بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Kajian Online 6 – Daurah Ramadhan 1445 H
Doha, 6 Ramadhan 1445 / 16 Maret 2024
Bersama Ustadz Hari Susanto Abu Tsabit 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱



Sifat-sifat Tuhan (Rabb) di dalam Surat Al-Ikhlas

Allah ﷻ berfirman dalam Surat Al-Ikhlas,

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ ﴿١﴾ اللَّهُ الصَّمَدُ ﴿٢﴾ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ ﴿٣﴾ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ ﴿٤﴾

1. Katakanlah: “Dialah Allah, Yang Maha Esa.
2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,
4. dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia”.

Kami yakin tidak ada di antara kita yang tidak mengetahui, minimal sudah mendengar surat tersebut. Karena memang surat yang tergolong ke dalam kelompok surat makkiyyah ini telah menjadi surat favorit, karena saking pendeknya surat yang terdiri dari 4 ayat ini, sehingga mudah untuk dihafalkan.

Namun, walaupun pendek, surat ini memiliki keutamaan yang sangat agung.

Keutamaan: Surat Al–Ikhlas Setara dengan Sepertiga Al–Quran

Disebutkan dalam sebuah hadits bahwasanya Rasulullah ﷺ bertanya kepada para sahabat:

أيعجز أحدكم أن يقرأ في ليلة ثلث القرآن؟

“Apakah kalian tidak sanggup membaca 1/3 quran dalam semalam?”

Para sahabat bertanya:

وكيف يقرأ ثلث القرآن؟

“Bagaimana caranya membaca 1/3 al–quran?”

Rasulullah ﷺ pun bersabda:

قل هو الله أحد يعدل ثلث القرآن

Membaca (“قل هو الله أحد“) setara dengan 1/3 alquran.” (HR. Muslim : 259).

Dalam hadis dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu’anhu, beliau berkata:

أنَّ رَجُلًا سَمِعَ رَجُلًا يَقْرَأُ قُلْ هو اللَّهُ أحَدٌ يُرَدِّدُهَا، فَلَمَّا أصْبَحَ جَاءَ إلى النبيِّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ فَذَكَرَ له ذلكَ، وكَأنَّ الرَّجُلَ يَتَقَالُّهَا، فَقالَ رَسولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ: والذي نَفْسِي بيَدِهِ، إنَّهَا لَتَعْدِلُ ثُلُثَ القُرْآنِ

“Ada seorang sahabat Nabi yang mendengar sahabat Nabi yang lain senantiasa mengulang-ulang bacaan qul huwallahu ahad (surat Al-Ikhlas). Esok harinya, disampaikan perihal tersebut kepada Nabi shallallahu’alaihi wasallam. Dan ada orang yang seolah-olah menganggap remeh perbuatan sahabat tersebut. Maka Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda: Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sesungguhnya surat Al-Ikhlas itu setara dengan sepertiga Al-Qur’an” (HR. Al-Bukhari no.7374, Muslim no.812).

Para ulama menjelaskan maksud dari hadits surat al-ikhlas setara dengan 1/3 alquran adalah bahwasanya alquran terdiri dari 3 pembahasan : tauhid, hukum–hukum dan kisah. Dan surat ini secara khusus membahas tauhid.

Asbabun Nuzul

Surat ini turun sebagai jawaban kepada orang musyrik yang menanyakan pada Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam, ’Sebutkan gambaran nasab atau sifat Rabbmu pada kami?’. Maka Allah berfirman kepada Nabi Muhammad shallallahu ’alaihi wa sallam, ’Katakanlah kepada yang menanyakan tadi, … [lalu disebutkanlah surat ini]’ (Aysarut Tafasir, 1502).

Kecintaan Sahabat Nabi ﷺ terhadap Surat Al-Ikhlas

Dalam hadis dari Aisyah radhiyallahu’anha, beliau berkata:

أنَّ النبيَّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ بَعَثَ رَجُلًا علَى سَرِيَّةٍ، وكانَ يَقْرَأُ لأصْحَابِهِ في صَلَاتِهِمْ فَيَخْتِمُ بقُلْ هو اللَّهُ أحَدٌ، فَلَمَّا رَجَعُوا ذَكَرُوا ذلكَ للنبيِّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ، فَقالَ: سَلُوهُ لأيِّ شيءٍ يَصْنَعُ ذلكَ؟، فَسَأَلُوهُ، فَقالَ: لأنَّهَا صِفَةُ الرَّحْمَنِ، وأَنَا أُحِبُّ أنْ أقْرَأَ بهَا، فَقالَ النبيُّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ: أخْبِرُوهُ أنَّ اللَّهَ يُحِبُّهُ

“Bahwa Nabi shallallahu’alaihi wasallam mengutus seorang laki-laki untuk memimpin pasukan perang. Lelaki ini ketika mengimami salat selalu mengakhiri dengan bacaan qul huwallahu ahad (surat Al-Ikhlas). Ketika mereka kembali dari perang, para pasukan tersebut mengabarkannya kepada Nabi shallallahu’alaihi wasallam.

Beliau pun bersabda: “Tanyakan kepadanya, mengapa ia melakukan demikian?” Maka mereka menanyakannya dan lelaki tersebut menjawab: “Karena surat Al-Ikhlas berisi tentang sifat Ar -ahman, sehingga saya suka untuk membacanya”. Maka Nabi shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Kabarkan kepadanya bahwa Allah ta’ala juga mencintainya” (HR. Al-Bukhari no.7375).

Kandungan dalam surat Al-Ikhlas:

1. Sifat Tauhid.

Baik dalam hal rububiyah, uluhiyah maupun asma wa shifat. Allah ﷻ berfirman :

هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ

Nama Allah adalah sifat uluhiyah.

Kemudian kata ahad. Asal kata dari (أَحَدٌ) adalah (وَحْدٌ), bermakna satu. Dalam ayat-ayat lainnya: QS. Al-Baqarah [2] : 163, QS. An-Nisa’ [4] : 171, QS. Al-Ma’idah [5] : 73 dan lainnya.

Dalam surat Al-anbiya ayat 22:

لَوْ كَانَ فِيْهِمَآ اٰلِهَةٌ اِلَّا اللّٰهُ لَفَسَدَتَاۚ فَسُبْحٰنَ اللّٰهِ رَبِّ الْعَرْشِ عَمَّا يَصِفُوْنَ

Seandainya pada keduanya (di langit dan di bumi) ada tuhan-tuhan selain Allah, tentu keduanya telah binasa. Mahasuci Allah yang memiliki ‘Arsy, dari apa yang mereka sifatkan.

Dalam surat Mukminun ayat 91:

مَا ٱتَّخَذَ ٱللَّهُ مِن وَلَدٍ وَمَا كَانَ مَعَهُۥ مِنْ إِلَٰهٍ ۚ إِذًا لَّذَهَبَ كُلُّ إِلَٰهٍۭ بِمَا خَلَقَ وَلَعَلَا بَعْضُهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ ۚ سُبْحَٰنَ ٱللَّهِ عَمَّا يَصِفُونَ

Allah sekali-kali tidak mempunyai anak, dan sekali-kali tidak ada tuhan (yang lain) beserta-Nya, kalau ada tuhan beserta-Nya, masing-masing tuhan itu akan membawa makhluk yang diciptakannya, dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan sebagian yang lain. Maha Suci Allah dari apa yang mereka sifatkan itu,

Allah sekali-kali tidak pernah dan tidak akan mempunyai anak, juga tidak ada tuhan selain Dia dalam ketuhanan maupun kerajaan. sebagai penyucian dan pemurnian asma-Nya dari semua itu. Kalau ada tuhan lain selain Dia, masing-masing tuhan itu akan membawa makhluk yang diciptakannya. Tuhan-tuhan itu akan mengalahkan tuhan saingan mereka yang lain untuk mengalahkan yang lebih lemah dan memperluas kekuasaannya sebagaimana yang dilakukan oleh para penguasa di dunia. Maha Suci Allah dari segala apapun yang mereka sifatkan itu baik berupa anak maupun sekutu

Syaikh Al Utsaimin mengatakan bahwa kalimat (اللَّهُ أَحَدٌ) –artinya Allah Maha Esa-, maknanya bahwa Allah itu Esa dalam keagungan dan kebesarannya, tidak ada yang serupa dengan-Nya, tidak ada sekutu bagi-Nya. (Tafsir Juz ‘Amma 292).

Sebagaimana Allah esa dalam rububiyah Nya, Dia juga esa dalam uluhiyahNya dan asma Wa shifatNya.

Tidak ada yang mampuenciptakan alam semesta, menghidupkan dan mematikan kecuali hanya Allah ﷻ. Tidak ada yang pantas diibadahi dan disembah kecuali Allah ﷻ dan tidak ada yang menyamai sifat-sifat Allah ﷻ.

Maka kriteria sifat tuhan yang pertama dalam ayat ini adalah ESA.

2. Sifat Ash-Shomadiyah

Artinya Allah ﷻ tidak butuh kepada sesuatu apapun.

Para ulama membagi makna Ash Shomad ada beberapa pendapat:

▪️ Pertama, Ash Shomad bermakna:

السَّيِّدُ الذِي قَدِ انْتَهَى سُؤُدُهُ

“Pemimpin yang paling tinggi kekuasaan-Nya”.

▪️ Kedua, Ash Shomad bermakna:

أنه السيِّد الذي يُصْمَدُ إليه في الحوائج

Allah adalah As Sayid (penghulu), tempat makhluk menyandarkan segala hajat pada-Nya.

▪️ Ketiga, Ash Shomad bermakna:

أنه الذي لا جوف له

Allah tidak memiliki rongga (perut).

Ini adalah tafsiran Ibnu Abbas Radhiyallahu’anh yang maknanya tidak butuh apapun, sesuatu yang mengisi rongga.

Maka Allah ﷻ tidak butuh apapun terhadap makhluk-Nya. Tidaklah dikatakan Tuhan, jika masih membutuhkan makhluk-Nya.

Allah ﷻ Maha kaya dan kita semua fakir. Maka Dia tidak membutuhkan makhluk-Nya sedikitpun.

Allah Azza wa Jalla berfirman :

يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَنتُمُ الْفُقَرَاءُ إِلَى اللَّهِ ۖ وَاللَّهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ

Wahai manusia! Kamulah yang memerlukan Allah; dan Allah Dialah yang Maha kaya (tidak memerlukan sesuatu), Maha terpuji  [Fâthir/35:15]

Allah Azza wa Jalla berfirman:

وَأَنَّهُ هُوَ أَغْنَىٰ وَأَقْنَىٰ

Dan sesungguhnya Dialah yang memberikan kekayaan dan kecukupan [an-Najm/53:48]

3. Sifat tidak memiliki Anak dan tidak dilahirkan

Karena setiap anak butuh orang tua dan sebaliknya. Orang tua membutuhkan anak-anak jika sudah tua. Inilah lemahnya makhluk. Allah ﷻ tidak butuh siapapun.

Allah ﷻ berfirman :

لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ (3)

Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, Kalimat (لَمْ يَلِدْ) sebagaimana dikatakan Maqotil,

”Tidak beranak kemudian mendapat warisan.” Kalimat (وَلَمْ يُولَدْ) maksudnya adalah tidak disekutui. Demikian karena orang-orang musyrik Arab mengatakan bahwa Malaikat adalah anak perempuan Allah . Kaum Yahudi mengatakan bahwa ’Uzair adalah anak Allah. Sedangkan Nashoro mengatakan bahwa Al Masih (Isa, pen) adalah anak Allah. Dalam ayat ini, Allah meniadakan itu semua.” (Zadul Masiir)

Bantahan terhadap kaum yang menjadikan anak bagi Tuhan mereka. Dalam surat Maryam ayat 90-91:

تَكَادُ ٱلسَّمَٰوَٰتُ يَتَفَطَّرْنَ مِنْهُ وَتَنشَقُّ ٱلْأَرْضُ وَتَخِرُّ ٱلْجِبَالُ هَدًّا

Hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh,

أَن دَعَوْا۟ لِلرَّحْمَٰنِ وَلَدًا

Karena mereka mendakwakan Allah Yang Maha Pemurah mempunyai anak.

Dalam surat Isra ayat 40:

اَفَاَصْفٰىكُمْ رَبُّكُمْ بِالْبَنِيْنَ وَاتَّخَذَ مِنَ الْمَلٰۤىِٕكَةِ اِنَاثًاۗ اِنَّكُمْ لَتَقُوْلُوْنَ قَوْلًا عَظِيْمًا ࣖ

Maka apakah pantas Tuhan memilihkan anak laki-laki untukmu dan Dia mengambil anak perempuan dari malaikat? Sungguh, kamu benar-benar mengucapkan kata yang besar (dosanya).

4. Tuhan tidak ada yang sama denganNya.

Yakni sifat Tuhan tidak sama dengan Makhluk-Nya. Allah ﷻ berfirman :

وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ (4

dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia”.

Maksudnya adalah tidak ada seorang pun sama dalam setiap sifat-sifat Allah. Jadi Allah meniadakan dari diri-Nya memiliki anak atau dilahirkan sehingga memiliki orang tua. Juga Allah meniadakan adanya yang semisal dengan-Nya. (Tafsir Juz ‘Amma 293)

Hal ini didasarkan pada firman Allah tentang diri-Nya:

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ ۖ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat. [asy-Syura 42:11].

هَلْ تَعْلَمُ لَهُ سَمِيًّا

Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia (yang patut disembah). [Maryam/19:65].

Maka, surat Al Ikhlash ini berisi penjelasan mengenai keesaan Allah serta kesempurnaan nama dan sifat-Nya.

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم