1. Rela terhadap putusan Allah Subahanahu wata’aala dan bersabar dalam menerima segala ketentuan Allah Subahanahu wata’aala, beriman terhadap seluruh firman Allah Subahanahu wata’aala Subahanahu wata’aala dan beriman terhadap semua takdir Allah Subahanahu wata’aala baik yang bagus atau yang buruk, yang manis atau yang pahit. Allah Subahanahu wata’aala Subahanahu wata’aala mengetahui segala apa yang dikerjakan oleh hamba-Nya dan kemana mereka akan berakhir. Mereka tidak bisa lepas dari pemantauan ilmu Allah Subahanahu wata’aala, tiada suatu yang ada di bumi atau di langit kecuali telah diketahui oleh Allah Subahanahu wata’aala. Ketahuilah suatu yang ditakdirkan akan menimpamu tidak akan meleset darimu dan apa yang ditakdirkan tidak menimpamu, tidak akan menimpamu serta tidak ada pencipta selain Allah Subahanahu wata’aala Subahanahu wata’aala.
  2. Jumlah takbir shalat Jenazah empat kali sebagaimana pendapat Imam Malik bin Anas, Sufyan Ats Tsauri, Al Hasan bin Shalih49, Ahmad bin Hambal dan para ulama Ahli fikih karena pendapat itu lebih sesuai sabda Rasulullah Sholallohu’alaihi wasallam. 50
  3. Beriman bahwa setiap tetesan hujan disertai satu malaikat51 yang turun dari langit untuk meletakkan air hujan pada tempat yang telah diperintahkan oleh Allah Subahanahu wata’aala Subahanahu wata’aala.
  4. Beriman bahwa Nabi mengajak bicara kepada kaum musyrikin yang telah meninggal yang dilempar ke sumur dalam perang Badar dan mereka mendengar pembicaraan itu.52
  5. Beriman bahwa orang yang sakit diberi pahala oleh Allah Subahanahu wata’aala karena sakit yang dideritanya.53
  6. Orang yang mati Syahid mendapat pahala sebagai balasan dari kematian di medan perang.
  7. Beriman bahwa anak-anak kecil ketika tertimpa musibah di dunia merasakan kesakitan, karena Bakar anak saudari Abdul Wahid54 menyangka tidak merasakan kesakitan dan ia telah berdusta.
  8. Ketahuilah bahwa tidak seorangpun masuk Surga kecuali dengan rahmat Allah Subahanahu wata’aala subahanahu wata’aala, dan tidaklah Dia menyiksa seorangpun melainkan karena dosa-dosanya. Jika seandainya Allah Subahanahu wata’aala menyiksa semua penghuni langit dan bumi baik yang shalih atau yang buruk, maka ia telah menyiksa mereka tanpa dzalim kepada mereka, tidak bisa dikatakan Allah Subahanahu wata’aala Subahanahu wata’aala berlaku dzalim. Sebab seorang bisa disebut dzalim bila mengambil sesuatu yang bukan menjadi miliknya sementara semua makhluk dan putusan menjadi milik-Nya, makhluk yang ada adalah makhluk-Nya dan kampung dunia adalah kepunyaan-Nya, Ia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat bahkan merekalah yang akan ditanya, maka tidak boleh ditanyakan kepada Allah Subahanahu wata’aala kenapa dan bagaimana? Tidak ada seorangpun yang mampu mempengaruhi antara hubungan Allah Subahanahu wata’aala dengan makhluk-Nya.
  9. Jika anda mendengar orang yang menghujat atsar, tidak mau menerimanya atau mengingkari sebagai khabar yang datang dari Rasulullah Sholallohu’alaihi wasallam maka jadikanlah ia tertuduh dalam Islam sebab ia seorang yang buruk pendapat dan madzhab, dan bahwasanya ia menghujat Rasul Sholallohu’alaihi wasallam dan para sahabatnya, dikarenakan kita mengenal Rasulullah Sholallohu’alaihi wasallam, mengenal Al-Qur’an, mengenal kebaikan dan keburukan, dan mengenal dunia dan akhirat dengan atsar tersebut.55
  10. Sesungguhnya Al-Qur’an lebih butuh kepada Sunnah daripada Sunnah kepada Al-Qur’an.56
  11. Berbicara tanpa dasar, berbantah-bantahan dan beradu argumentasi terutama dalam masalah takdir menurut semua firqah dilarang keras sebab masalah takdir merupakan rahasia Allah Subahanahu wata’aala dan Rabb telah melarang para Nabi berbicara soal takdir serta Rasulullah Sholallohu’alaihi wasallam juga melarang berbantah-bantahan dalam masalah takdir. Begitu pula para sahabat Nabi, Tabi’in, para ulama sunnah dan Ahli wara’ sangat membenci setiap pembicaraan ma salah takdir dan melarang berbantah-bantahan dalam perkara takdir. Maka cukuplah bagimu bersikap tunduk patuh, menetapkan dan beriman serta menyakini apa yang telah diucapkan Rasulullah Sholallohu’alaihi wasallam segala perkara dan mendiamkan selain perkara itu.
  12. Beriman bahwa Rasulullah telah diangkat ke langit hingga sampai ke ‘Arsy lalu berbicara dengan Allah Subahanahu wata’aala Subahanahu wata’aala, masuk Surga, menengok ke Neraka, melihat para malaikat, mendengar pembicaraan Allah Subahanahu wata’aala, bertemu dengan para Nabi dan melihat payungan ‘Arsy dan Kursyi serta beliau juga melihat seluruh apa yang ada di langit dan di bumi. Beliau melakukan Isra’ dalam keadaan terjaga dan sadar,dibawa oleh malaikat Jibril dengan kendaraan Buraq hingga mengelilingi seluruh langit dan beliau mendapat perintah shalat pada malam itu dan kembali ke Mekkah pada malam itu juga sementara peristiwa itu terjadi sebelum hijrah.57
  13. Ketahuilah Ruh para Syuhada58 terletak di dalam lampu-lampu yang bergelantungan di bawah ‘Arsy59 dan dibiarkan lepas di Surga. Ruh orang mukmin di bawah Arsy dan ruh orang kafir serta orang jahat di Barahut60 yaitu di Sijjin.
  14. Beriman bahwa mayyit didudukkan di alam kubur lalu Allah Subahanahu wata’aala mengirimkan dua malaikat Munkar dan Nakir untuk mengajukan pertanyaan tentang keimanan dan syariat-syariatnya, kemudian ruhnya dilepas lagi, kemudian ruhnya di lepas tanpa merasakan kesakitan. Sang mayyit dapat mengenali orang yang menziarahinya,61 orang mukmin mendapatkan nikmat dan orang jahat akan memperoleh adzab sebagaimana yang dikehendaki Allah Subahanahu wata’aala.
  15. Ketahuilah sesungguhnya …….. 62 dengan qada’ dan qadar Allah Subahanahu wata’aala.
  16. Beriman bahwa Allah Subahanahu wata’aala telah mengajak bicara Musa bin ‘Imran ketika berada di gunung Thur, Musa mendengar dari Allah Subahanahu wata’aala pembicaraan dengan suara, dan suara yang sampai ke telinga beliau berasal dari Allah Subahanahu wata’aala Subahanahu wata’aala bukan dari selain-Nya. Barangsiapa berpendapat selain di atas maka ia telah kafir kepada Allah Subahanahu wata’aala Yang Maha Agung.
  17. Akal itu terlahir, setiap manusia diberi akal sesuai apa yang dikehendaki Allah Subahanahu wata’aala Subahanahu wata’aala. Masing-masing orang memiliki kadar kemampuan akal berbeda-beda seperti perbedaan molekul yang berada di langit. Maka wajib bagi setiap manusia untuk beramal sesuai kadar kemampuan akal yang dimiliki. Akal didapat bukan dari usaha manusia namun karunia dari Allah Subahanahu wata’aala Subahanahu wata’aala.
  18. Ketahuilah, sesungguhnya Allah Subahanahu wata’aala Subahanahu wata’aala memberi karunia kepada hamba-Nya berbeda-beda dalam masalah keduniaan dan agama sebagai bentuk sikap keadilan Allah Subahanahu wata’aala. Tidak boleh dikatakan bahwa Allah Subahanahu wata’aala bersikap dzalim atau curang dalam memberi karunia tersebut. Barangsiapa mengatakan bahwa Allah Subahanahu wata’aala memberikan karunia secara sama rata kepada orang mukmin dan kafir ia termasuk Ahli bid’ah, bahkan Allah Subahanahu wata’aala telah mengutamakan orang-orang mukmin di atas orang-orang kafir, orang Ahli yang taat di atas Ahli maksiat dan orang yang terpelihara di atas orang yang terhina sebagai bentuk sikap adil dan karunia Allah Subahanahu wata’aala, dan Allah Subahanahu wata’aala memberi karunia kepada siapa saja yang dikehendaki dan menghalangi dari siapa saja yang la kehendaki.
  19. Dilarang menyembunyikan nasihat untuk kaum Muslimin dalam perkara agama, baik kepada yang shalih atau yang jahat. Barangsiapa menyembunyikan nasihat maka ia telah menipu kaum Muslimin dan siapa yang menipu kaum Muslimin berarti telah menipu agama, dan siapa yang menipu agama sungguh ia telah mengkhianati Allah Subahanahu wata’aala Subahanahu wata’aala, Rasul-Nya dan orang-orang beriman.
  20. Allah Subahanahu wata’aala Subahanahu wata’aala adalah Dzat Yang Maha Mendengar, Maha Melihat dan Maha Mengetahui, kedua tangan- Nya terbuka lebar, sebelum makhluk diciptakan Allah Subahanahu wata’aala telah mengetahui bahwa mereka akan bermaksiat. llmu Allah Subahanahu wata’aala pasti terlaksana pada mereka dan ilmu-Nya tidak menghalangi untuk memberikan petunjuk kepada mereka untuk menerima Islam bahkan Allah Subahanahu wata’aala memberikan mereka hidayah tersebut sebagai bentuk pemberian, keutamaan dan karunia maka segala puji hanya milik- Nya.

________________________________________________

  1. Al Hamadany, terpercaya, seorang ahli fikih, ahli ibadah tertuduh Tasyayu’ meninggal tahun 169. (lihat taqrib hal. 239 dan Siyar A’lamin Nubala’ (7/361)
  2. Sebagaimana hadits dari Abu Hurairah Radhiyallohu’anhu bahwa Rasulullah Sholallohu’alaihi wasallam mengumumkan kematian Najasyi ketika beliau meninggal dunia dan nabi melakukan shalat jenazah untuk beliau bersama kaum Muslimin, beliau meluruskan shaf dan bertakbir empat kali. (H.R Bukhari dalam kitab janaiz, bab At takbir ala janaiz Arba’an (3/202 lihat Fathul Bari) dan Muslim dalam kitab Al Janaiz, bab At Takbir alal Janaiz (951). Boleh shalat jenazah dengan sembilan kali takbir karena terdapat hadits yang menunjukkan hal itu. Dan keterangan secara detail anda bisa membaca kitab “Majmu” (5/211) Nawawi, “Syarhus Sunnah” (5/341) Baghawai, Subulus salam (2/143) As Shan’ani, Zadul Ma’ad (1/508-509) dan Ahkamul Janaiz Albani (Hal.111-114).
  3. Ini adalah perkataan Al Hakam bin Utaibah dan Al Hasan Al Bashry: “Adapun perkataan Al Hakam dikeluarkan oleh At Thabariy dalam tafsirnya (14/19)dan Abu Syaikh dalam kitab Al A’dzamah, (493) dengan sanad yang hasan. Dan Hasan Al Bashry dikeluarkan oleh Abu Syaikh dalam kitab “AlAdzamah” (761) dengan sanad yang hasan. Lihat kitab Al Bidayah wan Nihayah (1/14) Ibnu Katsir Ad Durul Manshur As Suyuthi.
  4. Sebagaimana dalam Sahih Muslim dalam Kitabul Jannah Wa Sifatu-na’imiha, bab Ardu Maq’adil Mayyit Minal Jannah Au An Nar Alaih (2874) dari hadits Anas bin Malik bahwa Rasulullah Sholallohu’alaihi wasallam membiarkan bangkai orang-orang musyrik pada perang Badar kemudian beliau mendatangi mereka dan berdiri menghadap mereka lalu memanggil mereka: “Wahai Abu Jahal bin Hisyam, Wahai Umayyah bin Khalaf, Wahai ‘Utbah bin Rabi’ah, Wahai Syaibah bin Rabi’ah, bukankah kalian sudah mendapati apa yang telah dijanjikan Allah Subahanahu wata’aala kepada kalian! Sesungguhnya aku benar-benar telah mendapati apa yang telah dijanjikan Allah Subahanahu wata’aala kepadaku.” Maka Umar mendengar ucapan Rasulullah sholallohu’alaihi wasallam dan berkata: “Wahai Rasulullah, bagaimana mereka bisa mendengar dan menjawabnya sementara mereka sudah membangkai?” Beliau bersabda: “Demi Dzat Yang jiwaku ada di tangan-Nya! Kalian tidak lebih mendengar ucapanku daripada mereka akan tetapi mereka tidak mampu menjawabnya.” Kemudian bangkai mereka dikumpulkan lalu dilempar ke dalam sumur Badar.
  5. Sebagaimana dalam Sahih Bukhari dalam kitab Al Mardho, bab Syiddatul Marad (10/110) Fathul Bari, dan Sahih Muslim dalam kitab Al Bir was Shilah, bab TSawabul Mukmin Fima Yushibuhu min maradl. (2571) dari hadits Abdullah berkata bahwa Rasulullah bersabda: “Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu musibah kecuali Allah Subahanahu wata’aala akan menghapus dengannya kesalahannya seperti daun gugur dari pohonnya.”
  6. Dalam teks asli anak saudari Abdul Wahhab dan ini jelas salah. Bakar termasuk tokoh ahli bid’ah. Lihat biografinya dalam kitab “Lisanul Mizan (2/60-61) dan dalam kitab “AlFashl’ Ibnu Hajm (3/157) dan telah keliru pentahqiq kitab “Al Fashl’ dalam biografinya. Dan lihat kitab “Maqlatul islamiyah Al Asy’ary (Hal.286)
  7. Imam Ahmad berkata: “Barangsiapa menolak hadits Rasulullah dia berada dl pinggir jurang kehancuran. (Tabaqatul Hanabilah 2/15) dan Al-Ibanah Al Kubra Ibnu Baththah, 1/97)
  8. Makalah ini diriwayatkan dari Makhul As Syamy yang dikeluarkan oleh Al Khaththib dalam kitab “Al Kifayah” (Hal.14) Ibnu Abdul Barr dalam kitab “Jami’u Bayanil ‘Ilmi’ (2/191) dan Al Hazimi dalam kitab “An Nasikh wal mansukh (Hal. 25) dengan sanad yang sahih. Yahya bin Abu Katsir berkata: “Sunnah penghukum Al-Qur’an dan bukan yang menghukumi As sunnah. (Dikeluarkan oleh Ad darimiy dan Sunnannya (1/117) dan Ibnu Abdul Bar dalam Al Jami’ (2/191). Al Fadhl bin Ziyad berkata bahwa saya mendengar Abu Abdullah Ahmad bin Hambal ditanya tentang hadits yang menyatakan bahwa Sunnah menghakimi Al Kitab, maka beliau berkata: “Saya tidak suka dengan ungkapan bahwa sunnah menghakimi Al Kitab tetapi yang lebih baik dikatakan Sunnah menafsirkan dan menjelaskan Al- Kitab.” (disebutkan Ibnu Abdul bar dalam Al-Jaml’ (Hal.191/192). Inilah yang benar karena SESUAI dengan firman Allah Subahanahu wata’aala: “Dan Kami turunkan kepadamu Al-Qur’an agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka.” (An Nahl-44).
  9. Imam As Suyuthi memiliki buku sangat bagus yang membahas seputar peristiwa Isra’yang berjudul “Al Ayatul Kubra Fi Qishatil Isra”. Dan lihat Risalah Isra’wal Mi’raj karya Syaikh Muhammad Abu Syuhbah.
  10. Dalam teks asli berbunyi “Ruh para Suhada’ terletak di dalam tembolok burung hijau yang dilepas di Surga, dan bertengger di lampu-lampu yang berada di bawah ‘Arsy. Sebagaimana hadits yang terdapat dalam Sahih Muslim dalam kitab Imarah, bab Bayan anna Arwahas Syuhada’ Fil Jannah (1878) dari hadits Abdullah bin Mas’ud.
  11. Ibnu Qayyim secara panjang lebar menjelaskan masalah ini dalam kitab “AR Ruh” (Hal. 125-159) dan lihat “Ahwalul Qubur” Ibnu rajab (Hal.209-242)
  12. Sumur yang sangat dalam yang tidak bisa diselami kedalamannya, terdapat di daerah Hadramaut. Dan tidak benar bahwa Ruhnya orang-orang kafir berada di dalam sumur Barahut sebagaimana yang telah dijelaskan secara gamblang dalam kitab “Ar Ruh” oleh Ibnu Qayyim. (Hal.145-147). Dan dalam kitab “Ahwalul Qubur” Ibnu Rajab (255-263). Pendapat yang benar dan sesuai dengan dalil adalah pendapat yang menyatakan bahwa ruhnya orang-orang kafir berada di Sijjin.
  13. Ada beberapa hadits yang menegaskan bahwa mayyit bisa mengenali para penziarah ketika menziarahinya, merasa tenang dan tentram dengan kedatangan para penziarah namun tidak ada satupun riwayat yang sahih mengenai masalah tersebut. Lihat kitab Busyral Kaiib, As Suyuthi Tahqiq Syaikh Masyhur Hasan (Hal.87-89) dan Ahwalul Qubur Ibnu Rajab (Hal.184-192). Tahqiq Ustadz Muhammad Nidhamuddin.
  14. Suatu kata yang tidak bisa saya (pentahqiq) telusuri bacaannya.