بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Daurah Umsaeed Jum’at Pagi
🎙️ Ustadz Abu Tsabit Hari Susanto 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱.
🗓️ Messaied, 13 Rabi’ul awal 1445 / 29 September 2023



Tafakur – Siapakah Kita?

Tafakur termasuk ibadah yang agung. Allâh ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Adzariyat ayat 21:

وَفِيْٓ اَنْفُسِكُمْ ۗ اَفَلَا تُبْصِرُوْنَ

dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?

Siapakah kita? Tentu sebagian besar kita akan menjawab Hamba Allah. Dan ini tidak salah…

Perkataan khalifah Umar bin Abdul Aziz rahimahullah sangatlah relevan dalam hal ini, yaitu:

رَحِمَ اللهُ امرءاً عَرَفَ قَدْرَ نَفْسِهِ

“Semoga Allah Merahmati seseorang yang mengetahui kapasitas dirinya”

Seseorang yang mengetahui kadar dirinya, tidak akan bersikap sombong, menyayangi orang lain dan menghormati mereka. Dia akan sadar, ada yang lebih besar dan tinggi darinya.

Kalau dia tahu statusnya sebagai hamba, maka ia akan tahu tanggung jawabnya terhadap Tuhanya. Kalau dia sebagai kepala keluarga, dia akan sadar akan tanggung jawab terhadap keluarganya, kalo dia sebagai pekerja, dia akan paham akan tanggung jawabnya, dan seterusnya…

Hadits dhaif dengan makna yang benar:

“Tafakkuruu fii khalqiLlahi wa laa tafakkaruu fiiLlahi, berpikirlah kamu tentang ciptaan Allah, dan janganlah kamu berpikir tentang Dzat Allah.”

Rasulullah ﷺ menghendaki kita, kaum muslimin, untuk punya budaya tafakur yang akan bisa mengantarkan kita kepada kemajuan, kemanfaatan, kebaikan, ketaatan, keimanan, dan ketundukan kepada Allah Ta’ala.

Kenapa Kita Dilarang Tafakur Mengenai Dzat Allâh ﷻ?

1. Kita tidak akan sanggup menjangkau kadar keagunganNya.

Dzat Allah terhalang oleh tirai sifat-sifat-Nya, dan sifat-sifat-Nya terhalang oleh tirai karya-karya-Nya. Bagaimana kamu bisa membayangkan keindahan Dzat yang ditutupi dengan sifat-sifat kesempurnaan dan diselimunti oleh sifat-sifat keagungan dan kebesaran.

2. Kita akan terjerumus dalam kesesatan dan kebinasan.

Memberlakukan hukum Sang Khalik terhadap makhluk ini adalah sikap ghulluw (berlebihan). Dan akan terjerumus ke dalam kelompok yang menyimpang.

Manfaat Tafakur

1. Menguatkan dan menambah iman seseorang.
2. Akan mengetahui betapa luasnya kekuasaan Allâh ﷻ.
3. Betapa butuhnya makhluk kepada Allâh ﷻ.
4. Mengetahui betapa besar hak Allâh ﷻ terhadap makhluk-Nya.
5. Bertafakur sesungguhnya ibadah kepada Allâh ﷻ.

Kembali ke pertanyaan awal: siapakah kita?

Kita adalah hamba Allâh ﷻ dan Dia lah yang menciptakan kita. Tidak seperti halnya pemikiran kaum atheist.

Kalau kita pikir pembuatan robot, tentu akan akan berdecak kagum, dan manusia lebih kompleks daripada robot.

Allâh ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an:

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ وَالَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ

Al-Baqarah ayat 21. Wahai manusia! Sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang yang sebelum kamu, agar kamu bertakwa.

Dalam ayat ini Allâh ﷻ menjelaskan penciptaan manusia adalah agar manusia menyembah Allâh ﷻ dan bertakwa kepada-Nya.

اَللّٰهُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ ثُمَّ رَزَقَكُمْ ثُمَّ يُمِيْتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيْكُمْۗ هَلْ مِنْ شُرَكَاۤىِٕكُمْ مَّنْ يَّفْعَلُ مِنْ ذٰلِكُمْ مِّنْ شَيْءٍۗ سُبْحٰنَهٗ وَتَعٰلٰى عَمَّا يُشْرِكُوْنَ

Ar-Rum ayat 40. Allah yang menciptakan kamu, kemudian memberimu rezeki, lalu mematikanmu, kemudian menghidupkanmu (kembali). Adakah di antara mereka yang kamu sekutukan dengan Allah itu yang dapat berbuat sesuatu yang demikian itu? Mahasuci Dia dan Mahatinggi dari apa yang mereka persekutukan.

Dalam ayat ini juga ditegaskan agar manusia tidak menyekutukan Allâh ﷻ, karena Dengan sifat rububiyah Allâh ﷻ, Dia lah yang menghidupkan dan mematikan serta memberi rezeki kepada manusia.

Dan ini merupakan dalil bahwasanya manusia adalah makhluk yang fana, hanya dengan kasih sayang Allâh ﷻ setelah lahir manusia diberi rezeki secara otomatis.

Dalam ayat lainnya:

۞ اَللّٰهُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِنْۢ بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِنْۢ بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفًا وَّشَيْبَةً ۗيَخْلُقُ مَا يَشَاۤءُۚ وَهُوَ الْعَلِيْمُ الْقَدِيْرُ

Ar-Rum ayat 54: Allah-lah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) setelah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) setelah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dan Dia Maha Mengetahui, Mahakuasa.

Ayat ini menunjukkan sisi kelemahan manusia yang Allâh ﷻ ciptakan dalam beberapa fase, karenanya sangat tidak pantas atas sikap kesombongan manusia atas penciptaan Allâh ﷻ.

Dalam surat An-Nahl ayat 70:

وَٱللَّهُ خَلَقَكُمْ ثُمَّ يَتَوَفَّىٰكُمْ ۚ وَمِنكُم مَّن يُرَدُّ إِلَىٰٓ أَرْذَلِ ٱلْعُمُرِ لِكَىْ لَا يَعْلَمَ بَعْدَ عِلْمٍ شَيْـًٔا ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ قَدِيرٌ

Allah menciptakan kamu, kemudian mewafatkan kamu; dan di antara kamu ada yang dikembalikan kepada umur yang paling lemah (pikun), supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang pernah diketahuinya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.

Dalam surat Al Mukminun ayat 78:

وَهُوَ الَّذِيْٓ اَنْشَاَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْاَبْصَارَ وَالْاَفْـِٕدَةَۗ قَلِيْلًا مَّا تَشْكُرُوْنَ

78. Dan Dialah yang telah menciptakan bagimu pendengaran, penglihatan dan hati nurani, tetapi sedikit sekali kamu bersyukur.

Ayat-Ayat dalam Al-Qur’an banyak menjelaskan tentang penciptaan manusia. Diantaranya:

1. Awal penciptaan dari تُرَابٍ (tanah) 

اِنَّ مَثَلَ عِيْسٰى عِنْدَ اللّٰهِ كَمَثَلِ اٰدَمَ ۗ خَلَقَهٗ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ قَالَ لَهٗ كُنْ فَيَكُوْنُ

Ali Imran ayat 59. Sesungguhnya perumpamaan (penciptaan) Isa bagi Allah, seperti (penciptaan) Adam. Dia menciptakannya dari tanah, kemudian Dia berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka jadilah sesuatu itu.

Dalam surat Ghafir ayat 67:

هُوَ الَّذِىۡ خَلَقَكُمۡ مِّنۡ تُرَابٍ ثُمَّ مِنۡ نُّطۡفَةٍ ثُمَّ مِنۡ عَلَقَةٍ ثُمَّ يُخۡرِجُكُمۡ طِفۡلًا ثُمَّ لِتَبۡلُغُوۡۤا اَشُدَّكُمۡ ثُمَّ لِتَكُوۡنُوۡا شُيُوۡخًا ؕ وَمِنۡكُمۡ مَّنۡ يُّتَوَفّٰى مِنۡ قَبۡلُ وَلِتَبۡلُغُوۡۤا اَجَلًا مُّسَمًّى وَّلَعَلَّكُمۡ تَعۡقِلُوۡنَ

Dialah yang menciptakanmu dari tanah, kemudian dari setetes mani, lalu dari segumpal darah, kemudian kamu dilahirkan sebagai seorang anak, kemudian dibiarkan kamu sampai dewasa, lalu menjadi tua. Tetapi di antara kamu ada yang dimatikan sebelum itu. (Kami perbuat demikian) agar kamu sampai kepada kurun waktu yang ditentukan, agar kamu mengerti.

2. Dari طِيْنٍ لَّازِبٍ (Tanah liat)

فَاسْتَفْتِهِمْ اَهُمْ اَشَدُّ خَلْقًا اَمْ مَّنْ خَلَقْنَا ۗاِنَّا خَلَقْنٰهُمْ مِّنْ طِيْنٍ لَّازِبٍ

As-Saffat Ayat 11. Maka tanyakanlah kepada mereka (musyrik Mekah), “Apakah penciptaan mereka yang lebih sulit ataukah apa yang telah Kami ciptakan itu?” Sesungguhnya Kami telah menciptakan mereka dari tanah liat.

3. Tanah liat kering :

وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ مِنْ صَلْصَالٍ مِّنْ حَمَاٍ مَّسْنُوْنٍۚ

Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering dari lumpur hitam yang diberi bentuk. (Al-Hijr ayat 26)

4. Dari saripati tanah dan prosesnya :

Dalam QS. Al-Mu’minun : 12-14 :

(12) Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. (13)Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).

(14) Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.”

Sifat-sifat Negatif Manusia

Setelah Allâh ﷻ menjelaskan proses penciptaan manusia dengan sangat jelas, kemudian Allâh ﷻ menyematkan sifat-sifat negatif pada jiwa mereka, kalau bukan karena ilmu dan iman, maka sifat-sifat negatif itu akan tetap melekat pada manusia, antara lain :

1. Dhaif – Lemah

Baik lemah fisik maupun mental. Allâh ﷻ berfirman:

يُرِيْدُ اللّٰهُ اَنْ يُّخَفِّفَ عَنْكُمْ ۚ وَخُلِقَ الْاِنْسَانُ ضَعِيْفًا

An-Nisa ayat 28. Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, karena manusia diciptakan (bersifat) lemah.

Berkaitan dengan frasa “wa khuliqal insānu dha’īfā”, sementara manusia diciptakan dalam kondisi lemah, maksudnya adalah lelaki lemah terhadap godaan perempuan atau lemah dapat dipengaruhi hawa nafsu sehingga melakukan penyimpangan.

2. Dhalim dan kufur

Allâh ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Ibrahim ayat 34:

إِنَّ ٱلْإِنسَٰنَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ

Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).

Maksudnya sifat ini merupakan tabiat manusia, di mana dia berbuat zhalim dan nekad melakukan maksiat-maksiat, lalai dalam memenuhi hak-hak Allah, sering mengingkari nikmat-nikmat Allah, tida mensyukurinya, tidak mengakuinya, kecuali orang-orang yang diberi hidayah oleh Allah, hingga mau bersyukur atas nikmat-nikmatNya, dan menyadari hak Rabbnya (atas dirinya) dan menjalankannya. (Tafsir As-Sa’di Rahimahullah).

3. Tergesa-gesa

Allâh ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Isra ayat 11:

وَيَدْعُ الْاِنْسَانُ بِالشَّرِّ دُعَاۤءَهٗ بِالْخَيْرِۗ وَكَانَ الْاِنْسَانُ عَجُوْلًا

Dan Manusia (seringkali) berdoa untuk kejahatan sebagaimana (biasanya) dia berdoa untuk kebaikan. Dan memang manusia bersifat tergesa-gesa.

Inilah salah satu bentuk kebodohan manusia dan sifatnya yang terburu-buru. Dia tergesa-gesa untuk berdoa bagi dirinya, anak dan hartanya dengan doa keburukan tatkala dia marah, sebagaimana dia (juga) bersegera dalam berdoa meminta kebaikan. Akan tetapi, Allah dengan sifat kelembutanNYa kepada para hamba, hanya mengabulkan doa kebaikan dan tidak mengabulkan doa keburukannya. (Tafsir As-Sa’di Rahimahullah).

4. Sifat Bakhil

Allâh ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an:

قُلْ لَوْ أَنْتُمْ تَمْلِكُونَ خَزَائِنَ رَحْمَةِ رَبِّي إِذًا لَأَمْسَكْتُمْ خَشْيَةَ الْإِنْفَاقِ وَكَانَ الْإِنْسَانُ قَتُورًا

Katakanlah (Muhammad), “Sekiranya kamu menguasai perbendaharaan rahmat Tuhanku, niscaya (perbendaharaan) itu kamu tahan, karena takut membelanjakannya.” Dan manusia itu memang sangatlah kikir. – (Q.S Al-Isra: 100)

“Katakanlah, ‘Kalau seandainya kamu menguasai perbendaharaan-perbendaharaan rahmat Rabbku,” yang tidak akan pernah habis dan tidak musnah “niscaya perbendaharaan itu kamu tahan karena takut membelanjakannya,” maksudnya, takut harta yang kamu keluarkan darinya akan habis. Namun, manusia tercipta dengan tabiat bakhil dan kikir. (Tafsir As-Sa’di Rahimahullah).

5. Suka Membantah

Allâh ﷻ Al-Kahfi ayat 54:

وَلَقَدْ صَرَّفْنَا فِيْ هٰذَا الْقُرْاٰنِ لِلنَّاسِ مِنْ كُلِّ مَثَلٍۗ وَكَانَ الْاِنْسَانُ اَكْثَرَ شَيْءٍ جَدَلًا

Dan sesungguhnya Kami telah menjelaskan berulang-ulang kepada manusia dalam Al-Qur’an ini dengan bermacam-macam perumpamaan. Tetapi manusia adalah memang yang paling banyak membantah.

6. Suka Berkeluh kesah

Baik dalam keadaan senang maupun susah.

QS. Al-Ma’arij Ayat 19-21:

اِنَّ الۡاِنۡسَانَ خُلِقَ هَلُوۡعًا ۙ‏

Sungguh, manusia diciptakan bersifat suka mengeluh.

إِذَا مَسَّهُ ٱلشَّرُّ جَزُوعًا

Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah,

وَإِذَا مَسَّهُ ٱلْخَيْرُ مَنُوعًا

Dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir,

7. Suka melampaui batas.

Allâh ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-‘Alaq Ayat 6:

كَلَّآ إِنَّ ٱلْإِنسَٰنَ لَيَطْغَىٰٓ

Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas,

Tapi manusia karena kebodohan dan kezhalimannya bila melihat dirinya kaya, ia bertindak melampaui batas dan berbuat keji, sombong terhadap petunjuk dan lupa bahwa kepada Rabbnyalah ia “kembali” dan tidak takut akan pembalasan. Bahkan sampai pada kondisi meninggalkan petunjuk dan menyerukan orang lain untuk meninggalkannya, lalu melarang shalat yang merupakan amalan iman terbaik. (Tafsir As-Sa’di Rahimahullah).

Manusia adalah makhluk yang fakir di hadapan Allâh ﷻ, maka tunjukkan rasa butuh kita kepada Allâh ﷻ. Allâh ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Fathir ayat 15:

۞ يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اَنْتُمُ الْفُقَرَاۤءُ اِلَى اللّٰهِ ۚوَاللّٰهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيْدُ

Wahai manusia! Kamulah yang memerlukan Allah; dan Allah Dialah Yang Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu), Maha Terpuji.

هٰٓاَنْتُمْ هٰٓؤُلَاۤءِ تُدْعَوْنَ لِتُنْفِقُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِۚ فَمِنْكُمْ مَّنْ يَّبْخَلُ ۚوَمَنْ يَّبْخَلْ فَاِنَّمَا يَبْخَلُ عَنْ نَّفْسِهٖ ۗوَاللّٰهُ الْغَنِيُّ وَاَنْتُمُ الْفُقَرَاۤءُ ۗ وَاِنْ تَتَوَلَّوْا يَسْتَبْدِلْ قَوْمًا غَيْرَكُمْۙ ثُمَّ لَا يَكُوْنُوْٓا اَمْثَالَكُمْ

Muhammad ayat 8. Ingatlah, kamu adalah orang-orang yang diajak untuk menginfakkan (hartamu) di jalan Allah. Lalu di antara kamu ada orang yang kikir, dan barangsiapa kikir maka sesungguhnya dia kikir terhadap dirinya sendiri. Dan Allah-lah Yang Mahakaya dan kamulah yang membutuhkan (karunia-Nya). Dan jika kamu berpaling (dari jalan yang benar) Dia akan menggantikan (kamu) dengan kaum yang lain, dan mereka tidak akan (durhaka) seperti kamu (ini).

Maka, jika Allâh ﷻ ingin menolongmu maka tolonglah Agama Allâh ﷻ,kita ini miskin dan Allâh ﷻ maha kaya!

Dalam sebuah hadits yang panjang, dari Abu Dzar Al-Ghifari radhiyallahu anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau meriwayatkan dari Allah ‘azza wa Jalla, sesungguhnya Allah telah berfirman:

“Wahai hamba-Ku, sesungguhnya Aku mengharamkan kezholiman atas diri-Ku dan Aku menjadikan kezholiman itu haram di antara kalian, maka janganlah kalian saling menzhalimi. Wahai hamba-Ku, kalian semua sesat kecuali orang yang telah Kami beri petunjuk, maka hendaklah kalian minta petunjuk kepada-Ku, pasti Aku memberinya.

Wahai hamba-Ku, kalian semua adalah orang yang lapar, kecuali orang yang Aku beri makan, maka hendaklah kalian minta makan kepada-Ku, pasti Aku memberinya. Wahai hamba-Ku, kalian semua asalnya telanjang, kecuali yang telah Aku beri pakaian, maka hendaklah kalian minta pakaian kepada-Ku, pasti Aku memberinya.

Wahai hamba-Ku, sesungguhnya kalian berbuat dosa di waktu siang dan malam, dan Aku mengampuni dosa-dosa itu semuanya, maka mintalah ampun kepada-Ku, pasti Aku mengampuni kalian.

Wahai hamba-Ku, sesungguhnya kalian tidak akan dapat membinasakan-Ku dan kalian tak akan dapat memberikan manfaat kepada-Ku. Wahai hamba-Ku, kalau orang-orang terdahulu dan yang terakhir di antara kalian, sekalian manusia dan jin, mereka itu bertaqwa seperti orang yang paling bertaqwa di antara kalian, tidak akan menambah kekuasaan-Ku sedikit pun. Jika orang-orang yang terdahulu dan yang terakhir di antara kalian, sekalian manusia dan jin, mereka itu berhati jahat seperti orang yang paling jahat di antara kalian, tidak akan mengurangi kekuasaan-Ku sedikit pun juga.

Wahai hamba-Ku, jika orang-orang terdahulu dan yang terakhir di antara kalian, sekalian manusia dan jin yang tinggal di bumi ini meminta kepada-Ku, lalu Aku memenuhi seluruh permintaan mereka, tidaklah hal itu mengurangi apa yang ada pada-Ku, kecuali sebagaimana sebatang jarum yang dimasukkan ke laut.

Wahai hamba-Ku, sesungguhnya inilah amal perbuatan kalian. Aku catat semuanya untuk kalian, kemudian Kami akan membalasnya.

Maka barang siapa yang mendapatkan kebaikan, hendaklah bersyukur kepada Allah dan barang siapa mendapatkan selain dari itu, maka janganlah sekali-kali ia menyalahkan kecuali dirinya sendiri”. (HR. Muslim no. 6737)

Mari kita manfaatkan usia yang terbatas, instrospeksi terhadap segala amalan kita yang akan diperhitungkan di akhirat kelak. Kita adalah manusia yang fakir, sangat butuh pertolongan Allâh ﷻ.