بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Kajian Sabtu – Barwa Village
Barwa Village, 19 Rabi’ul Akhir 1445 / 4 November 2023
Bersama Ustadz Syukron Khabiby, Lc M.Pd 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Kitab Al-Lu’lu wal Marjan – Muhammad Fu’ad Abdul Baqi
(Kumpulan hadits yang disepakati Bukhari Muslim)
عن عبد الله بن مسعود رضي الله عنه قال: سألت رسول الله صلى الله عليه وسلم أيُّ الذنب أعظم؟ قال: «أن تجعل لله نِدًّا، وهو خَلَقَكَ» قلت: ثم أَيُّ؟ قال: «ثم أن تقتل ولدك خَشْيَةَ أن يأكل معك» قلت: ثم أَيُّ؟ قال: «ثم أن تُزَانِي حَلِيْلَةَ جَارِكَ».
Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu’anhuma berkata: “Aku bertanya kepada Nabi tentang dosa apakah yang terbesar di sisi Allah?” Nabi ﷺ menjawab: “Jika mempersekutukan Allah, padahal Dia-lah yang menciptakanmu.” Aku bertanya lagi: “Lalu apa lagi?” Jawab Nabi ﷺ “Jika engkau membunuh anakmu karena khawatir dia makan bersamamu (khawatir tidak mampu memberi makan).” Aku bertanya lagi: “Kemudian apa lagi?” Nabi ﷺ menjawab: “Berzina dengan isteri tetanggamu.”
(Dikeluarkan oleh Bukhari pada Kitab ke-65, Kitab Tafsir pada tafsir surat Al-Baqarah, bab ke-3, bab firman Allah: “Karena itu janganlah kalian mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.” )
Syirik adalah menyamakan selain Allah dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Rububiyyah dan Uluhiyyah serta Asma dan Sifat-Nya.
Perbuatan syirik selalu dianggap enteng oleh kaum muslimin. Banyak yang menganggap ini hal yang ringan.
Padahal nabi-nabi terdahulu saling berwasiat untuk menjauhi syirik. Allâh ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah Ayat 133:
أَمْ كُنْتُمْ شُهَدَاءَ إِذْ حَضَرَ يَعْقُوبَ الْمَوْتُ إِذْ قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعْبُدُونَ مِنْ بَعْدِي قَالُوا نَعْبُدُ إِلَٰهَكَ وَإِلَٰهَ آبَائِكَ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِلَٰهًا وَاحِدًا وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ
Adakah kamu hadir ketika Ya’qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab: “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya”.
Padahal syirik adalah kesesatan yang nyata. Allâh ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat An-Nisa ayat 116:
اِنَّ اللّٰهَ لَا يَغْفِرُ اَنْ يُّشْرَكَ بِهٖ وَيَغْفِرُ مَا دُوْنَ ذٰلِكَ لِمَنْ يَّشَاۤءُ ۗ وَمَنْ يُّشْرِكْ بِاللّٰهِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلٰلًا ۢ بَعِيْدًا
Allah tidak akan mengampuni dosa syirik (mempersekutukan Allah dengan sesuatu), dan Dia mengampuni dosa selain itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sungguh, dia telah tersesat jauh sekali.
Kaum muslimin terjebak dalam perbuatan syirik dengan alasan tawasul (perantara orang yang sudah meninggal), padahal tawasul yang diperbolehkan adalah dengan menggunakan amalan shalih.
Dalam sebuah hadits qudsi, Allah Ta’ala berfirman:
يا عبادي ! كلكم جائعٌ إلا من أطعمتُه . فاستطعموني أُطعمكم . يا عبادي ! كلكم عارٍ إلا من كسوتُه . فاستكسوني أكْسُكُم
“Wahai hamba-Ku, kalian semua kelaparan, kecuali orang yang aku berikan makan. Maka mintalah makan kepadaku, niscaya aku akan berikan. Wahai hamba-Ku, kalian semua tidak berpakaian, kecuali yang aku berikan pakaian, Maka mintalah pakaian kepada-Ku, niscaya akan aku berikan” (HR. Muslim no. 2577).
Maka kita diperintahkan Allâh ﷻ untuk selalu berdo’a agar terjauh dari syirik (riya) :
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ
“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.
Tentang Perawi: Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu’anhuma
Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu’anhuma (bahasa Arab: عبدالله بن مسعود, lahir 596 wafat 653) adalah sahabat Muhammad dan orang keenam yang masuk Islam setelah Muhammad mengawali dakwah di Mekah. Abdullah adalah sahabat Muhammad ﷺ yang mempunyai ukuran badan kecil. Ia juga disebut sebagai sahabat nabi yang bersahabat dengan sandal Muhammad ﷺ.
Keutamaan Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu’anhuma:
Dosa-dosa terbesar di sisi Allâh ﷻ:
Syirik adalah Anda menjadikan suatu tandingan (sekutu) bagi Allah, padahal Dia-lah yang menciptakan Anda, dan Anda menyembah selain-Nya berupa batu, pohon, bulan, nabi, syaikh, jin, bintang, malaikat, atau semacam itu.
Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa di bawah syirik, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.” (QS. An Nisa’: 48).
إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ ۖوَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ
“Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun.” (QS. Al-Maidah: 72)
إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
“Sesungguhnya mempersukutkan Allah (syirik) adalah benar-benar kezaliman yang besar.” (QS. Luqman: 13)
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Jabir bin Abdillah radhiallahu’anhu, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
مَن مات لا يشركُ باللهِ شيئًا دخل الجنةَ ، ومَن مات يشركُ باللهِ شيئًا دخل النارَ
“Barangsiapa yang mati, tanpa berbuat syirik kepada Allah sedikitpun, ia masuk surga. Barangsiapa yang mati dalam keadaan membawa dosa syirik, maka ia masuk neraka” (HR. Muslim no. 93).
Hadits ini menunjukkan ancaman neraka itu bagi orang yang mati dalam keadaan membawa dosa syirik.
Perkara darah seorang mukmin adalah perkara yang besar di sisi Allah ﷻ. Ini adalah bentuk menumpahkan darah orang yang tidak berdosa.
Membunuh seorang anak karena khawatir anak tersebut akan ikut makan bersama orang tuanya, artinya dengan alasan anak tersebut akan menjadi beban ekonomi orang tua, merupakan bentuk mengumpulkan suuzan (berburuk sangka) kepada Allah ﷻ. Seolah-olah Allah tidak mampu memberikan rezeki kepada makhluk ciptaan-Nya.
Padahal, Allah menyebutkan di dalam Al-Qurān,
وَلَا تَقْتُلُوا أَوْلَادَكُمْ خَشْيَةَ إِمْلَاقٍ نَحْنُ نَرْزُقُهُمْ وَإِيَّاكُمْ إِنَّ قَتْلَهُمْ كَانَ خِطْئًا كَبِيرًا
“Dan janganlah kalian membunuh anak-anak kalian karena khawatir kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezeki kepada mereka dan kepada kalian. Sesungguhnya membunuh mereka (anak-anak) adalah dosa yang besar.” (QS. Al-Isrā: 31)
وَالَّذِيْنَ لَا يَدْعُوْنَ مَعَ اللّٰهِ اِلٰهًا اٰخَرَ وَلَا يَقْتُلُوْنَ النَّفْسَ الَّتِيْ حَرَّمَ اللّٰهُ اِلَّا بِالْحَقِّ وَلَا يَزْنُوْنَۚ وَمَنْ يَّفْعَلْ ذٰلِكَ يَلْقَ اَثَامًا ۙ
dan orang-orang yang tidak mempersekutukan Allah dengan sembahan lain dan tidak membunuh orang yang diharamkan Allah kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina; dan barangsiapa melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat hukuman yang berat, (QS Al-Furqan ayat 68).
Maka, ini adalah fitrah yang sudah hilang, jika seseorang kemudian membunuh anaknya sendiri hanya karena takut kemiskinan.
Kalimat “أَنْ تُزَانِيَ حَلِيلَةَ جَارِكَ”, engkau berzina dengan istri tetanggamu, maksudnya adalah zina yang terjadi itu dari dua pihak sama-sama suka, artinya istri tetangga ini berzina atas kerelaan. Ini bentuk perzinaan yang sangat parah.
Ini terjadi biasanya terjadi karena adanya ikhtilat (campur baur laki-laki dan perempuan), karena zina itu bertingkat dan termasuk yang tingkat besar adalah berzina dengan isteri tetanggamu.
Berzina dengan istri tetangga termasuk dalam bentuk pengkhianatan pada tetangga. Padahal kita dilarang menyakiti tetangga. Abu Syuraih radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wassallam bersabda, “Demi Allah, tidak beriman. Demi Allah, tidak beriman. Demi Allah, tidak beriman. “Sahabat bertanya, “Siapa wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Yang tetangganya tidak aman dari keburukannya” (HR. Bukhari (no.6016)).
Termasuk dalam kategori yang perlu diperhatikan dalam menjaga pergaulan anak-anak kita, diawali dengan penggunaan internet sebagai pintu gerbang perbuatan maksiat.
•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ
“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم