بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Kajian Kitab: 𝕀𝕘𝕙𝕠𝕥𝕤𝕒𝕥𝕦𝕝 𝕃𝕒𝕙𝕗𝕒𝕟 𝕄𝕚𝕟 𝕄𝕒𝕤𝕙𝕠𝕪𝕚𝕕𝕚𝕤𝕪 𝕊𝕪𝕒𝕚𝕥𝕙𝕒𝕟
(Penolong Orang yang Terjepit – Dari Perangkap Syaitan)
Karya: Ibnul Qayyim al-Jauziyah 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱.
Pemateri: Ustadz Isnan Efendi, Lc. MA. 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Pertemuan: 3 Rabi’ul Awal 1446 / 6 September 2024
Muraja’ah: Hati yang Selamat
Mengawali kajian, Ustadz mengingatkan kembali tentang prinsip-prinsip yang jauh dari hati yang rusak, yaitu al-Wala dan Al-Bara’.
Salah satu dari prinsip ‘aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah cinta karena Allah dan benci karena Allah, yaitu mencintai dan memberikan wala’ (loyalitas) kepada kaum Mukminin, membenci kaum musyrikin dan orang-orang kafir serta berpaling (bara’) dari mereka.
al-bara’ berarti penyesuaian diri seorang hamba terhadap apa yang dibenci dan dimurkai Allah berupa perkataan, perbuatan, keyakinan dan kepercayaan serta orang. Dia tetap tegak di atas kebenaran. Dan ini dimiliki oleh hati yang sehat.
Hati yang sehat yaitu hati yang bersih yang seorang pun tak akan bisa selamat pada Hari Kiamat kecuali jika dia datang kepada Allah dengannya, sebagaimana firman Nya:
يَوۡمَ لَا يَنۡفَعُ مَالٌ وَّلَا بَنُوۡنَۙ ٨٨ اِلَّا مَنۡ اَتَى اللّٰهَ بِقَلۡبٍ سَلِيۡمٍؕ ٨٩
(yaitu) pada hari (ketika) harta dan anak-anak tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih,
(Asy-Syu’ara’: 88-89).
Disebut qalbun salim (hati yang bersih, sehat) karena sifat bersih dan sehat telah menyatu dengan hatinya, sebagaimana kata Al-Alim, Al-Qadir (Yang Maha Mengetahui, Mahakuasa). Di samping, ia juga merupakan lawan dari sakit dan aib.
Qalbun salim yaitu hati yang bersih dan selamat dari berbagai syahwat yang menyalahi perintah dan larangan Allah, bersih dan selamat dari berbagai syubhat yang bertentangan dengan berita-Nya. Ia selamat dari melakukan penghambaan kepada selain-Nya, selamat dari pemutusan hukum oleh selain Rasul-Nya, bersih dalam mencintai Allah dan dalam berhukum kepada Rasul-Nya, bersih dalam ketakutan dan berpengharapan pada-Nya, dalam bertawakal kepada-Nya, dalam kembali kepada- Nya, dalam menghinakan diri di hadapan-Nya, dalam mengutamakan mencari ridha-Nya di segala keadaan dan dalam menjauhi dari kemungkaran karena apa pun. Dan inilah hakikat penghambaan (ubudiyah) yang tidak boleh ditujukan kecuali kepada Allah semata.
✍🏻 Ibnu Rajab rahimahullah menyatakan,
فالقلب السليم: هو السليم من الآفات و المكروهات كلها، و هو القلب الذي ليس فيه سوى محبة الله و ما يحبه الله، و خشية الله، و خشية ما يباعده.
Hati yang sehat adalah: Ketika ia bersih dari berbagai penyakit dan semua hal yang dibenci. Itulah kalbu yang tidak ada di dalamnya kecuali kecintaan kepada Allah dan kepada segala hal yang Allah cintai, takut kepada Allah, serta takut kepada segala hal yang bisa membuatnya semakin jauh dari-Nya.”
📚 Jami’ul Ulum Wal Hikam (hal. 190).
Syaikh Abdurrahman as-Sa’di rahimahullah menyatakan: Hati yang selamat artinya adalah selamat dari kesyirikan, keraguan, kecintaan terhadap keburukan, terus menerus dalam kebid’ahan dan dosa. Justru sebaliknya hati itu berisi ikhlas, ilmu, keyakinan, cinta pada kebaikan, menghiasinya dalam hatinya. Kehendak dan cintanya mengikuti kecintaan Allah. Hawa nafsunya (ditundukkan) untuk mengikuti (ajaran) yang datang dari Allah ﷻ.
📚 Taisiir Kariimir Rahmaan fii Tafsiirri Kalaamil Mannaan (1/593).
Sifat-sifat Hati yang Selamat
1. Khusyuk
Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Hadid ayat 16:
۞ اَلَمۡ يَاۡنِ لِلَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡۤا اَنۡ تَخۡشَعَ قُلُوۡبُهُمۡ لِذِكۡرِ اللّٰهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الۡحَـقِّۙ وَلَا يَكُوۡنُوۡا كَالَّذِيۡنَ اُوۡتُوا الۡكِتٰبَ مِنۡ قَبۡلُ فَطَالَ عَلَيۡهِمُ الۡاَمَدُ فَقَسَتۡ قُلُوۡبُهُمۡؕ وَكَثِيۡرٌ مِّنۡهُمۡ فٰسِقُوۡنَ ١٦
Belum tibakah waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk secara khusyuk mengingat Allah dan mematuhi kebenaran yang telah diwahyukan (kepada mereka), dan janganlah mereka (berlaku) seperti orang-orang yang telah menerima kitab sebelum itu, kemudian mereka melalui masa yang panjang sehingga hati mereka menjadi keras. Dan banyak di antara mereka menjadi orang-orang fasik.
Makna khusyuk menurut Ibnu Katsir 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱 : yaitu hati yang lunak di saat mengingat Allah, mendengar nasihat dan mendengar bacaan Al-Qur’an, lalu hati mereka memahaminya, tunduk patuh dan mendengarkannya.
Disebutkan bahwa sahabat Abdullah bin Umar 𝓡𝓪𝓭𝓱𝓲𝔂𝓪𝓵𝓵𝓪𝓱𝓾’𝓪𝓷𝓱𝓾 menangis sejati-jadinya.
Ayat ini juga ayat yang menjadikan Fudhail bin Iyadh 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱 berhenti dari kemaksiatan.
2. Al-Ikhbat (Tunduk atau Patuh)
Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Hajj ayat 54:
وَّلِيَـعۡلَمَ الَّذِيۡنَ اُوۡتُوا الۡعِلۡمَ اَنَّهُ الۡحَـقُّ مِنۡ رَّبِّكَ فَيُؤۡمِنُوۡا بِهٖ فَـتُخۡبِتَ لَهٗ قُلُوۡبُهُمۡ ؕ وَاِنَّ اللّٰهَ لَهَادِ الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡۤا اِلٰى صِرَاطٍ مُّسۡتَقِيۡمٍ ٥٤
dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu meyakini bahwa (Alquran) itu benar dari Tuhanmu lalu mereka beriman dan hati mereka tunduk kepadanya. Dan sungguh, Allah pemberi petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus.
Imam Athibari menjelaskan maknanya tunduk dan patuh kepada Al-Qur’an dan hatinya patuh pada Al-Qur’an tersebut. Hati inilah yang menjadikan Mukminun berprinsip dalam Al-wala dan al-bara.
3. Al-liin (Hati yang Lembut)
Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Az-Zumar ayat 23:
اَللّٰهُ نَزَّلَ اَحۡسَنَ الۡحَدِيۡثِ كِتٰبًا مُّتَشَابِهًا مَّثَانِىَ ۖ تَقۡشَعِرُّ مِنۡهُ جُلُوۡدُ الَّذِيۡنَ يَخۡشَوۡنَ رَبَّهُمۡۚ ثُمَّ تَلِيۡنُ جُلُوۡدُهُمۡ وَقُلُوۡبُهُمۡ اِلٰى ذِكۡرِ اللّٰهِ ؕ ذٰ لِكَ هُدَى اللّٰهِ يَهۡدِىۡ بِهٖ مَنۡ يَّشَآءُ ؕ وَمَنۡ يُّضۡلِلِ اللّٰهُ فَمَا لَهٗ مِنۡ هَادٍ ٢٣
Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Alquran yang serupa (ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang,1 gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka ketika mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan Kitab itu Dia memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barang siapa dibiarkan sesat oleh Allah, maka tidak seorang pun yang dapat memberi petunjuk.
Imam al-Baghowi menyebutkan maknanya yaitu apabila disebutkan ayat-ayat Allah ﷻ tentang azab maka kulit mereka merinding dan jika membaca ayat-ayat rahmat maka hati mereka menjadi lembut dan tenang.
4. Al-Wajal (gemetar atau takut).
Allah menyebutkan salah satu ciri seorang yang berimana dalah hatinya peka terhadap Al-Quran. Peka dan bergetar ketika disebut nama Allah. Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَاناً وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka karenanya dan hanya kepada Rabb mereka, mereka bertawakkal.” (QS. Al-Anfal: 2).
Imam Qurthubi menjelaskan Allah ﷻ mensifati orang-orang mukmin dengan sifat khauf yaitu takut kepada Allah ﷻ ketika menyebut nama-Nya disebabkan kuatnya iman mereka dan seolah-olah berhadapan langsung dengan Allah ﷻ.
Makna “bergetarlah hati mereka” yakni takut kepada Allah sehingga ia menahan dirinya dari yang haram, karena bukti ketakutan kepada Allah yang paling besar adalah mengendalikan pemiliknya dari dosa dosa ”dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya)” hal itu karena mereka menyimaknya dengan baik dan menghadirkan hati untuk merenungkannya.
5. Al-ithmiknan (Tenang)
Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat ar-radu ayat 28:
اَلَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا وَتَطۡمَٮِٕنُّ قُلُوۡبُهُمۡ بِذِكۡرِ اللّٰهِ ؕ اَلَا بِذِكۡرِ اللّٰهِ تَطۡمَٮِٕنُّ الۡقُلُوۡبُ ؕ ٢٨
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.
Imam Al-Baghowi menyebutkan bahwa orang beriman itu tenang dan tetap kepada apa yang menjadi keyakinannya. Hati-hati orang yang beriman tidak tenang kecuali kepada Allah ﷻ.
6. Al-Inabah (Kembali kepada Allah ﷻ bertaubat kepadaNya.
Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Qaf ayat 33:
مَنۡ خَشِىَ الرَّحۡمٰنَ بِالۡغَيۡبِ وَجَآءَ بِقَلۡبٍ مُّنِيۡبِۙ ٣٣
(Yaitu) orang yang takut kepada Allah Yang Maha Pengasih, sekalipun tidak kelihatan (olehnya) dan dia datang dengan hati yang bertobat,
Imam atthabari menafsirkan yaitu orang yang datang kepada Allah ﷻ dengan penuh taubat dari dosa dan kembali kepada yang diridhai Allah ﷻ.
Imam Al-Baghowi memaknai yaitu hati yang ikhlas dan taat kepada Allah ﷻ.
Ibnul Qayyim al-Jauziyah 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱. menjelaskan ciri-ciri hati yang sehat:
1. Tidak pernah bosan untuk mengingat Allah ﷻ dan mengingatkan orang lain untuk kembali kepada-Nya.
2. Jika tertinggal dalam ketaatan atau bermaksiat hatinya tidak tenang.
3. Selalu rindu dalam ketaatan sebagaimana halnya orang lapar ingin makan dan minum.
4. Jika memulai shalat maka seluruh hal duniawi akan hilang.
5. Selalu memperhatikan waktu.
6. Perhatiannya untuk memperbaiki kualitas amalan lebih banyak daripada memperbanyak amalan.
•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ
“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم