrahim untuk membunuh Isma’il, tentu tidak melihat pembunuhannya, tetapi taat kepada perintah Allah ﷻ. Itulah Al-Birr, kebaikan.
Maka, tatkala ada perintah menghadap kiblat ke Masjidil Haram, itulah kebaikan karena ketaatan kepada perintah-Nya. Makna Al-Birr adalah lafdhul Jaami’un, yaitu ucapan atau lafadz yang mencakup semua bentuk kebaikan.
Amalan baik tidaklah terbatas pada shalat menghadap ke timur atau barat saja, namun amalan kebaikan adalah segala bentuk rukun iman yang disebut di ayat.
Al-Qurthubi mengatakan : “Ulama-ulama kita berkata : inilah ayat yang agung yang mencakup banyak hukum-hukum syari’at; didalamnya terkandung enam belas qo’idah : Iman kepada Allah dan nama-nama dan sifat-Nya, hari kebangkitan, hari berkumpul, hari perhitungan, shirot, haudh, syafa’ah, surga, neraka, dan juga mengandung tentang Malaikat, kitab-kitab yang diturunkan, infaq, menyambung kekerabatan, berbuat baik kepada anak yatim dan orang miskin, dan berbuat baik kepada orang yang sedang dalam perjalanan, kewajiban mendirikan shalat dan membayar zakat, kewajiban menepati janji, dan sabar atas segala cobaan. Dan setiap qo’odah-qo’idah ini membutuhkan penjelasan yang lebih rinci dalam buku khusus.
Dalam ayat ini disebut kebaikan berupa rukun iman yang enam:
1. Iman kepada Allah ﷻ, berarti beriman kepada:
– Wujud Allah ﷻ.
– Rububiyah Allah, yaitu mengimani Allah sebagai Rabb (mencipta, merajai, memerintah).
– Uluhiyah Allah, yaitu beriman bahwa Allah itu satu-satu-Nya ilah (sesembahan) yang berhak diibadahi.
– Asma’ wa Shifat (nama dan sifat Allah), yaitu menetapkan bahwa Allah menetapkan nama dan sifat dalam kitab-Nya dan sunnah Rasul-Nya tanpa ada tahrif (menyelewengkan makna, mengubah makna tanpa dalil), ta’thil (menolaknya), takyif (menanyakan kaifiyat, hakikatnya), tamtsil (menyamakan dengan makhluk).
2. Iman kepada malaikat.
Malaikat adalah makhluk ciptaan yang hidup di alam ghaib dan senantiasa beribadah kepada Allah. Mereka diciptakan dari cahaya dan menaati perintah dengan sempurna. Iman kepada malaikat berarti beriman kepada: Wujud, berarti malaikat itu ada. Nama-nama dan sifat, amalan dan tugas mereka yang disebutkan dalam dalil.
3. Iman kepada kitab
Yang dimaksud beriman kepada kitab adalah kitab-kitab yang diturunkan oleh Allah kepada rasul-Nya sebagai rahmat dan hidayah agar manusia hidup bahagia di dunia dan akhirat. Iman kepada kitab berarti mencakup: Meyakini kitab itu diturunkan dari sisi Allah ﷻ, mengimani namanya, isinya (beritanya) dan mengamalkan hukumnya. Semua kitab terdahulu itu mansukhah (telah dihapus) dengan Al-Qur’an yang mulia.
4. Iman kepada rasul
Rasul adalah orang yang diberi wahyu berupa syariat dan diperintahkan menyampaikan kepada kaumnya. Iman kepada rasul berarti mencakup: Meyakini kerasulan atau wahyu itu benar adanya dari Allah ﷻ, Mengimani nama-namanya, membenarkan berita yang dibawa dan mengamalkan syari’atnya.
5. Iman kepada hari akhir
Hari akhir adalah hari kiamat yang di hari itu seluruh manusia dibangkitkan untuk dihisab dan diberi balasan. Dikatakan hari akhir karena tidak ada hari setelahnya, di mana setiap penghuni surga akan menetap di surga dan ahli neraka menetap di neraka.
6. Iman kepada takdir
Takdir (qadar) adalah ketentuan Allah yang berlaku bagi setiap makhluk-Nya, sesuai dengan ilmu dan hikmah yang dikehendaki oleh Allah.
Bersedekah
Memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya.
“Sedekah paling utama adalah yang dilakukan susah payah oleh orang yang berkekurangan. Mulailah dari orang yang engkau nafkahi.” (HR Muttafaq ‘Alaih)
Sedekah kepada keluarga dan kerabat lebih utama dibandingkan sedekah yang dilakukan untuk orang miskin.
Hal ini sebagaimana dijelaskan Rasulullah ﷺ dalam sebuah hadits,
“Sedekah untuk orang miskin, nilainya hanya sedekah. Sementara sedekah untuk kerabat, nilainya dua; sedekah dan silaturahmi.” (HR Nasa’i).
📚 Tafsir as-Sa’di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱 :
Allah berfirman, “Bukankah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan,” maksudnya, hal itu bukanlah suatu kebajikan yang dimaksudkan dari hamba, sehingga banyaknya pembahasan dan perdebatan tentangnya adalah merupakan usaha yang melelahkan yang tidak menghasilkan kecuali perpecahan dan perselisihan.
Ini sejalan dengan Rasulullah :
“Bukanlah orang yang perkasa itu adalah dengan perkelahian akan tetapi orang yang perkasa itu adalah orang yang mampu menahan dirinya disaat marah,” (HR. Bukhori 6114, Muslim 2609) dan dalam hadits-hadits yang semacamnya.
“akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah,” maksudnya, bahwa Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa yang memiliki sifat dengan segala sifat kesempurnaan dan terlepas dari segala kekurangan.
“dan hari akhir,” yaitu segala hal yang dikabarkan oleh Allah tentangnya dalam kitabNya, atau apa yang telah dikabarkan oleh rasulNya dari hal-hal yang terjadi setelah kematian.
“dan para malaikat,” yang dijelaskan sifat mereka oleh Allah kepada kita dalam kitabNya dan dijelaskan juga oleh rasulNya.
“dan Alkitab,” yaitu jenis kitab-kitab yang telah diturunkan oleh Allah kepada rasul rasulNya, dan yang paling Agung adalah Alquran. Maka ia beriman kepada hal-hal yang dikandung olehnya dari kabar maupun hukum.
“Dan para nabi,” secara umum, dan khususnya penutup mereka dan paling mulia dari mereka, yaitu Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam, “dan memberi harta,” yaitu seluruh harta yang dikumpulkan oleh manusia sedikit maupun banyak, maksudnya ia memberikan harta “yang dicintainya,” yaitu cinta harta.
Allah menjelaskan dengan hal ini bahwa harta itu sangat dicintai oleh jiwa dan sebenarnya seorang hamba tidak mau mengeluarkannya, barangsiapa yang mengeluarkannya padahal ia sangat mencintainya dengan maksud mendekatkan diri kepada Allah, maka hal ini adalah sebagai tanda bagi keimanannya, dan diantara memberikan harta yang dicintai nya adalah bersedekah serta dia dalam kondisi sehat lagi kikir yang mana ia sangat mengharapkan kekayaan dan takut dari kemiskinan. Demikian juga bila sedekah dikeluarkan ketika dalam kondisi kekurangan, niscaya itu lebih utama, karena dalam kondisi seperti ini, ia lebih suka menyimpannya, ketika ia mencemaskan akan terjadi kelahiran dan kepapaan.
Demikian pula mengeluarkan barang yang paling berharga dari hartanya dan apa yang ia cintai dari hartanya tersebut sebagaimana Allah berfirman :
“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.” QS al-imran ayat 92.
Setiap mereka itu adalah diantara orang-orang yang memberikan harta yang ia cintai.
Kemudian Allah menjelaskan tentang orang-orang yang berhak menerima infaq, yaitu orang-orang yang paling utama untuk diberikan kebajikan dan bakti dari kerabat, yang menyentuh hatimu karena musibah mereka dan membahagiakanmu dengan kebahagiaan mereka, yaitu yang saling menolong dan saling bersekutu. Maka diantara kebajikan yang paling baik dan paling tepat adalah mengadakan kebajikan terhadap karib kerabat, baik dengan harta maupun perkataan menurut kedekatan dan kebutuhan mereka.
Dan di antara mereka adalah “anak-anak yatim” yang tidak memiliki orang yang mencarikan harta untuk mereka dan tidak memiliki kemampuan yang dapat dijadikan sandaran. Ini adalah diantara rahmat Allah Ta’ala terhadap hamba-hambaNya yang menunjukkan bahwasanya Allah sangat sayang kepada mereka daripada sayangnya seorang ayah kepada anaknya. Allah telah mewasiatkan kepada hamba-hambaNya, lalu mewajibkan mereka untuk berbuat kebajikan dengan hartanya kepada orang-orang yang kehilangan ayah mereka, agar anak-anak itu seperti anak-anak yang tidak kehilangan kedua orangtuanya, dan karena balasan itu sesuai dengan jenis perbuatannya, yakni barangsiapa yang menyayangi seorang anak yatim orang lain, niscaya anak yatimnya akan disayangi oleh orang lain.
“Dan orang-orang miskin,” yaitu mereka yang dililit kebutuhan dan dihinakan oleh kemiskinan, maka mereka memiliki hak atas orang-orang kaya dalam mencukupi kebutuhan mereka atau meringankannya, sesuai dengan kemampuan dan kelapangan mereka.
“Dan musafir (yang memerlukan pertolongan),” yaitu orang asing yang kehabisan bekal di luar negerinya sendiri. Allah menganjurkan hamba hambaNya untuk memberikan kepadanya beberapa harta yang dapat membantunya dalam perjalanannya, karena perjalanan itu merupakan kondisi yang membutuhkan bantuan dan banyak pengeluaran. Oleh karena itu, wajib atau seorang yang telah diberikan nikmat oleh Allah pada negerinya dengan segala kemakmuran dan Allah karuniakan nikmatNya kepadanya agar dia juga bersikap Rahmat kepada saudaranya yang asing tersebut menurut kadar kemampuannya, walau hanya membekali sedikit atau memberikan sebuah alat perjalanan atau sebuah alat yang dapat menghindari dirinya dari kesewenang-wenangan, dan lain sebagainya.
“Dan orang-orang miskin,” yaitu mereka yang dililit kebutuhan dan dihinakan oleh kemiskinan, maka mereka memiliki hak atas orang-orang kaya dalam mencukupi kebutuhan mereka atau meringankannya, sesuai dengan kemampuan dan kelapangan mereka.
“Dan musafir (yang memerlukan pertolongan),” yaitu orang asing yang kehabisan bekal di luar negerinya sendiri. Allah menganjurkan hamba hambaNya untuk memberikan kepadanya beberapa harta yang dapat membantunya dalam perjalanannya, karena perjalanan itu merupakan kondisi yang membutuhkan bantuan dan banyak pengeluaran. Oleh karena itu, wajib atau seorang yang telah diberikan nikmat oleh Allah pada negerinya dengan segala kemakmuran dan Allah karuniakan nikmatNya kepadanya agar dia juga bersikap Rahmat kepada saudaranya yang asing tersebut menurut kadar kemampuannya, walau hanya membekali sedikit atau memberikan sebuah alat perjalanan atau sebuah alat yang dapat menghindari dirinya dari kesewenang-wenangan, dan lain sebagainya.
“Dan orang-orang yang meminta-minta,” yakni orang-orang yang meminta-minta karena suatu kebutuhan mendesak yang menyebabkan mereka melakukannya, seperti seorang yang diuji dengan denda suatu kejahatan atau beban pajak dari pemerintah, atau dia meminta-minta kepada manusia untuk memajukan kemaslahatan umum seperti masjid, sekolah, jembatan, dan semacamnya. Maka yang seperti ini memiliki hak walaupun ia adalah orang kaya.
“Dan (memerdekakan) hamba sahaya,” termasuk di dalamnya adalah pembebasan budak dan membantunya serta mengusahakan harta untuk seorang budak yang membayar kebebasannya agar ia mampu menunaikan bayaran kepada tuannya, atau menebus tawanan muslimin dari kaum kafir atau kaum zalim.
“Dan mendirikan salat dan menunaikan zakat,” telah sering diterangkan bahwa Allah Subhanahu Wa Ta’ala menyatukan antara shalat dan zakat, karena kedua hal itu adalah sebaik-baik ibadah dan pendekatan diri kepada Allah yang paling sempurna karena memuat ibadah hati, tubuh, dan harta. Dan dengan keduanya iman seseorang ditakar dan keyakinan yang ada pada pelakunya dapat diukur.
“Dan orang-orang yang menepati janjinya bila berjanji.” Janji adalah komitmen terhadap apa yang telah diwajibkan oleh Allah atau diwajibkan oleh hamba itu sendiri, maka termasuk dalam hal itu adalah seluruh hak-hak Allah, karena Allah telah mewajibkan semuanya atas hamba-hambaNya dan mereka berkomitmen terhadapnya, dimana mereka masuk dalam janji tersebut dan wajib atas mereka untuk menunaikannya, dan juga hak-hak hamba yang telah diwajibkan oleh Allah atas mereka dan hak-hak yang telah diwajibkan oleh seorang hamba sendiri, seperti sumpah dan nadzar atau semacamnya.
“Dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan,” yakni, kemiskinan, karena orang yang miskin membutuhkan kesabaran dalam banyak aspek, dari apa yang didapatkannya berupa kepedihan hati dan tubuh, yang berkesinambungan yang tidak dirasakan oleh selainnya; apabila seorang kaya menikmati apa yang tidak mampu dinikmatinya, ia akan bersedih, dan apabila ia lapar atau keluarganya lapar, ia pun bersedia, apabila ia makan suatu makanan yang tidak sesuai dengan seleranya, ia bersedia, apabila ia tanpa busana atau hampir tanpa busana, ia bersedih, apabila ia melihat apa yang ada pada dirinya dan apa yang ia prediksikan pada masa mendatang yang harus dipersiapkan olehnya, ia akan bersedih, apabila ia merasa dingin yang tidak mampu kendalikan, ia bersedih.
Seluruhnya hal tersebut dan yang semacamnya adalah musibah-musibah yang diperintahkan untuk bersabar atasnya, berangan akhirat, mengharap pahala dari Allah terhadapnya, “dan penderitaan,” yaitu suatu penyakit dalam berbagai macam seperti demam, luka, masuk angin, atau sakit pada suatu anggota tubuh hingga gigi, jari jemari, dan yang semacamnya, di mana dibutuhkan untuk bersabar atas semua itu, karena jiwa itu lemah dan tubuh merasakan sakit, dan hal itu adalah suatu yang paling sulit bagi jiwa. Terlebih ketika hal itu terjadi lebih lama, maka diperintahkan untuk bersabar atasnya dengan mengharap pahala dari Allah.
“Dan dalam peperangan,” yakni saat berperang menghadapi musuh-musuh yang diperintahkan untuk diperangi, karena ketegaran itu sangatlah sulit sekali bagi jiwa, dan manusia akan mengalami kegoncangan dari pembunuhan, luka, atau tertawan, maka dibutuhkan kesabaran atas semua itu dengan maksud mengharapkan pahala dari Allah yang dariNyalah pertolongan dan bantuan yang telah dijanjikan didapatkan bagi orang-orang yang bersabar.
“Mereka itulah,” yaitu orang-orang yang memiliki sifat sebagaimana yang telah disebutkan dari keyakinan-keyakinan yang baik, perbuatan yang merupakan pengaruh dari keimanan, bukti nyata dan cahayanya, dan akhlak yang merupakan keindahan dan hakikat kemanusiaan; mereka itulah “orang-orang yang benar” dalam keimanan mereka, karena perbuatan-perbuatan mereka membenarkan keimanan mereka, “dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa,” karena mereka meninggalkan hal-hal yang dilarang dan mengerjakan yang diperintahkan, karena perkara-perkara itu meliputi segala unsur kebaikan, baik secara prediksi maupun yang pasti. Menunaikan janji termasuk menunaikan seluruh ajaran agama, dan karena ibadah-ibadah yang telah ditetapkan oleh Nash Nash dalam ayat ini merupakan ibadah yang paling besar, dan barangsiapa yang menunaikannya, niscaya ia akan lebih mampu menunaikan ibadah ibadah mereka, mereka itulah orang-orang yang baik, benar, dan bertaqwa.
Sesungguhnya telah diketahui bahwa apa yang diberikan oleh Allah atas ketiga perkara tersebut dari paham duniawi maupun ukhrawi tidak mungkin dapat dirinci dalam pembahasan ini.
•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ
“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم