- Ketahuilah kebid’ahan hanya tumbuh dan datang dari kaum puritan dan kerdil ilmu yang suka ikut- ikutan dan condong kemana saja angin bertiup. Barangsiapa memiliki prinsip seperti itu maka tidak ada agama baginya sebagaimana firman Allah Subahanahu wata’aala Subahanahu wata’aala:
- Ketahuilah masih selalu ada sekelompok manusia yang tetap konsis di atas kebenaran dan Sunnah, Allah Subahanahu wata’aala selalu memberi hidayah kepada mereka dan mereka menjadi pemberi cahaya hidayah bagi selain mereka dan penghidup sunnah, maka merekalah kelompok yang dikecualikan oleh Allah Subahanahu wata’aala dari firman-Nya:
- Ketahuilah semoga Allah Subahanahu wata’aala merahmatimu, bahwa ilmu itu bukan karena banyaknya riwayat dan buku, namun ulama adalah orang yang telah mampu mengikuti ilmu dan sunnah-sunnah meskipun hanya memiliki sedikit ilmu dan kitab. Barangsiapa yang menyelisihi Al Kitab dan As Sunnah maka ia termasuk Ahli bid’ah walaupun memiliki banyak ilmu dan kitab.
- Ketahuilah semoga Allah Subahanahu wata’aala merahmatimu sesungguhnya barangsiapa berbicara dalam masalah agama dengan ra’yu, qiyas atau takwil tanpa ada sandaran dari As Sunnah dan Al Jamaah maka ia telah berbicara tentang Allah Subahanahu wata’aala tanpa ilmu dan siapa yang berbicara tentang Allah Subahanahu wata’aala tanpa dasar ilmu berarti ia termasuk orang-orang yang memaksakan diri.
- Kebenaran adalah yang datang dari Allah Subahanahu wata’aala dan As Sunnah adalah sunnah Rasulullah, serta Jamaah adalah apa saja yang telah menjadi kesepakatan para sahabat Rasulullah pada masa khalifah Abu bakar, Umar dan Utsman Radhiyallohu’anhum.
- Barangsiapa yang mencukupkan diri dengan sunnah Rasulullah dan ajaran yang dipraktekkan oleh para sahabat serta selalu meniti di atas Al jamaah, pasli ia akan mampu mengalahkan seluruh Ahli bid’ah dan badan bisa istirahat serta agamanya selamat insya Allah Subahanahu wata’aala. Karena Rasulullah bersabda: “Umatku akan pecah. Lalu beliau menjelaskan bahwa yang selamat ialah: “Apa yang aku ada di atasnya pada hari ini bersama para sahabatku.”
- Ketahuilah bahwa ajaran agama yang murni terhitung sejak wafatnya Nabi hingga khalifah Utsman, dan setelah beliau terbunuh mulai muncul bibit firqah dan perpecahan sampai meletus persengketaan antara umat, sehingga barisan umat menjadi retak dan kebanyakan orang mengikuti hawa nafsu dan bid’ah serta condong kepada kehidupan dunia. Tidak seorang pun punya wewenang untuk mengada-ada ajaran yang tidak pernah dipraktekkan para sahabat Rasulullah atau mengajak kepada perkara bid’ah yang menjadi peninggalan para pendahulu Ahli bid’ah sebab usaha menghidupkan kembali kebid’ahan sama saja telah mengada ada perkara bid’ah dan berusaha untuk menolak As Sunnah, menyelisihi kebenaran dan jamaah, dan telah mempermudah gerak bid’ah sementara ia lebih berbahaya buat umat dari pada Iblis.
- Barangsiapa mengenali sunnah yang telah ditinggalkan Ahli bid’ah dan menyelisihi Ahli bid’ah serta berpegang teguh pada sunnah berarti ia termasuk pengikut Ahli sunnah wal jamaah. Itulah orang yang paling berhak menjadi panutan dan mendapat pembelaan karena ia termasuk golongan yang dipesan dalam wasiat Rasulullah untuk mendapat perhatian.
- Ketahuilah semoga Allah Subahanahu wata’aala merahmatimu, bahwa akar bid’ah ada empat lalu mengakar menjadi tujuh puluh dua firqah kemudian masing-masing firqah menebar pemikiran bid’ah hingga berkembang menjadi dua ribu delapan ratus kebid’ahan, seluruhnya sesat dan semuanya masuk Neraka kecuali satu yaitu Al Jamaah. Ia satu-satunya kelompok yang telah beriman terhadap isi Al Kitab lalu menyakini tanpa ada unsur keraguan dan bimbang dalam hatinya sehingga termasuk pengikut Sunnah dan berhak mendapat keselamatan insya Allah Subahanahu wata’aala.
- Ketahuilah semoga Allah Subahanahu wata’aala merahmatimu sesungguhnya seandainya orang-orang menahan diri dari segala kebid’ahan dan tidak melampaui sunnah dengan sesuatu apapun serta tidak melahirkan suatu pemikiran yang tidak didukung dengan atsar dari Rasulullah Sholallohu’alaihi wasallam dan para sahabatnya tentu tidak akan ada bid’ah.
- Ketahuilah semoga Allah Subahanahu wata’aala merahmatimu sesungguhnya tidak ada penghalang di antara seorang hamba yang beriman sehingga dia menjadi kafir kecuali ia mengingkari sebagian ajaran Allah Subahanahu wata’aala atau menambah atau mengurangi atau mengingkari sebagian ayat Allah Subahanahu wata’aala Subahanahu wata’aala atau sunnah Rasulullah Sholallohu’alaihi wasallam.
- Seluruh yang saya tuturkan dalam buku ini berasal dari Allah Subahanahu wata’aala Subahanahu wata’aala, Rasulullah Sholallohu’alaihi wasallam , para sahabat dan Tabi’in serta generasi abad ketiga hingga abad keempat.
- Jika telah muncul fitnah maka berdiamlah di tengah rumahmu dan menghindarlah dari keburukan fitnah. Waspadalah dari sikap ta’ashub sebab segala bentuk pertikaian antar kaum muslimin dalam urusan memperebutkan dunia adalah fitnah.
- Jangan sering-sering melihat (mempelajari) bintang kecuali hanya sekedar untuk mengetahui waktu shalat dan jauhilah untuk selain itu sebab terlalu sering menyaksikan bintang bisa mengarahkan kepada zindiq.
- Berhati-hatilah dari mempelajari ilmu kalam74 dan duduk-duduk dengan Ahli ilmu kalam.
- Berpegang teguhlah dengan atsar dan para pembela atsar dan jangan sekali-kali menjauhi mereka, maka bertanyalah kepada mereka, duduk-duduklah bersama mereka dan ambillah ilmu dari mereka.
- Ketahuilah bahwa tidak ada ibadah yang paling mulia dibanding rasa takut kepada Allah Subahanahu wata’aala dan cara untuk meraih rasa takut, selalu waspada, mudah sadar, dan menumbuhkan rasa malu adalah dari Allah Subahanahu wata’aala.
- Hendaklah kalian berhati-hati dari duduk-duduk bersama orang yang mengajak kepada ibadah dengan cara jatuh cinta dan merasa rindu kepada Allah Subahanahu wata’aala Subahanahu wata’aala atau beribadah dengan cara berkhalwat dengan wanita atau lewat jalan madzhab karena seluruhnya berada di atas kesesatan.
- Ketahuilah sesungguhnya Allah Subahanahu wata’aala Subahanahu wata’aala mengajak kepada seluruh makhluk agar beribadah kepada-Nya dan memberi hidayah Islam kepada siapa saja yang dikehendaki sebagai bentuk karunia.
- Anda harus menahan diri membicarakan tentang peperangan Ali dengan Mu’awiyah, Aisyah dengan Thalhah dan Zubair semoga Allah Subahanahu wata’aala merahmati mereka semua, serta orang-orang yang bersama mereka. Janganlah berdebat mengenai mereka dan serahkan urusan mereka kepada Allah Subahanahu wata’aala sebab Rasulullah bersabda: “Janganlah anda mengungkit-ungkit perkara sahabatku, besanku dan mertuaku75
“Maka mereka tidak berselisih melainkan sesudah datang kepada mereka pengetahuan karena kedengkian (yang ada) di antara mereka.” (Al Jaatsiyah: 17)
dan firman Allah Subahanahu wata’aala:
“Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keteranganyang nyata, karena dengki antara mereka sendiri.” (AI Baqarah: 213).
Mereka adalah ulama buruk, para pendulang kepentingan dan penyebar bid’ah.
“Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri” (Al Baqarah: 213).
Sehingga Allah Subahanahu wata’aala berfirman:
“Maka Allah Subahanahu wata’aala memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkan itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah Subahanahu wata’aala selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.” (Al Baqarah: 213)
Dan Rasulullah Sholallohu’alaihi wasallam bersabda:
“Akan senantiasa ada sekelompok orang dari umatku tetap teguh di atas kebenaran yang tidak dibahayakan oleh hinaan orang hingga datang perkara (kemenangan) Allah Subahanahu wata’aala dan mereka tetap teguh selamanya. “72
Itulah penjelasan dan pengobatan tuntas, perkara jelas dan menara penyinar yang terang. Dan Rasulullah bersabda:
“Waspadalah dari sikap memaksakan sesuatu dan waspadalah dari sikap berlebihan, dan berpeganglah dengan agamamu yang murni.”73
Bertakwalah semoga Allah Subahanahu wata’aala merahmatimu, jagalah dirimu dan waspadalah dari sikap ghuluw (berlebihan) dalam agama sebab kebenaran tidak diperoleh sedikitpun darinya.
Bertakwalah dan berusahalah, wahai hamba Allah Subahanahu wata’aala untuk selalu bersikap tunduk patuh, membenarkan, berserah diri dan menyerahkan perkara ghaib kepada Allah Subahanahu wata’aala serta rela menerima segala isi buku ini. Dan jangan sekali-kali menyembunyikan isi buku ini dari siapapun dari kaum muslimin, mudah-mudahan dengan perantara buku ini, Allah Subahanahu wata’aala menyadarkan orang yang sedang bimbang dan bingung, dan mengembalikan Ahli bid’ah atau orang sesat kepada sunnah agar selamat.
Bertakwalah kepada Allah Subahanahu wata’aala dan berpegang teguhlah dengan ajaran yang murni yang telah saya paparkan dalam buku ini. Semoga Allah Subahanahu wata’aala merahmati seorang hamba dan kedua orang tuanya yang telah membaca buku ini, menyebarkan, mengamalkan, mendakwahkan dan menjadikan hujjah untuk menegakkan kebenaran sebab demikian itu adalah agama Allah Subahanahu wata’aala dan agama Rasulullah.
Barangsiapa menghalalkan sesuatu hingga menyelisihi isi buku ini maka bukan termasuk bagian dari agama Allah Subahanahu wata’aala dan ajaran sedikitpun bahkan telah menolak seluruh ajaran agama. Apabila seseorang telah beriman terhadap semua kalamullah namun ragu terhadap satu huruf dari Al Kitab berarti ia telah menolak seluruh kalamullah dan bisa dianggap kafir.
Kesaksian seseorang terhadap LaailahaillAllah Subahanahu wata’aala tidak diterima kecuali muncul dari kejujuran niat dan keyakinan yang ikhlas. Allah Subahanahu wata’aala tidak menerima bila sebagian ajaran-Nya ditinggalkan maka barangsiapa meninggalkan sebagian sunnah berarti telah meninggalkan seluruh sunnah.
Biasakanlah sikap tunduk patuh dan hindarkanlah sikap suka membantah dan mendebat sebab demikian itu bukan bagian dari agama sedikitpun. Zamanmu khususnya adalah zaman fitnah maka bertakwalah kepada Allah Subahanahu wata’aala.
Bertakwalah kepada Allah Subahanahu wata’aala yang tiada sekutu bagi-Nya, janganlah keluar, ikut-ikutan, condong, mendukung dan ikut campur tangan dalam pertikaian tersebut.
Janganlah mencintai sedikitpun dari ajaran mereka sebab siapa yang mencintai sesuatu baik yang bagus atau buruk maka sama saja seperti mengamalkannya. Semoga Allah Subahanahu wata’aala memberi taufiq kepada kita dan menjauhkan kita dari maksiat.
Dan Nabi Sholallohu’alaihi wasallam juga bersabda:
“Sesungguhnya Allah Subahanahu wata’aala Tabaraka wa Ta ‘ala melihat Ahli Badar dan berfirman: ‘Berbuatlah sesuka hatimu sesungguhnya Aku telah mengampunimu.'”76‘
—————————————
- Hadits dikeluarkan oleh Muslim dalam kitab AlImarah, bab sabda nabi La Tazalau…. (1924) dari Uqbah bin Amir
- Atsar ini dari ucapan Abdullah Ibnu Mas’ud bukan dari Rasulullah yang telah dikeluarkan Abdurrazaq dalam Mushannafnya (10/252) dan Ad Darimy (1/50), Ibnu Nashr Al Marwazi dalam “As Sunnah (85), At Thabrani dalam “Al Kabir” (9/189), Al Lalika’i dalam As Sunnah’ (108), Al Baihaqi dalam “Al Madkhal’ (387-388) dan Ibnu Abdul Bar dalam Jami Bayanil Ilmi (1/152) serta Al Khaththib dalam “Al Faqih wal Mutafaqqih’ (l/’lJ). Dan ini adalah sahih
- Imam As Syafi’i Rahimahullah berkata: “Adalah seorang yang dicoba dengan seluruh dosa selain syirik lebih baik daripada dicoba dengan Ilmu Kalam.” (dikeluarkan oleh Ibnu Abu Hatim dalam Manaqib As Syafi’i (Hal.182), Abu Nu’aim dalam “Al Hilyah” (9/111), Ibnu Abdul Bar dalam Al Intlqa’ (Hal. 78) dan imam Ahmad berkata: “Para penuntut ilmu kalam tidak akan mendapatkan kesuksesan selama-lamanya dan ulama ilmu kalam adalah kaum zindiq.” (dikeluarkan oleh Ibnu Jauzi dalam Manaqib Ahmad (Hal.204). Imam Ahmad juga berkata: “Janganlah anda duduk-duduk bersama tokoh ilmu kalam meskipun mereka membelasunnah.” (dikeluarkan oleh Ibnu Baththah dalam Al Ibanah Al Kubra (3/421) dan Ibnu Jauzi dalam Al Manaqib (Hal.204-205) dan Ibnu Abu Ya’la menukil dalam kitab “Tabaqatul Hanabilah” (1/334)
- Saya tidak mendapatkan teks hadits seperti ini dan ada beberapa riwayat yang mirip dengan hadits ini, lihat dalam kitab “Kanzul ‘Ummal (11/ 529, 531, 523,541) namun tidak ada satupun yang sahih sebagaimana yang disebutkan dalam kitab Dhaiful Jami ‘Al Bani (1535,1536,1537). Dalam masalah ini kita cukup menggunakan hadits yang berbunyi: “Bila sahabatku disebut-sebut maka tahanlah dirimu.”
- Dikeluarkan oleh Bukhari dalam kitab Al Maghazi, bab Ghazwatul Fath (7/519, Fathul Ban) dan Muslim dalam kitab Fadhailus Sahabah bab Fadhail Ahlu Badr. (2494) dari hadits Ali bin Abu Thalib.