بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Kajian Ummahat Doha – Senin Pagi
Tanggal: 26 Shafar 1445 / 11 September 2023
Tempat: Ain Khaled Compund
Bersama: Ustadz Abu Abdus Syahid Isnan Efendi, Lc, M.A Hafidzahullah



Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 164

Allâh ﷻ berfirman:

إِنَّ فِى خَلْقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَٱخْتِلَٰفِ ٱلَّيْلِ وَٱلنَّهَارِ وَٱلْفُلْكِ ٱلَّتِى تَجْرِى فِى ٱلْبَحْرِ بِمَا يَنفَعُ ٱلنَّاسَ وَمَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مِن مَّآءٍ فَأَحْيَا بِهِ ٱلْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيهَا مِن كُلِّ دَآبَّةٍ وَتَصْرِيفِ ٱلرِّيَٰحِ وَٱلسَّحَابِ ٱلْمُسَخَّرِ بَيْنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلْأَرْضِ لَءَايَٰتٍ لِّقَوْمٍ يَعْقِلُونَ

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.

📖 Sebab Turunnya ayat:

Ayat 164 ini merupakan kelanjutan dari ayat 163 sebelumnya:

وَإِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَٰحِدٌ ۖ لَّآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلرَّحْمَٰنُ ٱلرَّحِيمُ

Artinya: Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

Ayat 163 telah dijelaskan tentang inti dari Tauhid: Rububiyah, Uluhiyah dan Asma wa sifat.

  • Imam Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan bahwa isi Al-Qur’an semuanya adalah tentang tauhid. Maksudnya karena isi Al-Qur’an menjelaskan hal-hal berikut: Berita tentang Allah, nama-nama-Nya, sifat-sifat-Nya, perbuatan-Nya, dan perkataan-Nya.
  • Imam Al-Qurthubi rahimahullah menjelaskan bahwa ayat 164 ini merupakan dalil penta’kid ayat 163. Sebagai bukti kebenaran dan ketauhidan Allâh ﷻ. Karena kaum kafir Qurais bertanya kepada Nabi ﷺ, mungkinkah yang akan disembah menjadi satu? Atau apakah dalilnya bahwa yang disembah adalah Allâh yang esa?
  • Ibnu Katsir menyebutkan sebab turunnya ayat ini adalah jawaban untuk orang quraisy atas tantangan mereka kepada rasulullah sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas

أتت قريش محمدا صلى الله عليه وسلم فقالوا : يا محمد إنما نريد أن تدعو ربك أن يجعل لنا الصفا ذهبا ، فنشتري به الخيل والسلاح ، فنؤمن بك ونقاتل معك . قال : ” أوثقوا لي لئن دعوت ربي فجعل لكم الصفا ذهبا لتؤمنن بي ” فأوثقوا له ، فدعا ربه ، فأتاه جبريل فقال : إن ربك قد أعطاهم الصفا ذهبا على أنهم إن لم يؤمنوا بك عذبهم عذابا لم يعذبه أحدا من العالمين . قال محمد صلى الله عليه وسلم : ” رب لا ، بل دعني وقومي فلأدعهم يوما بيوم ” . فأنزل الله هذه الآية : ( إن في خلق السماوات والأرض واختلاف الليل والنهار والفلك التي تجري في البحر بما ينفع الناس ) الآية

Orang-orang Quraisy datang kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam lalu mereka berkata “hai Muhammad, sesungguhnya kami ingin agar kamu berdo’a kepada tuhanmu agar menjadikan bagi kami bukit Shofa ini menjadi emas. Lalu akan membeli dengan emas tersebut kuda-kuda dan senjata. Jika kamu mampu, maka kami akan beriman kepadamu dan berperang bersamamu”. Kemudian nabi Muhammad menjawab: “berjanjilah kalian kepadaku, sekiranya aku berdo’a kepada tuhanku lalu Dia menjadikan bukit Shofa ini menjadi emas maka kalian akan beriman kepadaku”. Maka mereka mengadakan perjanjian tersebut dengan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Maka berdo’alah Nabi kepada Tuhannya.

Lalu kemudian datanglah malaikat Jibril ‘alaihissalaam dan berkata : “Sesungguhnya Tuhanmu mampu menjadikan bukit shofa menjadi emas bagi mereka dengan syarat jika mereka tidak beriman kepadmu Dia akan mengazab mereka dengan azab yang belum pernah diberikan kepada siapapun dari umat-NYA”. Maka berkatalah nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam: “Wahai Tuhanku, tidak. Lebih baik tinggalkanlah aku bersama kaumku maka aku akan mendakwahi mereka hari demi hari”.

Maka Allah menurunkan ayat ini…

📖 Tafsir ayat:

Dalam ayat 164 ini dijelaskan tanda-tanda yang merupakan bukti keesaan Allâh ﷻ dalam RububiahNya. Tauhid Rububiah tidak menjadi hal utama, karena yang yang menentukan adalah tauhid uluhiyah. Maka, tidak mengherankan jika banyak yang mentadabur alam akan tetapi tidak ada peningkatan dalam ilmu dan amal.

  • Kalimat : وَاخْتِلٰفِ الَّيْلِ وَالنَّهَارِ (silih bergantinya malam dan siang)

Yakni pergantian siang dan malam dan perbedaan keduanya dalam hal cahaya, kegelapan, panas, dan dingin; adapun sebab dan efek dari hal-hal ini merupakan hikmah-hikmah yang dalam dan terdapat maslahat bagi makhluk-Nya.

Malam dan siang selalu baru, maka dalam bahasa Arab disebut dengan istilah الجديدان.

  • Kalimat وَتَصْرِيفِ الرِّيٰحِ (dan pengisaran angin)
    Yakni mengirim angin yang membantu penyerbukan dan yang tidak, yang sebagai penolong dan yang sebagai pembinasa, yang panas dan yang dingin, yang lembut dan yang kencang.

Pendapat lain mengatakan: yakni mengirimnya ke timur dan selatan, dan dua angin yang bertemu.

  • Kalimat وَالسَّحَابِ الْمُسَخَّرِ (angin dan awan yang dikendalikan) Yakni yang ditundukkan.

Pendapat lain mengatakan: penundukannya adalah tetapnya ia diantara langit dan bumi tanpa tiang dan tanpa digantung.

  • Kata لَايٰتٍ لِّقَوْمٍ يَعْقِلُونَ (sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan)

Yakni semua orang yang berakal mengetahui bahwa segala yang ada ini tidak mungkin dilakukan sepenuhnya atau sebagiannya oleh sembahan-sembahan orang-orang kafir yang meliputi penciptaan langit dan bumi, pergantian siang dan malam, pergerakan kapal di lautan, hujan yang turun dari langit, bumi yang kembali hidup dengan hujan, persebaran hewan-hewan, dan pergerakan angin, maka barang siapa yang melihat hal ini dengan cermat dan menjalankan pikirannya niscaya akan mendapat kepastian bahwa yang melakukan itu adalah Allah Ta’ala.

📚 Tafsir as-Sa’di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di Rahimahullah:

Allah mengabarkan bahwa pada makhluk-makhluk yang besar tersebut ada tanda-tanda, yaitu dalil-dalil bagi keesaan Allah, sang pencipta, ketuhananNya, keagungan kekuasaanNya, kasih sayangNya, dan seluruh sifat-sifatNya, akan tetapi hal itu “bagi kaum yang mengerti,” maksudnya, bagi mereka yang memiliki akal sehat yang mereka pakai sesuai dengan fungsinya. Oleh karena itu sebesar Apakah dari yang dikaruniakan oleh Allah terhadap hambaNya dari akal tersebut, sebesar itu pula dia mengambil manfaat dari ayat-ayat itu dengan akal, pemikiran, dan perenungannya, maka dalam “penciptaan langit,” bagaimana ia ditinggikan, diluaskan, dikokohkan, dan dimantapkan serta apa yang diciptakan oleh Allah padanya seperti matahari, bulan, dan bintang-bintang, serta pengaturannya demi kemaslahatan hamba-hambaNya.

Dan dalam penciptaan “bumi,” sebagai tempat istirahat bagi makhluk, yang bisa ditempati sebagai tempat tinggal mereka, dan mengambil manfaat dari segala yang ada padanya, serta menjadi pelajaran, yang semua itu menunjukkan pada keesaan Allah dalam penciptaan dan pengaturan, juga penjelasan akan keagungan kekuasaan Allah yang dengannya Dia menciptakan bumi tersebut, juga hikmahNya yang dengannya Dia mengokohkan, memperindah dan merapikannya, ilmu dan rahmatNya yang dengannya Dia menyimpan berbagai macam manfaat bagi makhluk, kemaslahatan, keperluan, dan kebutuhan kebutuhan mereka.

Dan dalam hal tersebut maka ayat itu adalah ayat yang paling kuat dalam menunjukkan kesempurnaan Allah dan hakNya untuk diesakan dalam hal ibadah, karena keesaan-Nya dalam mencipta, mengatur, dan mengurus hamba-hambaNya.

Dan dalam “silih bergantinya malam dan siang,” maksudnya, saling susul-menyusul secara kontinu, apabila salah satunya berlalu, maka yang lain akan menggantikannya, dan pada keadaan silih berganti diantara keduanya dalam hal panas, dingin, dan normal, panjang, pendek, dan pertengahan, serta apapun yang diakibatkan oleh nya seperti musim-musim yang menjadi bagian dalam keteraturan kemaslahatan anak cucu Adam, hewan-hewan dan seluruh yang berada di atas muka bumi ini dari pepohonan dan tumbuh-tumbuhan, semua itu dengan teratur, tersusun, dan terlaksana dengan rapi yang dikagumi oleh akal manusia, yang tidak mampu dijangkau oleh orang-orang yang perkasa; semua itu menunjukkan kuasa pengaturnya, ilmuNya, hikmahNya, rahmatNya yang luas, kelembutanNya yang sempurna, pengaturan dan penertibanNya yang dilakukanNya sendiri, keagunganNya dan keagungan kerajaanNya serta kekuasaanNya itu semua mengharuskan agar Dia diesakan, disembah, dicintai, diagungkan, di takuti, diharap, serta segala usaha dikerahkan untuk mendapatkan kecintaan dan keridhaanNya.

Dan dalam “bahtera yang berlayar di laut,” maksudnya perahu dan kapal atau semacamnya dari benda-benda yang diberikan petunjuk oleh Allah kepada manusia dalam menciptakannya, Dia menciptakan buat mereka sarana-sarana bagian dalam maupun bagian luar yang mampu mereka lakukan, kemudian Dia menyiapkan untuk mereka lautan yang luas, angin yang membawa kapal mereka dan segala yang ada di dalamnya seperti para penumpang, harta benda, dan barang-barang yang merupakan manfaat bagi manusia, dan dengan suatu hal yang tegak di atasnya kemaslahatan mereka dan teraturnya kehidupan mereka. Maka siapakah yang mengilhami mereka untuk membuat kapal, dan membuat mereka mampu menciptakan nya? Siapa yang menciptakan untuk mereka alat-alat tersebut yang merupakan sarana mereka dalam membuat kapal? atau siapakah yang menunjukkan lautan itu hingga kapal mereka berlayar di atasnya dengan izinNya dan penyiapan laut serta angin? atau Siapakah yang menciptakan bagi kendaraan laut maupun darat bahan bakar dan pertambangan yang diperuntukkan membawanya dan membawa segala isi dari harta benda? apakah perkara-perkara itu semua terjadi dengan suatu kesepakatan? ataukah dikerjakan sendiri oleh makhluk yang lemah lagi tak berdaya ini, yang keluar dari perut ibunya dengan tidak berilmu dan tidak pula kuasa atas apapun, kemudian robbnya menciptakan untuknya kekuatan dan ilmu sesuai dengan kehendakNya? ataukah yang melakukan itu adalah Tuhan yang satu, yang maha bijaksana lagi maha mengetahui, yang tidak lemah atas segala sesuatu dan tidak terhalang bagiNya sesuatu pun, akan tetapi segala sesuatu itu tunduk di bawah kerububiyahan diriNya, pasrah dalam keagunganNya, dan patuh terhadap kekuasaanNya?

Peran paling tinggi seorang hamba yang lemah adalah bahwa Allah menjadikan dirinya sebagai suatu bagian dari bagian-bagian penyebab yang dengannya terwujudlah perkara-perkara yang besar tersebut. Ini semua menunjukkan rahmat Allah dan perhatianNya kepada makhlukNya. Yang demikian itu mengharuskan agar kecintaan, takut, harap, segala macam ketaatan, ketundukan, dan pengagungan hanya Allah untukNya semata.

“Dan apa yang diturunkan oleh Allah dari langit berupa air,” yaitu hujan yang turun dari awan, “lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)nya,” lalu terlihatlah berbagai macam makanan pokok, berbagai bentuk tumbuh-tumbuhan yang menjadi kebutuhan dasar makhluk, dimana mereka tidak akan dapat hidup tanpanya.

Bukankah hal itu adalah dalil atas kuasa dzat yang menurunkannya, yang mengeluarkan dengannya segala yang tumbuh dan dalil atas rahmatNya, kelembutanNya terhadap hamba-hambaNya, perhatianNya terhadap kemaslahatan mereka, serta besarnya kebutuhan dan keperluan mereka kepadaNya dari segala aspek? Bukankah konsekuensi dari itu semua adalah wajibnya Dia menjadi dzat yang mereka sembah dan menjadi robb mereka? Tidakkah itu adalah sebuah dalil tentang (kekuasaan Allah dalam) menghidupkan yang sudah meninggal dan membalas semua amal-amal mereka?

“Dan dia sebarkan bumi itu,” maksudnya, di muka bumi “segala jenis hewan,” maksudnya, Dia sebarkan pada segala penjuru bumi, bermacam-macam hewan yang menjadi dalil atas kekuatan besar, keagungan, keesaan, dan kekuasaanNya yang agung, dan Dia menundukkannya untuk manusia agar mereka manfaatkan dalam segala bentuk pemanfaatan.

Dan diantaranya adalah apa yang mereka makan dagingnya, mereka minum air susunya, memakai sebagai kendaraan, menjadikannya sebagai penolong dalam kemaslahatan dan penjagaan mereka, atau sebagai pelajaran. Dan Allah menyebarkan padanya hewan-hewan dan bertanggung jawab atas rizki mereka dan menjamin makanan mereka, karena tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat ditambatkannya.

Dan dalam “pengisaran angin,” baik yang dingin, panas, selatan, utara, timur, barat dan diantara itu semua, terkadang mengiring awan, dan terkadang pula mengumpulkannya, terkadang Membawa penyemai tanaman dan terkadang mencurahkannya, terkadang memisahkannya, menghilangkan bahayanya, terkadang menjadi rahmat dan terkadang pula menjadi azab.

Maka siapakah yang mengatur semua kejadian-kejadian seperti itu dan yang menyimpan padanya manfaat bagi hamba yang sangat mereka butuhkan? Dia kemudian menundukkan nya agar seluruh makhluk dapat hidup di dalamnya, maka berkembanglah manusia, hewan, pepohonan, biji-bijian, dan tumbuh-tumbuhan, tidak ada yang melakukan semua itu melainkan Allah, Dzat yang maha perkasa, Maha bijaksana lagi maha penyayang dan lemah lembut terhadap hamba-hambaNya, yang berhak dihadapkan kepadaNya segala ketundukan, ketaatan, kecintaan, kepasrahan, dan ibadah.

Dan dalam menundukkan awan antara langit dan bumi dengan segala kelembutan dan keringanannya tetapi mampu membawa air banyak yang digiring oleh Allah ke tempat yang dikehendakiNya, hingga hiduplah dengannya suatu negeri dan manusia, menyirami pegunungan dan dataran dataran rendah, menurunkan bagi manusia pada saat mereka membutuhkannya, lalu apabila dengan banyaknya yang turun akan membahayakan mereka, pastilah akan Dia tahan untuk mereka, kemudian menurunkannya sebagai rahmat dan kasih sayang, Dia mengaturnya sebagai perlindungan dan penjagaan, juga menunjukkan betapa Agung kekuasaan Allah itu, betapa melimpah kebaikanNya, dan begitu lembutnya karuniaNya.

Bukankah sesuatu yang tercela bila hamba menikmati rezekiNya, hidup dengan kebaikanNya, sedang mereka menggunakan semua itu dalam rangka bermaksiat kepada-Nya dan dalam kemurkaanNya? Bukankah itu adalah dalil atas kemurahan, kesabaran, maaf, pengampunan, dan keagungan kasih sayangNya? segala puji hanya milik Nya, yang pertama dan yang terakhir, lahir mau pun batin.

Kesimpulannya, bahwa setiap kali seseorang yang berakal merenungkan makhluk-makhluk itu, pikirannya berkonsentrasi pada indahnya penciptaan, lalu semakin jauh ia merenungkan hasil hasil ciptaan itu dan segala yang dikandungnya dari kebaikan dan hikmah yang dalam, niscaya ia akan mengetahui bahwa mereka itu diciptakan untuk sesuatu yang benar, dan bahwasanya semua itu adalah lembaran-lembaran ayat, kitab-kitab, dan dalil-dalil atas apa yang dikabarkan oleh Allah tentang diriNya dan keesaanNya, dan apa yang dikabarkan oleh para rasul tentang hari kiamat, dan bahwasanya semua itu adalah hal-hal yang ditundukkan, yang tidak sulit bagi dzat yang mengatur dan mengelolanya.

Maka dapat engkau ketahui bahwa alam atas maupun alam bawah, semuanya membutuhkanNya dan bergantung kepadaNya, dan bahwa Dia adalah Dzat Yang Maha kaya secara pribadi dari seluruh makhluk. Tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah, dan tiada rabb selainNya.

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم