بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

𝕂𝕒𝕛𝕚𝕒𝕟 ℝ𝕒𝕓𝕦 𝕄𝕒𝕝𝕒𝕞
Penceramah: Abu Abdillah Nefri bin ‘Ali bin Muhammad Sa’id, Lc. 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Edisi: Rabu, 8 Jumadil Awwal 1445 / 23 November 2023


📸 Watch this video on Facebook
https://www.facebook.com/share/v/M4AfqcNxPZ7Nqm9V/?mibextid=HSR2mg


Iman Kepada Hari Berbangkit – Lanjutan

Beriman kepada hari akhir merupakan ibadah yang agung, idiologi yang bernilai amal ibadah (amal keyakinan). Keyakinan ini merupakan ibadah yang agung.

Siapa yang beriman kepada hari akhir tanpa keraguan maka dia akan beruntung, namun sebaliknya jika mendustakan maka akan merugi dan amalannya akan sia-sia.

Dalam surat Al-A’raf ayat 147:

وَالَّذِيْنَ كَذَّبُوْا بِاٰيٰتِنَا وَلِقَاۤءِ الْاٰخِرَةِ حَبِطَتْ اَعْمَالُهُمْۗ هَلْ يُجْزَوْنَ اِلَّا مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ

Dan orang-orang yang mendustakan tanda-tanda (kekuasaan) Kami dan (mendustakan) adanya pertemuan akhirat, sia-sialah amal mereka. Mereka diberi balasan sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.

Dalam masalah keyakinan, Ahlussunnah sepakat bahwa sumber hukum Islam adalah Al-Qur’an, sunnah dan ijmak para ulama. Dan jika muamalah ditambah dengan qiyas.

Dalam masalah aqidah, tidak berlaku qiyas, karena qiyas hanya dipakai dalam masalah-masalah yang konkrit atau nampak dan masalah kontemporer. Sedang aqidah adalah masalah ghaib yang tidak bisa dilihat dengan qiyas.

Cakupan iman kepada hari berbangkit ada tiga pokok:
1. Mengimani kejadian setelah kematian dan nikmat dan adzab di dalam kubur.
2. Tanda-tanda hari kiamat: kecil dan besar.
3. Mengimani proses hari berbangkit di padang mahsyar sampai masuknya manusia ke dalam surga atau neraka.

Surga dan Neraka

Memperajari surga dan neraka akan memberikan faedah:
1. Memberikan motivasi untuk berbuat baik dan dorongan untuk meninggalkan kedzaliman atau kemaksiatan. Karena semua amalan akan dihisab sesuai dengan kadarnya. Allâh ﷻ berfirman dalam Surat az-Zalzalah Ayat 7-8:

فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُۥ

Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.

وَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُۥ

Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.

2. Sebagai hiburan bagi orang-orang yang beriman. Dari Anas bin Malik radhiallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

يُؤتَى بأنْعَم أهل الدنيا مِنْ أهل النار فيُصْبَغُ في النارِ صَبْغَةً ثم يُقَال: يا ابنَ آدمَ هل رأيتَ خيراً قطُّ هل مَرَّ بكَ نعيمٌ قط؟ فيقولُ لا والله يا ربِّ، ويؤْتَى بأشَدِّ الناسِ بؤساً في الدنيا مِنْ أهل الجنة فيصبغُ صبغةً في الجنة فيقال: يا ابن آدمَ هل رأيتَ بؤساً قط؟ هل مَرَّ بك من شدة قط؟ فيقولُ: لا والله يا ربِّ ما رأيتُ بؤساً ولا مرّ بِي مِنْ شدةٍ قَطُّ

“Didatangkan penduduk neraka yang paling banyak nikmatnya di dunia pada hari kiamat. Lalu ia dicelupkan ke neraka dengan sekali celupan. Kemudian dikatakan kepadanya, ‘Wahai anak Adam, apakah engkau pernah merasakan kebaikan sedikit saja? Apakah engkau pernah merasakan kenikmatan sedikit saja?’ Ia mengatakan, ‘Tidak, demi Allah, wahai Rabb-ku.” Didatangkan pula penduduk surga yang paling sengsara di dunia. Kemudian ia dicelupkan ke dalam surga dengan sekali celupan. Kemudian dikatakan kepadanya, ‘Wahai anak Adam, apakah engkau pernah merasakan keburukan sekali saja? Apakah engkau pernah merasakan kesulitan sekali saja?’ Ia menjawab, ‘Tidak, demi Allah, wahai Rabb-ku! Aku tidak pernah merasakan keburukan sama sekali dan aku tidak pernah melihatnya tidak pula mengalamminya” (HR. Muslim no. 2807).

Ketahuilah, bahwa sukses yang sebenarnya adalah apa yang didefinisikan oleh Allah dalam Alquran.

Apakah itu? Yaitu firman Allah ta’ala:

فَمَن زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ

Dan barang siapa yang diselamatkan dari api Neraka dan dimasukkan ke dalam Surga, maka sungguh dia telah SUKSES. Dan kehidupan dunia itu hanyalah kesenangan yang menipu” (QS. Ali Imron: 185)

Setelah perjalanan yang amat Panjang, semua manusia dan jin akan berlabuh di dua tempat nan abadi. Dua negeri kekekalan yang sudah Allâh ﷻ ciptakan untuk hamba-hambaNya nan terpuji. Tiada negeri ketiga. Pilihanya hanya dua, surga negeri penuh kenikmatan, taman-taman kebahagiaan, tempat istirahat yang sempurna dan abadi, yang membuat penderitaan dunia menjadi tak berarti, satu kali celupan masuk surga membuat seluruh kesedihan dan penderitaan dunia seakan tak pernah terjadi. Dengan tambahan melihat wajah Allâh ﷻ Yang Amat Indah dan Mulia, yang merupakan puncak dari segala nikmat yang ada.

Ataukah di negeri pancaroba yang penuh derita dan segala macam azab, kesusahan dan malapetaka yang membuat satu kali celupan ke neraka, membuat lupa semua kenikmatan dunia yang pernah ada. Surga adalah negeri penuh kenikmatan yang abadi, yang Allâh ﷻ ciptakan untuk hamba-hamba-Nya yang beriman dan beramal sholeh sesuai tuntunan para nabi, disanalah negeri kita yang asli, tidak ada lagi kesulitan, kesedihan, rasa capek dan takutan, setiap detiknya adalah kenikmatan.

Dunia ini bukanlah negeri yang abadi, kenikmatannya tidak sempurna, kita hadir disini adalah sebagai ujian yang sudah Allâh ﷻ tetapkan dengan hikmah-Nya.

Sungguh indah syair yang disampaikan oleh Abu Bakar Muhammad bin Walid Al-Turtusyi Al-Malik Rahimahullah:

Sungguh Allâh ﷻ memiliki hamba-hamba yang cerdas
Mereka meninggalkan dunia karena takut fitnah
Mereka renungkan dunia maka mereka sadar bahwa dunia ini bukanlah negeri keabadian
Mereka jadikan dunia ini sebagai sampan
Dan mereka berbuat amal shalih di dunia sebagai perahu yang menghantarkan mereka ke dalam surga

💡 Iman kepada surga dan neraka mencakup tiga hal:
1. Keduanya benar-benar adanya tanpa keraguan.
2. Surga dan neraka keduanya adalah makhluk yang diciptakan.
3. Surga dan neraka Allâh ﷻ jadikan kekal dan tidak fana.

Imam Hafizh bin Ahmad bin Ali Al-Hakami Rahimahullah (w. 1377 H) berkata dalam manzhumah-nya Ma’aariju Al-Qabul:

Neraka dan Surga adalah benar adanya, keduanya telah ada saat ini dan keduanya tidak fana

Keduanya kekal dan abadi karena Allah yang membuat keduanya kekal
Keduanya tidak akan rusak selamanya, dan tidak pula fana penduduk keduanya

Pertama : Surga dan Neraka benar adanya tanpa ada keraguan.

Surga hanya diperuntukkan bagi seorang muslim yang beriman dan beramal shaleh. Neraka diperuntukkan untuk orang kafir, munafiq, atheis dan yang semisal mereka, serta ahli maksiat, orang yang sombong, kasar lagi keras permusuhannya.

Dalil-dalil yang menujukkan adanya surga sangat banyak didalam Al-Quran dan As-Sunnah yang shahih, serta kesepakatan para ulama As-Salafu As-Shaleh dari zaman ke zaman. Allâh ﷻ berfirman:

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ وَالَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ

21. Wahai manusia! Sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang yang sebelum kamu, agar kamu bertakwa.

الَّذِيْ جَعَلَ لَكُمُ الْاَرْضَ فِرَاشًا وَّالسَّمَاۤءَ بِنَاۤءً ۖوَّاَنْزَلَ مِنَ السَّمَاۤءِ مَاۤءً فَاَخْرَجَ بِهٖ مِنَ الثَّمَرٰتِ رِزْقًا لَّكُمْ ۚ فَلَا تَجْعَلُوْا لِلّٰهِ اَنْدَادًا وَّاَنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ

22. (Dialah) yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dialah yang menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia hasilkan dengan (hujan) itu buah-buahan sebagai rezeki untukmu. Karena itu janganlah kamu mengadakan tandingan-tandingan bagi Allah, padahal kamu mengetahui. (QS. Al-Baqarah: 21-22)

وَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِيْٓ اُعِدَّتْ لِلْكٰفِرِيْنَ ۚ

“Dan peliharalah dirimu dari api neraka, yang disediakan untuk orang-orang yang kafir”. (QS. Ali ‘Imran: 131)

Allâh ﷻ berfirman اُعِدَّتْ لِلْكٰفِرِيْنَ (Disediakan untuk orang-orang kafir) merupakan dalil bahwa neraka sudah ada, ini merupakan Fi’il Madhi (Bahasa Arab: فعل ماضي) adalah kata kerja yang menunjukkan peristiwa di masa lalu.

Kata اُعِدَّتْ merupakan bina majhul (telah disediakan) yang maknanya telah ada. Demikian juga untuk surga dengan makna yang sama, pada kata اُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِيْنَۙ. Lihat ayat berikutnya:

۞ وَسَارِعُوْٓا اِلٰى مَغْفِرَةٍ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمٰوٰتُ وَالْاَرْضُۙ اُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِيْنَۙ

133. Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa,

Dari ‘Ubadah bin Shamit Radhiyallahu’anhu, Rasulullah ﷺ bersabda: “Siapa saja yang bersaksi bahwa tiada ilaah yang berhak diibadahi kecuali Allah, tiada sekutu bagi-Nya, dan dia bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, Isa puta Maryam adalah hamba dan utusa-Nya, kalimat dan ruh-Nya yang di berikan kepada Maryam, surga itu benar (haq), neraka itu benar adanya, maka Allah akan masukkan dia ke surga-Nya dengan amal apa saja yang dia punya”.

Dalam riwayat lain ada tambahan: “Dari pintu surga yang delapan sesuai yang dia kehendaki”. (HR. Bukhari (no. 3435).

Kedua: Meyakini bahwa Surga dan Neraka telah diciptakan oleh Allâh ﷻ

Dari Sahabat ‘Imran bun Husain Radhiyallahu’anhu, Rasulullah ﷺ bersabda: “Maka aku melihat kedalam surga dan kebanyakan penghuninya para fuqara (fakir maskin), dan aku melihat ke neraka dan kebanyakan penghuninya adalah para wanita”. (HR. Bukhari (no. 3241).

Dari Sahabat Abdullah bin Abbas Radhiyallahu’anhuma, Rasulullah ﷺ shalat dengan bacaan dan ruku yang Panjang ketika terjadi salah satu gerhana, ketika telah selesai beliau bersabda : “Matahari dan bulan adalah dua ayat dari tanda-tanda kebesaran Allah, redupnya cahaya [gerhana] keduanya bukan petanda kematian seseorang, bukan pula kehidupan seseorang. Jika kalian melihat gerhana maka bersegeralah mengingat Allah.

“Para sahabat bertanya; “Wahai Rasulullah, kami melihatmu dalam khutbah memetik sesuatu, kemudian engkau terhenti? Rasulullah ﷺ menjawab: “Sungguh aku tadi melihat surga. Aku berupaya untuk meraih setandan buah-buahan di dalamnya. Andai aku berhasil mengambilnya, kalian akan memakannya sehinnga tidak butuh lagi makanan dunia. Dan aku diperlihatkan neraka, belum pernah aku melihat pemandangan yang lebih mengerikan seperti itu. Dan aku melihat kebanyakan penghuninya adalah para wanita”.

“Para sahabat bertanya, “Apa sebab [mereka para wanita] nya demikian wahai Rasulullah? Beliau menjawab; “Sebab kekufuran mereka”.

Para sahabat bertanya lagi, “Apakah mereka kufur kepada Allah? Rasulullah ﷺ menjawab; “Mereka kufur terhadap suami mereka, dan kufur terhadap kebaikan suami mereka. Apabila kalian [para suami] berbuat baik kepada salah seorang istri sepanjang waktu, lalu istri melihat sesuatu yang kurang baik darimu, dia akan berkata; “Aku tidak pernah melihat kebaikanmu sama sekali”. (HR. Bukhari (no. 1052).

Ketiga: Surga dan Neraka bersama penghuninya dikekalkan oleh Allâh ﷻ

Allâh ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat At-Taubah ayat 100:

وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

“Dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar”. (QS. At-Taubah: 100).

Demikian juga neraka dan azab nya dikekalkan berserta penghuniya dari orangorang kafir, musyrik dan munafiq ‘itiqadi.

Allâh ﷻ berfirman; “Dan sekali-kali mereka tidak akan keluar dari api neraka”. (QS. Al-Baqarah: 167)

Surga Dalam Berita

Jika selama ini kita hobi dan disibukkan mendengar, membaca informasi dunia dalam berita, yang tak jarang dihiasi kabar yang tak pasti, maka wajib kiranya kita mengenal tentang surga dalam berita kampung halaman alsi yang dirindukan bagi jiwa-jiwa yang terpuji.

Surga (Al-Jannah) secara bahasa berarti kebun (Al-Bustan) yang terdapat didalamnya pohon-pohon yang rindang, kurma-kurma dan anggur yang segar. Orang arab biasa menyebut pohon kurma dengan Al-Jannah.

Surga dalam bahasa Al-Quran dan Hadits sering diugkapkan dengan kata “Al-Jannah”, artinya adalah negeri keabaadian yang Allâh ﷻ telah sediakan untuk hambahamba-Nya yang beriman dan beramal shaleh. Negeri penuh dengan kenikmatan yang tiada tara, tempat istirahat terkahir bagi hamba-hamba yang berhati mulia, pelipur kesedihan dari prahara dunia.

Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah pernah ditanya: “Wahai imam, kapankah waktu istirahat itu?” Beliau jawab: “(istirahat yang sesungguhnya ialah) pada saat engkau pertama kali menginjakkan kakimu di dalam Surga.”

Tingkatan Surga

Surga dan neraka memiliki tingkatan. Tingkatan surga arahnya ke atas (darajat) sedangkan neraka arahnya ke bawah (darakat).

Dari sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu’anhuma, Rasulullah ﷺ bersabda: “Sungguh surga itu ada 100 tingkatan, yang Allah persiapkan untuk para Mujahid dijalan-Nya. Jarak antara dua surga yang berdekatan sejauh jarak langit dan bumi. Jika kalian meminta kepada Allah, maka mintalah surga Firdaus, karena itulah surga yang paling tengah dan paling tinggi, di atasnya terdapat ‘Arsy Ar-Rahman, dari surga Firdaus itu sungai-sungai surga dialirkan”. (HR. Bukhari (no. 2790, 7423).

Karenanya mintalah surga Firdaus, karena kita sedang meminta kepada Dzat yang Maha memberi.

Dari ‘Atha’ bin Yasar dari Sa’id Al-Khudri Radhiyallahu’anhu, Rasulullah ﷺ bersabda: “Sungguh penduduk surga bisa saling melihat dengan penduduk surga yang tingkatannya lebih tinggi, sebagaimana mereka melihat bintang yang terang dilangit, memancarkan cahaya di ufuk timur atau barat. Karena penduduk surga itu bertingkat-tingkat.

Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah tingkatan surga yang paling tinggi itu adalah tempatnya Para Nabi dan tidak digapai selain mereka? Rasulullah ﷺ menjawab: “[tidak demikian]

Demi Allah yang jiwaku berada ditanganNya, itu adalah tempat orang-orang yang beriman dengan keimanan yang benar kepada Allah dan mereka membenarkan ajaran para Rasul”. HR. Bukhari (no. 3256) Muslim (no. 2831)

Bangunan Surga

Allâh ﷻ berfirman :

لٰكِنِ الَّذِيْنَ اتَّقَوْا رَبَّهُمْ لَهُمْ غُرَفٌ مِّنْ فَوْقِهَا غُرَفٌ مَّبْنِيَّةٌ ۙتَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُ ەۗ وَعْدَ اللّٰهِ ۗ لَا يُخْلِفُ اللّٰهُ الْمِيْعَادَ

Tetapi orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya, mereka mendapat kamar-kamar (di surga), di atasnya terdapat pula kamar-kamar yang dibangun (bertingkat-tingkat), yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. (Itulah) janji Allah. Allah tidak akan memungkiri janji(-Nya). (QS Az-Zumar ayat 20).

Kedua surga itu (kelihatan) hijau tua warnanya. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Di dalam kedua surga itu ada dua buah mata air yang memancar. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Di dalam keduanya (ada macam-macam) buah-buahan dan kurma serta delima”. (QS. ArRahman: 64-68)

Dari Anas bin Malik Radhiyallahu’anhu, Rasulullah ﷺ bersabda: “Aku masuk ke dalam surga, maka aku melihat bangunannya dari emas”. (HR. Ahmad (no. 12983) Abu Nu’aim dalam Sifatu Al-Jannah 2/251 (no. 414).

Makanan Penghuni Surga

Makanan, minuman dan segala bentuk kesenangan surga Allâh ﷻ hanya sama dalam penamaan namun hakikatnya jauh berbeda.

Allâh ﷻ berfirman: “(Apakah) perumpamaan (penghuni) jannah yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tiada berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tidak berubah rasanya, sungai-sungai dari khamar yang lezat rasanya bagi peminumnya dan sungai-sungai dari madu yang disaring; dan mereka memperoleh di dalamnya segala macam buah-buahan dan ampunan dari Rabb mereka”. (QS. Muhammad: 15)

Maa syaa Allah, berbagai macam minuman yang Allâh ﷻ sediakan untuk penduduk surga. Sungai susu, madu dan arak. Allâh ﷻ menjelaskan bahwa aroma nya enak dan rasanya pun tidak berobah. Walaupun nama nya sama dan maksudnya difahami, namun sifat dan hakikat tentu berbeda. Susu segar didunia, jika dibiarkan tanpa pendingin maka akan mudah rusak dan berbau. Berbeda dengan sungai susu di surga rasanya tidak akan berubah selama-lamanya.

Demikian juga arak, walaupun nama sama, namun hakikatnya berbeda. Minum arak (tuak, miras) di dunia membuat akal hilang, baunya busuk, membuat orang tidak sadarkan diri, bahkan yang lebih parah dari itu peminum khamar didunia rela berbuat anarkis, pertengkaran, dan pembunuhan. Hukumnya di haramkan syariat dan membuat pelakunya terhina di dunia dan akhirat. Bahkan khamar dunia merupakan induk dari segala macam keburukan.

Dari Abdullah bin Umar Radhiallahu’anhuma, Rasulullah ﷺ bersabda: “Siapa yang minum khamar di dunia, kemudian tidak bertobat, maka akan diharamkan dari khamar surga”. (HR. Bukhari (no. 5575).

Fisik dan Usia Penduduk Surga

Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah ﷺ menjelaskan fisik ahli surga, beliau bersabda:
Allah menciptakan Adam dengan rupa seperti dia, panjangnya 60 zira’, setiap orang yang masuk surga seperti bentuk fisik Adam, maka senantiasa berkurang ukuran fisik makhluk setelah Adam sampai sekarang”. (HR. Bukahri (no. 6277) Muslim (no. 2834). 1 Ziraa’ sekitar 64 cm).

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu, Rasulullah ﷺ bersabda: “Sungguh golongan yang pertama masuk surga wajah mereka seperti bulan purnama, kemudian setelahnya seperti bintang yang bercahaya di langit pada malam yang terang, mereka tidak kencing, tidak buang air besar, tidak meludah dan tidak mengeluarkan dahak, sisir mereka dari emas, sendawa mereka berbau kesturi… Istri-istri mereka adalah para Bidadari yang belia, mereka semuanya memiliki satu hati”. (HR. Bukhari (no. 3327) Muslim (no. 2834)

Allâh ﷻ berfirman : “Sesungguhnya penghuni surga pada hari itu bersenang-senang dalam kesibukan (mereka)”. (QS. Yasin: 55)

Kesibukan mereka adalah melayani wanita-wanita mereka yang masih perawan.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah ﷺ : “Wahai Rasulullah, apakah kami akan bertemu dengan istri-istri kami di surga kelak?” Rasulullah ﷺ menjawab: “Sungguh seorang lelaki dalam sehari diberi kemampuan berhubungan badan dengan 100 bidadari”.

HR. At-Thabrani 2/68 (no. 795) dalam Mu’jam As-Shaghir 922 Tafsir Ibnu Katsir 6/582. Ifitidhaadu Al-Abkaar, dalam bahasa arab, maksudnya adalah kesibukan memecahkan keperawanan para istri atau bidadari surga yang muda belia. Wallahu A’lam.

Penduduk surga tidak tidur, karena tidur adalah saudara kematian.

Dari Jabir bin Abdillah Radhiyallahu’anhu, seseorang bertanya kepada Nabi ﷺ, “Apakah penduduk surga tidur?” Rasulullah ﷺ bersabda: “Tidur adalah saudara kematian, dan penghuni surga tidak tidur dan tidak wafat”.

Bidadari Surga

Nikmat yang Allâh ﷻ telah sediakan bagi hamba-hamba yang beriman, dilengkapi dengan kahadiran pasangan hidup yang sangat sempurna dan tidak memiliki kekurangan. Yang hakikat bidadari itu tidak bisa di bayangkan, cukup kita Imani informasi wahyu.

Allâh ﷻ berfirman: “Mereka di dalamnya mempunyai isteri-isteri yang suci, dan Kami masukkan mereka ke tempat yang teduh lagi nyaman”. (QS. An-Nisa: 57)

Berkata Imam Mujahid Rahimahullah: “Sifat bidadari surga bersih dari kencing, tidak haidh, tidak berdahak, tidak meludah, tidak mengeluarkan air mani dan tidak melahirkan”. (Tafsir Ibnu Katsir).

Dari Anas bin Malik Radhiyallahu’anhu, Rasulullah ﷺ bersabda: “Andaikan seorang wanita dari bidadari surga muncul ke dunia, maka langit dan bumi akan menjadi bersinar, penuh dengan aroma yang sangat wangi. Dan kerudung bidadari itu lebih baik dari dunia dan isinya”. (HR. Bukhari (no. 6568).

Bahkan disebutkan dalam atsar, bahwa suami memeluk istrinya dari bidadari selama 70 tahun tidak membuat ia bosan. Wallahu a’lam.

Melihat Wajah Allâh ﷻ.

Tambahan kenikmatan yang terbesar adalah melihat wajah Allâh ﷻ. Penghuni surga akan melihat Rabb mereka, tak mungkin mereka ragu hingga lemah dalam melihat Rabb mereka. Mereka melihat Rabb mereka seperti melihat bulan pada malam purnama.

Inilah sebagaimana disebutkan dalam ayat,

وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَاضِرَةٌ ,إِلَىٰ رَبِّهَا نَاظِرَةٌ

Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. Kepada Rabbnyalah mereka melihat.” (QS. Al-Qiyamah: 22-23)

Juga dalam firman Allah,

۞ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا الْحُسْنَىٰ وَزِيَادَةٌ ۖ

Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya.” (QS. Yunus: 26). Yang dimaksud al-husna adala surga, sedangkan az-ziyadah adalah melihat wajah Allah pada hari kiamat. Demikian disebutkan oleh pakar tafsir, lihat Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim karya Ibnu Katsir.

Shuhaib bin Sinan radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا دَخَلَ أَهْلُ الْجَنَّةِ الْجَنَّةَ قَالَ يَقُولُ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى تُرِيدُونَ شَيْئًا أَزِيدُكُمْ فَيَقُولُونَ أَلَمْ تُبَيِّضْ وُجُوهَنَا أَلَمْ تُدْخِلْنَا الْجَنَّةَ وَتُنَجِّنَا مِنْ النَّارِ قَالَ فَيَكْشِفُ الْحِجَابَ فَمَا أُعْطُوا شَيْئًا أَحَبَّ إِلَيْهِمْ مِنْ النَّظَرِ إِلَى رَبِّهِمْ عَزَّ وَجَلَّ حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ عَنْ حَمَّادِ بْنِ سَلَمَةَ بِهَذَا الْإِسْنَادِ وَزَادَ ثُمَّ تَلَا هَذِهِ الْآيَةَ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا الْحُسْنَى وَزِيَادَةٌ

“Jika penghuni surga telah masuk surga, Allah Ta’ala berfirman, (yang artinya) “Apakah kalian (wahai penghuni surga) menginginkan sesuatu sebagai tambahan (dari kenikmatan surga)?” Maka mereka menjawab, “Bukankah Engkau telah memutihkan wajah-wajah kami? Bukankah Engkau telah memasukkan kami ke dalam surga dan menyelamatkan kami dari (azab) neraka?” Maka (pada waktu itu) Allah membuka hijab (yang menutupi wajah-Nya Yang Mahamulia), dan penghuni surga tidak pernah mendapatkan suatu (kenikmatan) yang lebih mereka sukai daripada melihat (wajah) Allah ‘azza wa jalla.” Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca ayat tersebut di atas (Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya). (HR. Muslim, no. 181)

Do’a Memohon Melihat Wajah Allâh ﷻ

‎اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ لَذَّةَ النَّظَرِ إِلَى وَجْهِكَ، وَالشَّوْقَ إِلَى لِقَائِكَ فِي غَيْرِ ضَرَّاءَ مُضِرَّةٍ وَلَا فِتْنَةٍ مُضِلَّةٍ

Allaahumma innii as-aluka ladz-dzatan-nazhori ilaa wajhika, wasy-syauqo ilaa liqoo-ika fii ghoiri dhorroo-a mudhirrotin wa laa fitnatin mudhillah.

Ya Allah, Aku mohon kepada-Mu kenikmatan memandang wajah-Mu (di Surga), rindu bertemu dengan-Mu tanpa penderitaan yang membahayakan dan fitnah yang menyesatkan. [HR. Nasai 1305 dan dishahihkan al-Albani]

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم