بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Kajian Kamis Malam Al-Khor
Penceramah: Ustadz Abu Abdillah Nefri, Lc 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Edisi: Kamis, 25 Rabi’ul Akhir 1445 / 9 November 2023
📒 E-book: https://www.assunnah-qatar.com/ebook/e-book-selamat-datang-kematian/
Selamat datang Kematian – Pertemuan 8
Bab 1 – Mengingat Nasib (7)
N. Sifat Kematian: Dibenci Dan Menakutkan
Tidak diragukan dunia ini adalah negri sementara, semua yang ada didalamnya akan berujung kebinasaan. Adapun akhirat adalah negri keabadian, semuanya akan berada dalam kekekalan, apakah kekal dalam kenikmatan atau azab yang menakutkan. Dan kita didunia bagaikan seorang pejalan kaki yang terus menuju sebuah kepastian yaitu kematian.
Namun tabi’at asal setiap manusia membenci kematian, bahkan mereka ingin kekal dalam kehidupan ini. Seperti halnya orang kafir, mereka begitu mencintai dunia dan segala gemerlapnya, mereka berangan-angan andai bisa hidup 1000 tahun lagi. Allah mengungkap angan-angan orang yahudi yang begitu benci kematian dan ingin hidup lama didunia. Allâh ﷻ berfirman:
وَلَتَجِدَنَّهُمْ أَحْرَصَ النَّاسِ عَلَىٰ حَيَاةٍ وَمِنَ الَّذِينَ أَشْرَكُوا ۚ يَوَدُّ أَحَدُهُمْ لَوْ يُعَمَّرُ أَلْفَ سَنَةٍ وَمَا هُوَ بِمُزَحْزِحِهِ مِنَ الْعَذَابِ أَنْ يُعَمَّرَ ۗ وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِمَا يَعْمَلُونَ
“Dan sungguh kamu akan mendapati mereka, manusia yang paling loba kepada kehidupan (di dunia), bahkan (lebih loba lagi) dari orang-orang musyrik. Masingmasing mereka ingin agar diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu sekalikali tidak akan menjauhkannya daripada siksa. Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan”. (QS. Al-Baqarah: 96)
Hal yang paling mendasar membuat seseorang benci kematian adalah dosa, maksiat, kecintaan berlebihan kepada dunia, dan itu dominan ada pada orang kafir secara umum, yahudi secara khusus dan sebagian orang muslim yang keimanan mereka rapuh, berlebihan mencintai dunia.
Allâh ﷻ berfirman terkait perangai watak orang Yahudi:
قُلْ إِنْ كَانَتْ لَكُمُ الدَّارُ الْآخِرَةُ عِنْدَ اللَّهِ خَالِصَةً مِنْ دُونِ النَّاسِ. فَتَمَنَّوُا الْمَوْتَ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ. وَلَنْ يَتَمَنَّوْهُ أَبَدًا بِمَا قَدَّمَتْ أَيْدِيهِمْ ۗ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِالظَّالِمِينَ
“Katakanlah: “Jika kamu (menganggap bahwa) kampung akhirat (surga) itu khusus untukmu di sisi Allah, bukan untuk orang lain, maka inginilah kematian(mu), jika kamu memang benar. Dan sekali-kali mereka tidak akan mengingini kematian itu selamalamanya, karena kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat oleh tangan mereka (sendiri), dan Allah Maha Mengetahui siapa orang-orang yang aniaya”. (QS. Al-Baqarah: 94-95)
Demikian juga orang kafir secara umum, mereka memiliki penyakit tamak yang berlebihan terhadap gemerlapnya dunia, sehingga mereka nyaman dengan dunia dan benci kehidupan setelah kematian. Allâh ﷻ berfirman:
وَالَّذِيْنَ كَفَرُوْا يَتَمَتَّعُوْنَ وَيَأْكُلُوْنَ كَمَا تَأْكُلُ الْاَنْعَامُ وَالنَّارُ مَثْوًى لَّهُم
“Dan orang-orang kafir bersenang-senang dan mereka makan seperti makannya binatang. Dan jahannam adalah tempat tinggal mereka”. (QS. Muhammad: 12)
وَفَرِحُوْا بِالْحَيٰوةِ الدُّنْيَاۗ وَمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَا فِى الْاٰخِرَةِ اِلَّا مَتَاعٌ
“Mereka bergembira dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit)”. (QS. Ar-Ra’ad: 26)
Dunia itu penjara bagi orang beriman. Apa maksudnya?
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « الدُّنْيَا سِجْنُ الْمُؤْمِنِ وَجَنَّةُ الْكَافِرِ »
Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dunia adalah penjara bagi orang beriman dan surga bagi orang kafir.” (HR. Muslim no. 2392)
Imam Nawawi rahimahullah dalam Syarh Shahih Muslim menerangkan, “Orang mukmin terpenjara di dunia karena mesti menahan diri dari berbagai syahwat yang diharamkan dan dimakruhkan. Orang mukmin juga diperintah untuk melakukan ketaatan. Ketika ia mati, barulah ia rehat dari hal itu. Kemudian ia akan memperoleh apa yang telah Allah janjikan dengan kenikmatan dunia yang kekal, mendapati peristirahatan yang jauh dari sifat kurang.
Adapun orang kafir, dunia yang ia peroleh sedikit atau pun banyak, ketika ia meninggal dunia, ia akan mendapatkan azab (siksa) yang kekal abadi.”
Kisah yang bagus yang patut direnungkan. Kisah ini menceritakan mengenai hadits “dunia itu penjara bagi orang mukmin”.
Telah terjadi perbincangan antara Ibnu Hajar dan seorang Yahudi. Orang Yahudi tersebut begitu terkesan dengan perkataan Ibnu Hajar ketika menjelaskan hadits “dunia itu penjara bagi orang mukmin” sehingga ia pun masuk Islam.
Dalam Faid Al-Qadir (3: 730) karya Al-Munawi disebutkan kisah Ibnu Hajar berikut ini:
ذكروا أن الحافظ ابن حجر لما كان قاضي القضاة مر يوما بالسوق في موكب عظيم وهيئة جميلة فهجم عليه يهودي يبيع الزيت الحار وأثوابه ملطخة بالزيت وهو في غاية الرثاثة والشناعة فقبض على لجام بغلته وقال : يا شيخ الإسلام تزعم أن نبيكم قال الدنيا سجن المؤمن وجنة الكافر فأي سجن أنت فيه وأي جنة أنا فيها فقال : أنا بالنسبة لما أعد الله لي في الآخرة من النعيم كأني الآن في السجن وأنت بالنسبة لما أعد لك في الآخرة من العذاب الأليم كأنك في جنة فأسلم اليهودي
“Diceritakan bahwa Al-Hafizh Ibnu Hajar ketika ia menjadi seorang qadhi (hakim) terkemuka, suatu hari ia pernah melewati sebuah pasar yang penuh keramaian. Ibnu Hajar datang dengan pakaian yang begitu menawan (pakaian mewah). Kemudian orang Yahudi menyergapnya. Orang Yahudi tersebut sedang menjual minyak panas, tentu saja pakaiannya penuh dengan kotoran minyak. Tampilan Yahudi tersebut usang dan penuh keprihatinan.
Sambil memegang kekang kuda (yang biasa dipasang pada mulut kuda, pen.), Yahudi tersebut berkata pada Ibnu Hajar, “Wahai Syaikhul Islam (Ibnu Hajar, pen.), engkau menyatakan bahwa Nabi kalian (Nabi umat Islam) bersabda, “Ad-dunya sijnul mukmin, wa jannatul kafir (dunia itu penjara bagi orang beriman dan surga bagi orang orang kafir.” Bagaimana keadaanmu saat ini bisa disebut penjara, lalu keadaanku di dunia seperti ini disebut surga?”
Ibnu Hajar memberikan jawaban, “Aku dilihat dari berbagai nikmat yang Allah janjikan untukku di akhirat, seakan-akan aku sedang di penjara. Sedangkan engkau (wahai Yahudi) dilihat dari balasan siksa yang pedih yang Allah berikan untukmu di akhirat, seakan-akan engkau berada di surga.”
Akhirnya, orang Yahudi tersebut pun masuk Islam.
Ambisi dasar watak manusia rakus terhadap dunia dan panjangnya angan-angan, kecuali orang-orang yang dirahmati oleh Allâh ﷻ. Dan dua hal ini merupakan penyakit akut berbahaya, melemahkan umat, hilangnya ‘izzah harga diri umat ini dimata musuh. Tiada yang bisa mengobatinya kecuali ilmu agama dan banyak mengingat kematian.
Dari Tsauban Radhiyallahu’anhu, Rasulullah ﷺ bersabda: “Hampir saja umat-umat mengerumuni kalian dari berbagai penjuru, sebagaimana mereka berkumpul menghadapi makanan terhidang. Kemudian seseorang bertanya, “Apakah karena jumlah kami yang sedikit ketika itu wahai Rasulullah? Rasulullah ﷺ bersabda: “Tidak, bahkan pada saat jumlah kalian banyak. Akan tetapi kalian bagaikan sampah yang dibawa oleh air hujan. Allah hilangkan rasa takut di hati musuh terhadap kalian dan Allah timpakan dalm hati kalian “al-Wahn”. Para Sahabat bertanya, “Apa itu maksud al-Wahn wahai Rasulullah? Rasulullah ﷺ bersabda: “Penyakit cinta dunia dan takut kematian”. (Sunan Abu Daud (no. 4297).
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu , Rasulullah ﷺ bersabda:
“Senantiasa hati seorang yang tua renta berambisi dalam dua hal, cinta dunia dan panjang agan-angan”. (Sahih Bukhari (no. 6420).
Zaid bin Tsabit Radhiyallahu’anhu, Rasulullah ﷺ bersabda: “Siapa yang menjadikan dunia tujuan utamanya maka Allah akan cerai-beraikan urusannya, dan tidak perna merasa cukup selalu ada dimatanya, dan dunia tidak datang kepadanya melebihi apa yang telah di tetapkan baginya. Dan siapa yang menjadikan akhirat tujuan utamanya, maka Allah akan menjadikan rasa cukup dipeluput matanya, Allah akan perbaiki urusannya, dan harta dunia datang kepadanya dalam keadaan rendah tidak bernilai dihadapannya”. (Syu’abul Iman (no. 9855), As-Silsilah As-Sahihah (no. 950).
Dari Mu’azh bin Jabal Radhiyallahu’anhu, Rasulullah ﷺ bersabda: “Kalian akan senantiasa di atas petunjuk dari Rabb kalian selama tidak ditimpa oleh dua kemabukan, penyakit kebodohan dan rakus dunia”. (HR. Al-Bazzar (no. 2631), As-Silsilah Ad-Da’ifah (no. 3959).
Berkata Isa bin Maryam Alaihissalam: “Tidak ada kebaikan negri yang didalamnya manusia berbuat maksiat kepada Allah. Tidak ada kebaikan di negri yang akhirat tidak akan diperoleh kecuali dengan meninggalkannya (dunia). Maka lewatilah dunia dan jangan makmurkan. Ketahuilah, sebab pokok setiap dosa adalah karena cinta dunia, betapa banyak syahwat yang sementara menyisakan kesedihan yang berkepanjangan”. (Al-Mujalasah wa Jawahiru al-‘Ilmi 3/335 (no. 985).
Diriwayatkan dari Malik bin Dinar Radhiyallahu’anhu beliau berkata: “Sungguh jika badan sakit, maka makan, minum, tidur dan istirahat tidak enak baginya. Begitu juga dengan hati, apabila ia cendrung tamak kepada dunia, maka nasehatnasehat sebaik apapun tidak memberi pengaruh baginya”. (Hilyatu Al-Auliya 2/363).
Harim bin Hayyan Al-‘Abdi Rahimahullah berkata: “Keluarkanlah dari hati kalian sifat tamak mencintai dunia, dan masukkanlah kedalam hati kalian kecintaan terhadap akhirat”. ( Al-Hilyah 2/119).
Berkata Al-Hasan Al-Basri Rahimahullah: “Cinta dunia pokok pangkal dari segala dosa”. (Mukhtashar Al-Maqasid 1/359, Imam Az-Zarqani).
Adapun orang beriman mereka memandang dunia sesuatu yang hina, tidak besar dihati dan kepala mereka. Sehingga orang muslim yang benar dan jujur dalam keimanan, mereka sangat mencintai kematian, sebagaimana orang kafir mencintai kehidupan. Allâh ﷻ berfirman: “Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas”. (QS. Al-Kahfi: 28)
Dari Abu Sa’id Al-Khudri Radhiyallahu’anhu, Rasulullah ﷺ bersabda: “Segala puji milik Allah yang telah menjadikan diantara umatku orang-orang yang aku dipeithakan untuk sabar bersama mereka”. (Musnad Abi Ya’la Al-Mushili (no. 1151).
Dari ‘Ubadah bin Shamit Radhiyallahu’anhu, Rasulullah ﷺ bersabda: “Siapa yang rindu bertemu Allah maka Allah akan senang bertemu dengannya. Dan siapa yang benci pertemuan dengan Allah maka Allah pun akan benci bertemu dengannya”.
Maka ibunda ‘Aisyah Radhiyallahu’anha berkata: “Setiap kita benci pada kematian wahai Rasulullah! Rasulullah ﷺ menjawab: “Bukan demikian maksudnya, akan tetapi seorang mukmin apabila datang kematian kepadanya maka ia akan diberi kabar gembira dengan keridhaan Allah dan kemuliaan-Nya, maka tidak ada yang paling disenanginya kecuali balasan yang ada dihadapannya. Maka dia senang bertemu Allah dan Allah juga senang bertemu dengannya. Adapun orang kafir apabila kematian datang kepadanya maka ia akan diberi kabar buruk yang menakutkan dengan adanya azab dan balasan buruk, maka tidak ada yang paling ia benci kecuali apa yang ada dihadapannya, ketika itu ia benci untuk bertemu Allah maka Allah pun benci dan murka bertemu dengannya”. (Sahih Bukhari (no. 6507), Sahih Muslim (no. 2684).
Dalam riwayat lain, ‘Aisyah Radhiyallahu’anha berkata: “Apabila mata telah terbelalak, nafas telah menyesak dada, kulit telah menggigil kedinginan dan jari-jemari kejang mengerut, maka disaat genting itu berlaku siapa yang rindu bertemu Allah, maka Allah juga senang bertemu dengannya, dan siapa yang benci bertemu Allah maka Allah juga benci bertemu dengannya”. (Sahih Muslim (no. 2685).
Amat beruntung seorang muslim yang sadar akan nikmat Islam yang telah Allah angerahkan tanpa ia meminta sebelumnya. Ia senantiasa merasa cukup dengan pemberian Allah dalam urusan dunia dan harta, obesesi terbesarnya adalah bagaimana meraih kecintaan Allah, tawadhu’ dengan ilmunya, senantiasa bersyukur dan selalu melihat kekurangan dirinya dalam urusan agamanya, apakah di akhirat ia termasuk orang yang akan beruntung ataukah sebaliknya.
Dari Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash Radhiyallahu’anhu, Rasulullah ﷺ bersabda: “Sungguh beruntung orang yang masuk Islam (muslim), diberi rezeki yang cukup, dan Allah menjadikannya qona’ah dengan apa yang datang kepadanya (merasa cukup dengan pemberian Allah)”. (HR. Muslim (no. 1045)
Dari sahabat Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu’anhuma, Rasulullah ﷺ bersabda: “Malaikat Jibril membisikkan kedalam hatiku bahwasanya tidaklah seseorang akan wafat hingga rezekinya sempurna dia peroleh. Maka bertakwalah kepada Allah dan baguskanlah cara dalam mencari rezeki. Jangan jadikan terlambatnya datang rezeki membuat kalian mencari jalan maksiat (diperoleh dengan cara haram), karena apa yang ada disisi Allah tidak bisa diraih kecuali dengan berbuat ketaatan kepada-Nya”. (HR. Al-Baihaqi, Syu’abul Iman 7/299 (no. 10376).
Dari Abdullah bin Mihson Radhiyallahu’anhu, Rasulullah ﷺ bersabda: “Siapa yang memasuki waktu shubuh dalam kondisi aman, badannya sehat, punya bekal makanan untuk satu hari, maka seakan dunia telah dimiliki semuanya”. (Al-Aahaad wal-Matsani, 4/146 (no. 2126).
Berkata Imam Al-Hasan Al-Basri Rahimahullah: “Siapa yang tidak melihat nikmat Allah kecuali sebatas urusan makan dan minum, maka sungguh sangat dangkal ilmunya dan siksaan telah datang kepadanya”. ( Tafsir Ibnu Katsir 6/122).
Imam Ar-Rabi’ bin Khutsaim Rahimahullah dikatakan kepadanya: “Bagaimana keadaanmu di pagi ini wahai Abu Yazid?” Ia menjawab: “Kita masuk waktu pagi dalam keadaan lemah penuh dosa, kita makan rezki kita sembari menunggu ajal kematian kita”. (Az-Zuhd Imam Ahmad 1/267 (no. 1931).
Seorang yang bijak berkata: “Sekiranya engkau memiliki hati yang qona’ah, maka seakan engkau dengan orang yang terkaya di dunia sama”. (Buku “Mata Air Yang Jernih” cet. II, hlm. 94)
Betapa sering kemewahan justru melalaikan, rumah tangga rusak dan berantakan.
Terkadang harta yang diperoleh dari cara yang haram tidak membawa kepuasan. Dahaga dan angan-angan dunia membuat nafsu ketagihan.
Tidak peduli lagi cara halal atau haram. Yang penting bagaimana eksis ditengah kehidupan.
Aduhai andaikan kebahagiaan itu ada pada kemewahan dunia, maka tirani mesir Fir’aun dan Qarun paling bahagia.
Namun dengan keadilan Allah Yang Maha Bijaksana, kebahagiaan itu hanya diletakkan dalam meninggalkan maksiat, serta melakukan ketaatan kepada-Nya.
Harta yang halal membawa berkah Kebaikan nya terus bertambah Walau sedikit, tapi mulia disisi Zat Yang Maha Pemurah Menenangkan hati pengobat resah Hidup sederhana ridho dengan pemberian
Kurangi beban redupkan angan-angan Jangan terkesima dengan kemilau bayangan Kebahagiaan tidak berbanding lurus dengan kemewahan
Hidup sederhana itu indah Merasa cukup dan hati Qona’ah
Tegakkan kepala dan teruslah melangkah Terlihat miskin bukan berarti rendah
Jangan bangga dengan aset berlimpah Aslinya miskin berlagak mewah
Hutang segudang hati gelisah Pikiran bimbang jiwapun gerah
•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ
“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم