بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

(31). وَأُزْلِفَتِ الْجَنَةُ لِلْمُتَّقِينَ غَيْرَ بَعِيدٍ

Dan didekatkanlah surga itu kepada orang-orang yang bertakwa pada tempat yang tiada jauh (dari mereka).

(32). هَٰذَا مَا تُوعَدُونَ لِكُلِّ أَوَّابٍ حَفِيظٍ

Inilah yang dijanjikan kepadamu, (yaitu) kepada setiap hamba yang selalu kembali (kepada Allah) lagi memelihara (semua peraturan-peraturan-Nya).

(33). مَنْ خَشِيَ الرَّحْمَٰنَ بِالْغَيْبِ وَجَاءَ بِقَلْبٍ مُنِيبٍ

(Yaitu) orang yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sedang Dia tidak kelihatan (olehnya) dan dia datang dengan hati yang bertaubat,

(34). ادْخُلُوهَا بِسَلَامٍ ۖذَٰلِكَ يَوْمُ الْخُلُودِ

masukilah surga itu dengan aman, itulah hari kekekalan.

(35). لَهُمْ مَا يَشَاءُونَ فِيهَا وَلَدَيْنَا مَزِيدٌ

Mereka di dalamnya memperoleh apa yang mereka kehendaki; dan pada sisi Kami ada tambahannya.

Pada ayat 31, Allah Subhanahu wa Ta’ala memberitahukan bahwa orang-orang yang bertakwa akan didekatkan ke Surga. Dan pada ayat-ayat berikutnya, Allah memberitahukan bahwa penduduk Surga itu adalah orang-orang yang mempunyai empat sifat berikut ini:

1. Awwab

Yaitu, orang yang banyak bertaubat kepada Allah; dari maksiat menuju ketaatan, dari lalai menjadi ingat kepada-Nya. ‘Ubaid bin’ Umair berkata: “Istilah awwab ditujukan kepada :seorang yang mengingat dosa-dosanya lalu beristighfar memohon ampun kepada Allah karenanya.” Sa’id bin al-Musayyib menjelaskan: “Awwab artinya, orang yang berbuat dosa kemudian bertaubat, lalu berbuat dosa lagi kemudian bertaubat lagi.”

2. Hafizh

Ibnu ‘Abbas berkata: “Hafizh artinya, orang yang pandai menjaga amanat Allah dan apa-apa yang diwajibkan kepadanya.” Qatadah menerangkan: “Pandai menjaga hak dan nikmat Allah yang dititipkan kepadanya.”

Di dalam jiwa setiap orang terdapat dua kekuatan: kekuatan meminta dan kekuatan menahan diri. Orang yang bersifat awwab adalah orang yang mempergunakan kekuatan meminta ketika kembali kepada Allah, mengharap ridha-Nya dan mentaati’ Nya. Sedangkan orang yang bersifat hafiz adalah orang yang menggunakan kekuatan menahan diri ketika menghindari maksiat dan larangan-Nya.

Dengan kata lain, seorang hafiz adalah orang yang pandai menahan diri dari segala yang diharamkan Allah, sementara seorang awwab adalah orang yang senantiasa kembali kepada Allah denga berbuat ketaatan kepada-Nya. Demikian dalam ayat 32.

3. Khaasyi ar-Rahmaan

Maksudnya, orang yang takut dan tunduk kepada Allah yang Maha Pengasih, sebagaimana dalam ayat 33: (yaitu) orang yang takut kepada Allah Yang Maha pengasih sekalipun tidak kelihatan (olehnya). ”

Ayat ini mengandung pengakuan seseorang terhadap eksistensi Allah dan rububiyyah-Nya, kekuasaan-Nya, ilmu-Nya, serta persaksian bahwasanya Allah mengetahui hamba-hamba-Nya secara terperinci. Di dalamnya juga terkandung pengakuan akan kitab-kitab Allah, para Rasul-Nya, serta perintah dan larangan-Nya. Terkandung pula pengakuan terhadap janji Allah serta ancaman dan perjumpaan dengan-Nya. Dengan demikian, tidaklah sah pengakuan takut seseorang kepada Allah melainkan dengan mengakui semua ini.

4. Qalbun muniib

Masih pada ayat 33, Allah menyebutkan sifat lainnya bagi penduduk Surga, yaitu: “dan dia datang dengan hati yang bertaubat.” Ibnu ‘Abbas berpendapat “Yakni, kembali kepada Allah dari perbuatan-perbuatan maksiat, lantas melakukan ketaatan, menunjukkan kecintaan, dan bersimpuh kepada-Nya.”

Setelah itu, pada ayat 34-35, Allâh ta’aala menyebutkan balasan bagi orangorang yang menyandang sifat-sifat di atas dengan firmanNya: “Masuklah ke (dalam Surga) dengan aman dan damai. ltulah hari yang abadi, Mereka di dalamnya memperoleh apa yang mereka kehendaki, dan pada Kami ada tambahannya”.

Di sadar dari: Fawaidul Fawaid, Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah. Bab 2/15.