بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Kajian Ummahat Doha – Senin Pagi
Tanggal: 15 Rabi’ul Akhir 1445 / 30 Oktober 2023
Tempat: Izghowa Qatar
Bersama: Ustadz Abu Abdus Syahid Isnan Efendi, Lc, M.A Hafidzahullah
Pada ayat sebelumnya telah dijelaskan tentang keutamaan sabar dan shalat. Dimana sabar adalah kunci sukses hidup di dunia dan di akhirat.
Allah memerintahkan kaum mukminin untuk meminta pertolongan dalam segala urusan mereka, baik dunia maupun akhirat “dengan sabar dan shalat.” Kesabaran adalah pengendalian dan penjagaan diri terhadap hal yang dibenci. Dan orang-orang yang sabar itulah sifat seorang mujahid sejati.
Allâh ﷻ berfirman :
وَلَا تَقُولُوا۟ لِمَن يُقْتَلُ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ أَمْوَٰتٌۢ ۚ بَلْ أَحْيَآءٌ وَلَٰكِن لَّا تَشْعُرُونَ
Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya. (QS Al-Baqarah ayat 154).
Ayat ini menjelaskan tentang orang yang mati syahid dunia dan akhirat, dan diperlakukan bukan seperti orang yang mati biasa. Dan di akhirat mendapatkan keutamaan yang dijanjikan Allâh ﷻ di akhirat.
Berdasarkan hadits al-Miqdam bin Ma’dikarib al-Kindiy radhiyallaahu ‘anhu, dia berkata, ‘Rasulullah ﷺ bersabda,
«إِنَّ لِلشَّهِيدِ عِنْدَ اللهِ ﷻ قَالَ الْحَكَمُ: سِتَّ خِصَالٍ – أَنْ يُغْفَرَ لَهُ فِي أَوَّلِ دَفْعَةٍ مِنْ دَمِهِ، وَيَرَى – قَالَ الْحَكَمُ: وَيُرَى – مَقْعَدَهُ مِنَ الْجَنَّةِ، وَيُحَلَّى حُلَّةَ الْإِيمَانِ، وَيُزَوَّجَ مِنَ الْحُورِ الْعِينِ، وَيُجَارَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَيَأْمَنَ مِنَ الْفَزَعِ الْأَكْبَرِ – قَالَ الْحَكَمُ: يَوْمَ الْفَزَعِ الْأَكْبَرِ – وَيُوضَعَ عَلَى رَأْسِهِ تَاجُ الْوَقَارِ، الْيَاقُوتَةُ مِنْهُ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا، وَيُزَوَّجَ اثْنَتَيْنِ وَسَبْعِينَ زَوْجَةً مِنَ الْحُورِ الْعِينِ، وَيُشَفَّعَ فِي سَبْعِينَ إِنْسَانًا مِنْ أَقَارِبِهِ»
“Sesungguhnya bagi orang yang mati syahid di sisi Allah –al-Hakam berkata, ‘Ada enam perkara-; akan diampuni untuknya di awal cipratan darah yang pertama; dan dia akan melihat –al-Hakam berkata, ‘Dan diperlihatkan’ tempat duduknya di sorga; dia akan diberikan perhiasan iman; dinikahkan dengan para bidadari, dibebaskan dari adzab kubur, aman dari keterkejutan yang terbesar –al-Hakam berkata, ‘Pada hari keterkejutan yang terbesar’-; dipasangkan pada kepala mereka mahkota ketenangan, yang yaqut darinya lebih baik dari dunia dan apapun yang ada di dalamnya; dia akan dinikahkan dengan tujuh puluh dua istri dari kalangan bidadari; dan dia diberikan idzin untuk memberikan syafaat kepada tujuh puluh manusia dari kerabat-kerabatnya.”
(Dikeluarkan oleh Ahmad, 28/419, no. 17182; at-Tirmidzi, Kitaab Fadhaa-il al-Jihaad, Bab Tentang Pahala Mati Syahid, no. 1663 dan dia berkata, ‘Hasan Shahiih ghariib).
Puncak dalam Islam adalah jihad fi sabiilillah, dan seperti halnya ibadah yang lain, memerlukan syarat-syarat dan rukun yang harus dipenuhi.
Dalam jihad harus memenuhi persyaratan:
1. Niat jihad murni fii sabiilillah. Tidak termasuk membela suku, kabilah, tanah air, kelompok dan lainnya.
2. Di bawah komando pemimpin tertinggi seperti presiden, emir atau Sultan.
3. Izin dari orang tua.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الشُّهَدَاءُ خَمْسَةٌ الْمَطْعُونُ وَالْمَبْطُونُ وَالْغَرِقُ وَصَاحِبُ الْهَدْمِ وَالشَّهِيدُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ
“Orang yang mati syahid ada lima, yakni orang yang mati karena tho’un (wabah), orang yang mati karena menderita sakit perut, orang yang mati tenggelam, orang yang mati karena tertimpa reruntuhan dan orang yang mati syahid di jalan Allah.” (HR. Bukhari, no. 2829 dan Muslim, no. 1914)
1. Syahid dunia dan akhirat, merekalah orang yang terbunuh karena sebab apapun di medan perang melawan orang kafir.
2. Syahid akhirat, namun hukum di dunia tidak syahid. Mereka adalah orang yang disebut syahid, namun mati di selain medan perang.
3. Syahid dunia, dan bukan akhirat. Dialah orang yang mati di medan jihad, sementara dia ghulul (mencuri ghanimah), atau terbunuh ketika lari dari medan perang, atau sebab lainnya. (Umdatul Qari Syarh Shahih Bukhari, 14/128).
Tidak boleh memastikan seseorang dengan syahid, sehingga ditambah InsyaAlloh. Karena hanya Allâh ﷻ yang tahu akhir hidup seseorang.
Kecuali bagi mereka yang telah dipastikan Rasulullah ﷺ.
Sebab Turunnya Ayat ini, Ibnu Mandah meriwayatkan dalam shahabah dari as-Suddi ash-Shagir dari al-Kalbi dari Abu shaleh dari ibnu abbas, dia berkata, ”Tamim ibnul Hammam terbunuh pada perang Badar, maka ayat ini diturunkan tentangnya dan yang lainnya yang syahid”.
Dalam ayat ini, Allah Ta’ala memberitahukan bahwa orang-orang yang mati syahid itu tetap hidup di alam barzakh dengan tetap memperoleh rezeki. Sebagaimana yang ditegaskan dalam Kitab Sahih Muslim.
Ketika Allah menyebutkan perintah untuk menjadikan kesabaran sebagai penolong dalam segala hal, lalu dia menyebutkan sebuah contoh dalam menjadikan kesabaran sebagai penolong, yaitu berjihad di jalanNya, dan dimana jihad itu merupakan ketaatan paling utama yang bersifat jasmani dan suatu hal yang paling berat bagi jiwa karena kesulitan yang ada dalam dirinya berkaitan dengan nyawa, dan karena hal itu bisa mengakibatkan kematian serta kehilangan nyawa yang hanya disukai oleh orang-orang yang cinta kepada dunia agar mendapatkan kehidupan dan sumber-sumbernya, dan semua yang mereka lakukan adalah sebuah usaha untuk mendapatkan kehidupan dan menolak hal yang bertentangan dengannya.
Dan telah diketahui bahwa sesuatu yang dicintai tidak akan ditinggalkan oleh seorang yang berakal, kecuali kepada suatu hal yang dicintai yang lebih tinggi dan lebih agung. Maka Allah mengabarkan bahwa barangsiapa yang terbunuh di jalanNya yaitu berperang dijalan Allah dengan maksud untuk meninggikan kalimat Allah dan agamanya yang jelas dan bukan karena tujuan lainnya, niscaya dia tidak akan kehilangan kehidupan yang dia cintai, bahkan dia akan memperoleh kehidupan yang lebih utama dan lebih sempurna daripada apa yang kalian perkirakan dan pikirkan.
Maka orang-orang yang mati syahid itu adalah :
“Bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezeki. Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. Mereka bergirang hati dengan nikmat dan karunia yang yang besar dari Allah, dan bahwa Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang beriman.” (QS. Ali Imron ayat 169-171)
Adakah yang lebih agung dari kehidupan tersebut yang mengandung kedekatan dengan Allah dan menikmati rizkiNya yang bersifat jasmani seperti makanan dan minuman yang lezat serta rizki yang bersifat rohani, seperti kesenangan, hilangnya segala kekhawatiran, dan kesedihan? Inilah kehidupan alam barzah yang lebih sempurna dari kehidupan dunia bahkan nabi telah mengabarkan bahwa ruh para syuhada ada dalam perut (tembolok) burung hijau yang minum dari sungai-sungai surga, makan buah-buahan surga, dan berlindung dalam sangkar sangkar yang digantung di bawah Arasy. (HR. Muslim No.. 1887)
Ayat ini mengandung anjuran paling besar untuk berjihad di jalan Allah dan konsisten di atas kesabaran padanya, jikalau hamba merasakan apa yang didapatkan oleh orang-orang yang terbunuh di jalan Allah berupa pahala, niscaya tidak akan ada seorang pun yang mau terlambat melakukannya. Namun karena tidak adanya pengetahuan pasti yang sempurna itulah yang membuat hilangnya tekad, bertambah lelaplah orang yang tidur serta terlewatkan lah ganjaran yang agung dan ghanimah, kenapa tidak begitu, padahal Allah telah berfirman :
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.” (QS. at-taubah ayat 111).
Demi Allah sekiranya manusia memiliki 1000 jiwa yang kemudian jiwa tersebut akan pergi satu persatu di jalan Allah, tidaklah menjadi suatu yang agung dibanding dengan pahala yang besar tersebut.
Oleh karena itu, tidaklah para syuhada berangan-angan setelah mereka pasti mendapatkan ganjaran dan pahala yang baik dari Allah, kecuali mereka ingin dikembalikan ke dunia hingga mereka dapat terbunuh lagi di jalanNya sekali lagi dan sekali lagi.
Ayat ini adalah dalil yang menunjukkan adanya kenikmatan alam barzah dan siksanya sebagaimana banyak sekali ayat yang menunjukkan hal tersebut.
وَلَنَبْلُوَنَّكُم بِشَىْءٍ مِّنَ ٱلْخَوْفِ وَٱلْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ ٱلْأَمْوَٰلِ وَٱلْأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٰتِ ۗ وَبَشِّرِ ٱلصَّٰبِرِينَ
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.
Apabila Allah menghendaki kebaikan untuk hamba-Nya maka Dia akan menyegerakan untuknya hukuman di dunia. Musibah dan cobaan yang dialami seorang mukmin merupakan tanda kebaikan yang Allah berikan kepadanya. Maka hendaknya dia menghadapinya dengan kesabaran dan selalu berperasangka baik kepada Allâh ﷻ.
1. Marah
Bisa jadi tidak terima dengan takdir Allah, ini bisa mengurangi Tauhid seseorang bahkan bisa terjerumus dalam kesyirikan karena mencela takdir Allâh ﷻ.
2. Sabar
hatinya mungkin terasa pedih tetapi ia masih mampu menahan diri dari perbuatan menentang takdir Allah, misalnya mencela atau “mengamuk” banting sesuatu.
3. Ridha
Hatinya sama saja ketika mendapat musibah atau nikmat dan dia berusaha ridha, ketika ada rasa tidak menerima, ia berusaha lawan dan ridha.
4. Bersyukur
Inilah tingkatan tertinggi, ia tahu hakikat musibah, menerima takdir, itulah yang terbaik, menghapuskan dosa, meningkatkan derajat, bisa jadi menghadap Allah tanpa dosa sama sekali kelak.
Allah mengabarkan bahwa sudah terjadi keharusan bagi hamba-hambaNya untuk diuji dengan segala cobaan, agar jelas orang yang benar dan orang yang berdosa, orang yang sabar dengan orang yang tidak sabar, dan ini adalah sunnah Allah pada hamba-hambaNya. Karena suatu kesenangan itu bila terus berlanjut bagi orang-orang yang beriman dan tidak diiringi dengan suatu cobaan, niscaya akan terjadi di campur aduk yang merupakan kerusakan baginya, ke mahabijaksanaan Allah memastikan untuk memilah-milah antara orang-orang yang baik dan orang-orang yang jahat. Inilah manfaat dari cobaan dan ujian bukannya untuk menghilangkan keimanan yang ada pada seorang hamba yang beriman, dan tidak pula untuk memalingkan mereka dari agamanya, karena Allah tidak menyia-nyiakan keimanan kaum Mukminin.
Allah mengabarkan dalam ayat ini bahwasanya Dia akan menguji hamba-hambaNya “dengan sedikit ketakutan” dari musuh-musuh “dan kelaparan” Yakni, dengan sesuatu yang sedikit dari keduanya, karena apabila Allah menguji mereka dengan seluruh ketakutan atau seluruh kelaparan niscaya mereka akan binasa, sedangkan cobaan-cobaan itu hanya membersihkan bukannya untuk membinasakan, “dan kekurangan harta” yang meliputi seluruh kekurangan yang bersangkutan dengan harta, baik bencana dari langit, tenggelam, kehilangan, raja-raja yang dholim, dan perompak jalanan yang merampas harta dan sebagainya.
“Dan jiwa” yaitu perginya orang-orang yang dicintai, baik anak-anak, kerabat karib, dan teman sejawat, dan dari berbagai macam penyakit pada tubuh seorang hamba atau tubuh orang yang dicintainya, “dan buah-buahan” yaitu biji-bijian hasil pohon kurma dan segala macam pepohonan serta sayur-mayur dengan adanya hawa dingin, gemuruh, kebakaran dan penyakit dari langit seperti adanya hama belalang atau semacamnya. Hal-hal tersebut pasti akan terjadi karena Allah Maha Mengetahui lagi maha mengamati, telah mengabarkan tentangnya dan akhirnya terjadilah apa yang dia kabarkan, maka apabila semua itu terjadi di bagi lah manusia ke dalam 2 golongan, orang-orang yang berkeluh kesah dan orang-orang yang sabar.
Orang yang tidak sabar mendapatkan dua musibah, hilangnya sesuatu yang dicintai yaitu adanya musibah tersebut dan hilangnya sesuatu yang lebih besar dari hal pertama, yaitu pahala dengan menunaikan perintah Allah yaitu bersabar, akhirnya dia memperoleh kerugian dan kehampaan serta kekurangan iman, yang ada padanya juga kehilangan kesabaran dan rasa syukur, namun yang ia dapatkan hanyalah kemurkaan yang menunjukkan bahwa banyaknya kekurangan.
Adapun orang yang diberi Taufik oleh Allah dengan kesabaran ketika terjadinya musibah, ia akan menahan diri dari mencaci maki baik secara lisan maupun perbuatan. Ia hanya mengharap pahala di sisi Allah dan ia tahu bahwa kesabarannya lebih besar daripada musibah yang menimpa dirinya, bahkan musibah itu menjadi sebuah kenikmatan tersendiri bagi dirinya. Karena musibah itu menjadi Jalan untuknya dalam memperoleh sesuatu yang lebih baik baginya dan lebih bermanfaat dari musibah itu. Sesungguhnya ia telah menunaikan perintah Allah untuk bersabar yang akhirnya ia memperoleh pahala.
Oleh karena itu, Allah berfirman, “Dan berikanlah berita gembira bagi orang-orang yang bersabar,” maksudnya, kabarkanlah berita gembira bahwa mereka akan mendapat pahala mereka tanpa batas. Orang-orang yang bersabar adalah mereka yang berhasil dengan kabar gembira yang agung dan pemberian yang besar, kemudian Allah menjelaskan tentang mereka dengan firman-Nya.
•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ
“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم