بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Kajian Ummahat Doha – Senin Pagi
Tanggal: 16 Sya’ban 1445 / 26 Februari 2024
Tempat: Aind Khalid
Bersama: Ustadz Abu Abdus Syahid Isnan Efendi, Lc, M.A Hafidzahullah
🎞 Lihat di Facebook: Assunnah Qatar
Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 167-167
📖 Allâh ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah Ayat 167:
وَقَالَ ٱلَّذِينَ ٱتَّبَعُوا۟ لَوْ أَنَّ لَنَا كَرَّةً فَنَتَبَرَّأَ مِنْهُمْ كَمَا تَبَرَّءُوا۟ مِنَّا ۗ كَذَٰلِكَ يُرِيهِمُ ٱللَّهُ أَعْمَٰلَهُمْ حَسَرَٰتٍ عَلَيْهِمْ ۖ وَمَا هُم بِخَٰرِجِينَ مِنَ ٱلنَّارِ
Dan berkatalah orang-orang yang mengikuti: “Seandainya kami dapat kembali (ke dunia), pasti kami akan berlepas diri dari mereka, sebagaimana mereka berlepas diri dari kami”. Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya menjadi sesalan bagi mereka; dan sekali-kali mereka tidak akan keluar dari api neraka.
Ayat ini merupakan kelanjutan dari ayat sebelumnya yang telah dijelaskan dalam kajian sebelumnya… https://www.assunnah-qatar.com/tafsir-surat-al-baqarah-ayat-165
📖 Tafsir ayat:
Ayat ini merupakan kata-kata penyesalan orang-orang kafir yang menyia-nyiakan kesempatan disaat hidupnya. Demikian juga bagi orang-orang yang musyrik dan orang-orang muslim akan ditampakkan segala bentuk amalan-amalan yang dilakukan semasa hidupnya.
Mereka menyesali tatkala di dunia mengikuti jalan-jalan yang menyimpang. Bersama tokoh mereka yang menyesatkan.
Di saat itu orang-orang yang mengikuti, akan berangan-angan agar dikembalikan lagi ke dunia hingga mereka bisa berlepas diri dari makhluk-makhluk yang mereka ikuti tersebut yaitu dengan meninggalkan kesirikan terhadap Allah dan kembali beramal dengan ikhlas hanya karena Allah semata. Namun itu sangatlah mustahil dan telah pupuslah harapan, karena saat itu bukanlah lagi masa penangguhan dan penundaan.
Walaupun demikian juga mereka itu adalah orang-orang yang dusta, karena bila pun mereka dikembalikan ke dunia, pastilah mereka akan kembali kepada hal yang telah dilarang bagi mereka, dan apa yang mereka katakan itu hanyalah sebatas angan-angan belaka yang mereka angan-angan kan dengan rasa jengkel dan marah terhadap orang-orang yang mereka ikuti tersebut ketika berlepas diri dari mereka dan dosa yang telah nyata itu adalah dosa mereka sendiri. Dan pemimpin dari tandingan-tandingan yang diikuti dalam kejahatan itu adalah iblis.
Walaupun demikian ia berkata kepada para pengikutnya : “tatkala perkara (hisab) telah diselesaikan: “Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan akupun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya. Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekedar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku akan tetapi cercalah dirimu sendiri.” (QS Ibrahim ayat 22).
Maka niatilah segala aktivitas hidup kita ikhlas karena Allah ﷻ yang dengannya akan membuahkan hasil berupa amalan yang diterima disisi Allah ﷻ.
Mereka juga menyesali perbuatan mereka dengan cara menyalahkan diri mereka sendiri, seraya mengatakan ;
وَقَالُوا لَوْ كُنَّا نَسْمَعُ أَوْ نَعْقِلُ مَا كُنَّا فِي أَصْحَابِ السَّعِيرِ
Andaikata kami dahulu mau mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu), niscaya kami tidaklah termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala [al-Mulk/67:10]
Ini menunjukkan betapa besar penyesalan mereka atas tingkah laku buruk mereka ketika di dunia. Akan tetapi, pada saat itu, penyesalan mereka sudah tidak berguna lagi. Ibarat nasi yang telah menjadi bubur. Andaikata penyesalan itu sebelum siksa berada di depan mereka (yaitu pada waktu mereka hidup di dunia), maka penyesalan itu akan bermanfaat bagi mereka. Mereka akan selamat dari siksa pada hari itu. (Tafsir Ibnu Katsir).
Begitulah keadaan mereka pada hari Kiamat, malang tak dapat ditolak, mereka akan mengalami penderitaan siksa yang amat pedih akibat perbuatan mereka di dunia. Semoga Allâh Azza wa Jalla melindungi kita darinya.
Selagi hidup di dunia, hendaknya kita berhati-hati, muslim yang cerdas tak mungkin berbuat dosa yang sama dua kali. Ketika ia sudah berbuat kesalahan, ia terus hati-hati jangan digigit lagi di lubang yang sama.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ يُلْدَغُ الْمُؤْمِنُ مِنْ جُحْرٍ وَاحِدٍ مَرَّتَيْنِ
“Tidak selayaknya seorang mukmin dipatuk ular dari lubang yang sama sebanyak dua kali.” (HR. Bukhari no. 6133 dan Muslim no. 2998)
📖 Allâh ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah Ayat 168:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ كُلُوا۟ مِمَّا فِى ٱلْأَرْضِ حَلَٰلًا طَيِّبًا وَلَا تَتَّبِعُوا۟ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيْطَٰنِ ۚ إِنَّهُۥ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ
Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.
📖 Tafsir ayat:
Ayat ini dialamatkan kepada seluruh manusia, baik yang Mukmin maupun yang kafir. Allah telah memberikan karunia kepada mereka dengan memerintahkan kepada mereka untuk makan dari seluruh yang ada di bumi seperti biji-bijian, hasil tanaman, buah-buahan, dan hewan dalam keadaan “yang halal,” yaitu yang telah dihalalkan buat kalian untuk dikonsumsi, yang bukan dari rampasan maupun curian, bukan pula diperoleh dari hasil transaksi bisnis yang diharamkan, atau dalam bentuk yang diharamkan, atau dalam hal yang membawa kepada yang diharamkan, “lagi baik,” maksudnya, bukan yang kotor seperti bangkai, darah, daging babi, dan seluruh hal-hal yang kotor dan jorok.
Di dalam Ayat ini terdapat Dalil yang menunjukkan bahwa asalnya seluruh benda yang ada itu adalah boleh, hukumnya baik untuk dimakan maupun dimanfaatkan, dan bahwa hal-hal yang diharamkan darinya itu ada dua macam; pertama, yang diharamkan karena dzatnya yaitu yang kotor yang merupakan lawan dari yang baik (Thayyib), kedua, diharamkan karena dikaitkan dengan sesuatu, yaitu yang diharamkan karena bersangkutan dengan hak-hak Allah atau hak-hak manusia, yaitu yang merupakan lawan dari yang halal.
Ayat ini juga sebagai dalil bahwa makanan dengan kadar untuk memenuhi Fitrah adalah wajib, dan akan berdosa orang yang meninggalkannya dengan dasar makna perintah yang jelas dari ayat tersebut.
Lalu ketika Dia memerintahkan untuk mengikuti apa yang telah diperintahkan kepada-nya yang merupakan inti dari kemaslahatan mereka, maka Dia melarang mereka untuk mengikuti, “langkah-langkah setan,” Maksudnya jalan-jalan yang ia perintahkan, yaitu seluruh kemaksiatan, baik kekufuran, kefasikan, dan kezhaliman, dan termasuk dalam hal itu juga adalah pengharaman unta yang diharamkan oleh kaum jahiliyah untuk mereka, demikian juga sebaliknya menikmati makanan makanan yang diharamkan.
“Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu.” Maksud dari permusuhan itu adalah tidaklah ia memerintah kalian kecuali untuk mencurangi kalian dan Agar kalian menjadi penghuni penghuni neraka. Rabb kita tidak hanya cukup dengan melarang mengikuti langkah-langkah setan, hingga Dia mengabarkan, dan Dia adalah yang paling benar perkataanNya tentang permusuhannya yang harus diwaspadai, kemudian Allah juga tidak cukup sampai disitu saja, Dia mengabarkan tentang perincian perkara yang menjadi target setan dalam godaannya, dan bahwasanya hal itu adalah perkara yang paling buruk dan paling besar kerusakannya.
📖 Allâh ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah Ayat 169:
إِنَّمَا يَأْمُرُكُم بِٱلسُّوٓءِ وَٱلْفَحْشَآءِ وَأَن تَقُولُوا۟ عَلَى ٱللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ
Sesungguhnya syaitan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui.
📖 Tafsir ayat:
Sesungguhnya setan itu memerintahkan kalian untuk berbuat buruk, melakukan setiap kemaksiatan yang bisa semakin memperburuk konsekuensi dari tindakan itu. memerintahkan perbuatan keji, yaitu seburuk-buruk kemaksiatan, seperti zina, membunuh dan perbuatan lain yang termasuk dalam dosa-dosa besar, serta membuat kalian menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal, yaitu unta bahirah, shaibah dan hewan lainnya yang telah kami buatkan aturannya untuk kalian.
•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ
“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم