1. Tha’mah bin Amr128 dan Sufyan bin Uyainah berkata: “Barangsiapa diam (tidak menilai mana yang lebih baik) antara Utsman dan Ali berarti ia pengikut Syi’ah, tidak bisa dianggap adil, tidak bisa diajak berbicara dan tidak bisa dijadikan teman duduk-duduk. Dan barangsiapa mengutamakan Ali daripada Utsman berarti ia termasuk dari kelompok Rafidhah dan mereka telah menolak atsar para sahabat Rasulullah.
  2. Barangsiapa mengutamakan tiga sahabat (Abu Bakar, Umar dan Utsman) di atas semua sahabat namun tetap mendoakan rahmat kepada semua para sahabat serta berdiam diri dari kekeliruan mereka maka ia berada di atas jalan yang istiqamah dan petunjuk dalam perkara ini.

  3. Termasuk bagian dari sunnah (aqidah), bahwa para sahabat sepuluh yang mendapat jaminan dari Rasulullah masuk surga, benar-benar mereka nanti berada dalam surga.
  4. Janganlah membaca shalawat untuk orang per orang kecuali hanya kepada Rasulullah dan keluarganya saja.129
  5. Ketahuilah bahwa Utsman terbunuh secara aniaya dan yang membunuh adalah orang yang dzalim.
  6. Barangsiapa mengakui dan beriman terhadap isi buku ini lalu menjadikan sebagai petunjuk hidup dan tidak ada kebimbangan sama sekali dalam menerima serta tidak mengingkari meskipun satu huruf saja berarti ia termasuk Ahli sunnah wal Jamaah secara sempurna dan perkara sunnah telah sempurna pada dirinya.
  7. Barangsiapa mengingkari satu huruf saja dari isi buku ini atau ragu-ragu atau bimbang atau tidak mengambil sikap, ia termasuk Ahli bid’ah.130

  8. Barangsiapa bersikap ingkar atau ragu-ragu terhadap satu huruf saja dari Al-Qur’an atau sebagian ajaran Rasulullah Sholallohu’alaihi wasallam maka nanti bertemu Allah Subahanahu wata’aala dalam keadaan sebagai orang yang mendustakan. Bertakwalah kepada Allah Subahanahu wata’aala, waspadalah dan jagalah imanmu.
  9. Termasuk bagian dari sunnah (aqidah) hendaklah anda tidak membantu orang untuk berbuat maksiat baik kepada seorang pemimpin atau orang biasa sebab tidak ada ketaatan kepada manusia dalam rangka bermaksiat kepada Allah Subahanahu wata’aala. Janganlah menampakkan kecintaan kepada setiap pelaku maksiat bahkan hendaklah anda membenci mereka dalam rangka mencari ridha Allah Subahanahu wata’aala.
  10. Beriman bahwa taubat berhukum wajib bagi setiap hamba dan hendaklah mereka bertaubat kepada Allah Subahanahu wata’aala dari dosa-dosa besar dan dosa-dosa kecil.
  11. Barangsiapa tidak menyaksikan kepastian masuk surga setiap orang yang disaksikan Rasulullah masuk surga maka ia termasuk Ahli bid’ah dan pelaku kesesatan sebab dia ragu terhadap apa yang telah disabdakan Rasulullah.
  12. Malik bin Anas berkata: “Barangsiapa tetap di atas sunnah dan tidak menghujat salah seorang sahabat Rasulullah lalu meninggal dunia maka ia bersama para Nabi, As Shiddiqin, As Syuhada’ dan orang-orang yang shalih meskipun ada beberapa kekurangan dalam amaliyah-nya.”
  13. Bisyr bin Harits131 berkata: “Al Islam adalah sunnah dan Sunnah adalah Islam.”132
    Fudhail bin Iyadh berkata: “Apabila aku sedang melihat salah seorang dari Ahli sunnah, seakan- akan aku sedang melihat salah seorang sahabat Rasulullah Sholallohu’alaihi wasallam dan ketika aku melihat salah seorang Ahli bid’ah seakan-akan aku sedang melihat salah seorang munafik.”
    Yunus bin Ubaid berkata: “Suatu perkara yang sangat menakjubkan adalah masih ada orang yang mau mengajak kepada sunnah namun lebih menakjubkan lagi masih ada orang yang memenuhi ajakan sunnah lalu menerimanya.”133
    Ibnu Aun ketika menjelang ajal tiba berkata: “Tetaplah kalian di atas sunnah dan waspadalah terhadap kebid’ahan hingga mati.”134
    Ahmad bin Hambal135 berkata: “Salah seorang sahabatku meninggal dunia lalu aku melihatnya dalam mimpi berkata: ‘Katakanlah kepada Abu Abdullah agar selalu berpegang teguh dengan sunnah sebab pertanyaan pertama kali yang ditanyakan oleh Allah Subahanahu wata’aala kepadaku adalah tentang sunnah.’ Abu Aliyah136 berkata: “Barangsiapa meninggal di atas Sunnah dia termasuk orang yang terpelihara lagi jujur.”
    Dikatakan bahwa berpegang teguh dengan sunnah merupakan jalan keselamatan.
    Sufyan Ats Tsauri berkata: “Barangsiapa pasang telinga untuk mendengarkan ucapan Ahli bid’ah berarti telah keluar dari perlindungan Allah Subahanahu wata’aala dan tergantung dengan kebid’ahan tersebut.”137
    Daud bin Abu Hindun138 berkata: “Allah Subahanahu wata’aala telah memberi wahyu kepada Musa bin Imran berbunyi: ‘Janganlah anda duduk-duduk dengan Ahli bid’ah dan jika anda duduk-duduk bersama mereka maka hatimu terpengaruh dengan ucapan mereka sehingga anda masuk ke dalam Neraka.’139
    Fudhail bin Iyadh berkata: “Barangsiapa duduk-duduk bersama Ahli bid’ah maka Allah Subahanahu wata’aala tidak memberikan hikmah kepadanya.”140 Fudhail bin Iyadh berkata: “Janganlah anda duduk-duduk bersama Ahli bid’ah sebab saya khawatir laknat Allah Subahanahu wata’aala turun kepadamu.”141 Fudhail bin Iyadh berkata: “Barangsiapa mencintai Ahli bid’ah, Allah Subahanahu wata’aala akan menghapus kebaikannya dan mengeluarkan cahaya Islam dari hatinya.”142 Fudhail bin Iyadh berkata: “Apabila anda sedang melihat seseorang sedang duduk-duduk bersama Ahli bid’ah maka lewatlah pada jalan lain.” 143
    Fudhail bin Iyadh berkata: “Barangsiapa mengagungkan Ahli bid’ah, dia telah membantu untuk menghancurkan Islam,144 barangsiapa tersenyum di hadapan Ahli bid’ah, dia telah meremehkan apa yang diturunkan oleh Allah Subahanahu wata’aala kepada Muhammad, dan barangsiapa menikahkan mahramnya dengan Ahli bid’ah dia telah memutuskan hubungan kerabatnya, dan barangsiapa menghantarkan jenazah Ahli bid’ah ia berada dalam kemurkaan Allah Subahanahu wata’aala hingga kembali pulang.”145
    Fudhail bin Iyadh berkata: “Saya masih mau makan bersama orang Yahudi dan Nashrani namun aku sangat benci makan bersama Ahli bid’ah dan saya sangat senang sekali bila di antara aku dengan Ahli bid’ah ada tembok pembatas yang terbuat dari besi.”146
    Fudhail bin Iyadh berkata: “Jika Allah Subahanahu wata’aala mengetahui ada seorang hamba membenci Ahli bid’ah, Allah Subahanahu wata’aala akan mengampuni dosa-dosanya meskipun amalnya sedikit.147 Tidak mungkin seorang Ahli sunnah berbasi-basi terhadap Ahli sunnah kecuali ada kemunafikan dalam hatinya.148 Siapa yang berpaling dari Ahli bid’ah Allah Subahanahu wata’aala akan memenuhi hatinya dengan keimanan, siapa yang mengusir dan menghardik Ahli bid’ah Allah Subahanahu wata’aala akan menjadikan keamanan pada hari goncangan yang sangat dahsyat (hari kiamat), dan siapa yang menghina Ahli bid’ah Allah Subahanahu wata’aala akan mengangkatnya seratus derajat dalam Surga. Dan janganlah sekali-kali anda menjadikan suatu kebid’ahan dalam agama Allah Subahanahu wata’aala.149

________________________________________________________

  1. Dia adalah Al Ja’fary Al Amiry Al Kufy, seorang yang jujur dan ahli ibadah dan dia memiliki beberapa komentar dalam AsSunnah, wafat tahun 169H. H. (AtTahdzib 5/13) dan Aljarh wa Tadil karya Ibnu Abu Hatim (4/496)
  2. Begitu juga membaca shalat untuk para nabi dan rasul. Lihat penjelasan masalah ini dalam Jalaul Afham, Ibnu Qayyim (Hal.345),Tafsir Ibnu Katsir (3/516-517), Fathul Bari (11/169) dan Al Qaulul Badi (81-87) As Sakhawi
  3. Lihat Penjelasan masalah ini dalam mukaddimah buku ini
  4. Dia adalah Bisyr bin Al Harits yang dikenal dengan Bisyr Al Hafi seorang imam, zuhud, dan wara’, wafat tahun 227 H. (Siyar 10l 469).
  5. Saya tidak menemukan asal usul atsar ini..
  6. Dikeluarkan oleh Abu Nu’aim dalam “Al Hilyah’ (3/21), Ibnu Baththah dalam “Al Ibanah Al Kubra” (20) dan Al Lalika’i dalam As Sunnah’ (21,22,23) dengan sanad yang hasan
  7. Saya tidak menemukan sumber atsar ini
  8. Dalam teks asli tertulis Abu Abdullah Ghulam Khalil
  9. Dia adalah Rufai’ bin Mihran, Abu Aliyah Ar Rayyahi, seorang imam terpercaya dan seorang ulama panutan, wafat tahun 90 H. {Siyar 4/207)
  10. Dikeluarkan oleh Abu Nu’aim dalam Hilyatul Auliya’ (VII/26), Ibnu Bathah dalam Al Ibanah Al-Kubra (444) dari Sufyan, lihat dalam Syiaru ‘Alamin nubala (VII/261).
  11. Dia adalah Al Qusyairy, Al Bashry, seorang imam dan hafidz yang terpercaya, wafat tahun 140 H. (Siyar 6/ 376)
  12. Dikeluarkan oleh Ibnu Wadhdhah dalam Al Bida'(Hal 49) dari Muhammad bin Aslam. Al Ajiri dalam “As Syari’ah” (Hal.57), Ibnu Baththah dalam “Al Ibanah Al Kubra” (556) dari Khushaif bin Abdurrahman Al Jazry, Al baihaqi dalam “As Syu’ab’ (7/60) dari Bisyr Al Harits
  13. Dikeluarkan oleh Al Lalikai dalam As Sunnah (263-1149), Ibnu Baththah dalam Al Ibanah Al Kubra (439) dan Al Baihaqi dalam “AsSyua’b (7/64)
  14. Dikeluarkan oleh Al Lalikai dalam As Sunnah (263-1149), Ibnu Baththah dalam Al Ibanah AlKubra(441-451) dengan sanad yang sahih.
  15. Dikeluarkan oleh Al Lalikai dalam As Sunnah (263-1149), Ibnu Baththah dalam Al Ibanah Al Kubra (441-451) dan Abu Nu’aim dalam “Al Hilyah’ (8/103) Ibnu Jauzi dalam Talbisul Iblis (Hal.16) dengan sanad yang shahih
  16. Dikeluarkan oleh Abu Nu’aim dalam “Al Hilyah’ (8/103), Ibnu Baththah (493) dan Ibnu Jauzi dalam Talbisul Iblis (Hal. 16) dengan sanad yang sahih.
  17. Ada sebuah hadits yang semakna dengan atsar ini namun lemah dan tidak bisa diterima sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Syaikh Al AlBani dalam Silsilah Dhaifah Nomor: 1862
  18. Dikeluarkan oleh Abu Nu’aim dalam “Al Hilyah’ (8/103), Ibnu Jauzii dalam Talbisul lblis (Hal. 16) hingga ucapan beliau “Berarti telah memutus hubungan kerabatnya” dengan sanad yang sahih. Namun ungkapan yang berbunyi: “Barangsiapa tersenyum….” Tidak ada.
  19. Dikeluarkan oleh Al Lalikai dalam As Sunnah (1149), Abu Nu’aim (8/103) dan Ibnu Baththah dalam Al Ibanah Al Kubra (470) dengan sanad yang sahih
  20. Dikeluarkan oleh Abu Nu’aim dalam ‘Al Hilyah” (8/103) dengan sanad yang sahih, di dalamnya, saya mengharapkan dia diampuni.
  21. Dikeluarkan oleh, Abu Nu’aim (8/104) dengan sanad yang sahih dan dikeluarkan oleh Ibnu Baththah dalam Al Ibanah Al Kubra (470) dengan Sanad yang bisa diterima.
  22. Saya tidak menemukan sumber atsar ini