بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Kajian Ahad – Doha
Membahas: Mulakhas Fiqhi – Syaikh Shalih bin Fauzan Al Fauzan 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Bersama Ustadz Hanafi Abu Arify, Lc 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Doha, 23 Jumadil Awwal 1446 / 24 November 2024
KITAB SHALAT
Shalat Sunnah Mutlak – Bagian-2
Bagian 1 lihat di link berikut ini…
Shalat sunnah dianjurkan setiap waktu, selain pada waktu-waktu yang dilarang. Namun shalat yang dilarang untuk dikerjakan pada dua waktu tersebut adalah shalat yang ghayru dzawatil asbab. Adapun shalat yang dzawatil asbab, shalat yang memiliki sebab khusus, boleh dikerjakan walaupun di dua waktu tersebut. Seperti Tahiyatul masjid atau gerhana matahari yang terjadi setelah ashar.
Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah menjelaskan,
Shalat tahiyatul masjid disyariatkan pada setiap saat, ketika seseorang masuk masjid dan bermaksud duduk di dalamnya.
Dalam hadis yang diriwayatkanoleh Abu Qatadah radhiyallahu ‘anhu. Rasulullah shallallahu ‘alaihiwasallam bersabda,
إِذَا دَخَلَ أَحَدُكُمْ الْمَسْجِدَ فَلْيَرْكَعْ رَكْعَتَيْنِ قَبْلَ أَنْ يَجْلِسَ
“Jika salah seorang dari kalian masuk masjid, maka hendaklah dia shalat dua rakaat sebelum dia duduk.”
Demikian juga shalat kusuf (gerhana), boleh dilakukan jika terjadi gerhana matahari setelah shalat ashar. Karena shalat kusuf termasuk shalat sunnah yang dzawatul asbab (memiliki sebab). Nabi shallallahu‘alaihi wa sallam bersabda:
فَإِذَا رَأَيْتُمْ فَصَلُّوا، وادْعُوا
“Jika kalian melihat gerhana, maka shalatlah”. (HR. Al-Bukhari no.1043).
Dan tidak ada waktu yang dikecualikan dalam hal ini. Atau seseorang melalukan thawaf di Mekkah setelah ashar di Ka’bah. Maka hendaknya ia kerjakan shalat dua rakaat setelah thawaf. Karena ini shalat yang termasuk dzawatul asbab. Berdasarkan sabda Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam:
لا تمنعوا أحداً طاف بهذا البيت وصلى أية ساعة شاء من ليل أو نهار
“Tidak terlarang seseorang yang melakukan thawaf untuk shalat di Baitullah di waktu kapanpun yang ia kehendaki, baik siang ataupun malam” (HR. Ahmad dan Ahlussunan dengan sanad yang shahih).
Shalat malam sendiri lebih baik dari shalat di siang hari, berdasarkan penjelasan di atas. Dan shalat malam yang paling utama adalah pada sepertiga malam, setelah lewatnya pertengahan, berdasarkan hadits dalam Shahih Bukhari secara marfu’ (Hadits yang disandarkan langsung kepada Nabi ﷺ):
وَعَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو بْنِ العَاصِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا : أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – ، قَالَ : (( أَحَبُّ الصَّلاةِ إِلَى اللهِ صَلاةُ دَاوُدَ ، وَأحَبُّ الصِّيَامِ إِلَى اللهِ صِيَامُ دَاوُدَ ، كَانَ يَنَامُ نِصْفَ اللَّيلِ وَيَقُومُ ثُلُثَهُ وَيَنَامُ سُدُسَهُ وَيَصُومُ يَوماً وَيُفْطِرُ يَوْماً )) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ .
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Shalat yang paling dicintai Allah adalah shalat Daud. Dan puasa yang paling dicintai Allah adalah puasa Daud. Daud tidur separuh malam dan bangun pada sepertiganya, dan tidur lagi seperenamnya. Ia juga puasa sehari dan berbuka sehari.” (Muttafaqun ‘alaih) [HR. Bukhari, no. 1131 dan Muslim, no. 189]
Perawi Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash 𝓡𝓪𝓭𝓱𝓲𝔂𝓪𝓵𝓵𝓪𝓱𝓾’𝓪𝓷𝓱𝓾 adalah anak muda yang rajin menuntut ilmu dan beliau adalah penulis “As-Shahifah as-Shadiqah” (bahasa Arab: الصحيفة الصادقة ), Dokumen kompilasi hadits pertama yang diketahui yang mencatat sekitar seribu riwayat Nabi Muhammad. Meninggal 684 M / 65 H.
Syaikh Muhamamd Al-Badr menjelaskan Daud tidur separuh malam artinya dihitung separuh dari setelah isa hingga terbit fajar.
– 1/2 malam pertama tidur
– 1/3 malam shalat tahajud
– 1/6 tidur kembali
Rasulullah ﷺ, biasa beristirahat dengan tidur di awal malam, kemudian bangun di waktu Allah menyeru, dengan firman-Nya: “Adakah di antara hamba-Ku yang memohon? niicaya Aku kabulkan permohon annya.”
Kemudian beliau tidur kembali di seperenam terakhir, untuk beristirahat sejenak. Agar beliau mendatangi shalat Shubuh dengan semangat. Itulah yang terbaik. Namun demikian, seluruh malam adalah waktu yang dibenarkan untuk melakukan shalat.
Imam Ahmad Rahimahullah menjelaskan, “shalat malam boleh dilakukan mulai dari waktu Maghrib, hingga terbitnya fajar.”
Dengan demikian, shalat sunnah yang dilakukan antara Maghrib hingga Isya juga termasuk shalat malam. Namun, mengakhirkan shalat hingga akhir malam adalah lebih utama, sebagaimana telah dijelaskan di atas.
Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Muzamil ayat 6:
إِنَّ نَاشِئَةَ ٱلَّيْلِ هِىَ أَشَدُّ وَطْـًٔا وَأَقْوَمُ قِيلًا
Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyu’) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan.
Kata ‘bangun’ نَاشِئَةَ (dalam ayat di atas) artinya adalah shalat malam sesudah tidur. Tahajjud juga hanya berlaku untuk shalat malam sesudah tidur.
Perbedaan نَاشِئَةَ dan التَّهَجُّدِ :
– Kata نَاشِئَةَ merujuk kepada kegiatan ibadah setelah tidur di awal malam. Bentuknya umum.
– kata التَّهَجُّدِ merujuk pada sholat Qiyaamul Lail setelah tidur yang dilakukan di penghujung malam. Bentuknya khusus.
HENDAKNYA (ORANG YANG AKAN BERANJAK TIDUR) BERNIAT AKAN BANGUN UNTUK MELAKUKAN SHALAT MALAM
Seorang muslim seyogyanya menyempatkan waktu untuk shalat rnalam dan konsisten melakukannya, meski dengan jumlah raka’at sedikit.
Hal itu agar seseorang mendapatkan pahala shalat malam jika ia tidak melakukannya.
An-Nasa-i dan lainnya meriwayatkan, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ أَتَى فِرَاشَهُ، وَهُوَ يَنْوِي أَنْ يَقُوْمَ يُصَلِّي مِنَ اللَّيْلِ، فَغَلَبَهُ النَّوْمُ حَتَّى يُصْبِحَ، كُتِبَ لَهُ مَا نَوَى، وَكَانَ نَوْمُهُ صَدَقَةً مِنْ رَبِّهِ عَزَّ وَجَلَّ.
“Barangsiapa yang naik ke atas ranjangnya sedang ia telah berniat untuk bangun melakukan shalat di malam hari, namun ia tertidur hingga waktu Shubuh, maka ditulis baginya pahala apa yang ia niatkan dan tidurnya itu adalah sedekah dari Rabb-nya.” [HR. An-Nasa-i dalam kitab ash-Shalaah, bab Man Ataa Firaa-syahu wa Huwa Yanwil Qiyaam, (hadits no. 1786)].
Dari ’Aisyah –radhiyallahu ’anha-, beliau mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ
”Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu walaupun itu sedikit.” ’Aisyah pun ketika melakukan suatu amalan selalu berkeinginan keras untuk merutinkannya.
HR. Muslim no. 783, Kitab shalat para musafir dan qasharnya, Bab Keutamaan amalan shalat malam yang kontinu dan amalan lainnya.
Dari ’Aisyah, beliau mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam ditanya mengenai amalan apakah yang paling dicintai oleh Allah. Rasul shallallahu ’alaihi wa sallam menjawab,
أَدْوَمُهُ وَإِنْ قَلَّ
”Amalan yang rutin (kontinu), walaupun sedikit.” [HR Muslim no. 782]
’Alqomah pernah bertanya pada Ummul Mukminin ’Aisyah, ”Wahai Ummul Mukminin, bagaimanakah Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam beramal? Apakah beliau mengkhususkan hari-hari tertentu untuk beramal?” ’Aisyah menjawab,
لاَ. كَانَ عَمَلُهُ دِيمَةً وَأَيُّكُمْ يَسْتَطِيعُ مَا كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَسْتَطِيعُ
”Tidak. Amalan beliau adalah amalan yang kontinu (rutin dilakukan). Siapa saja di antara kalian pasti mampu melakukan yang beliau shallallahu ’alaihi wa sallam lakukan.” [HR Muslim no. 783].
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash, ia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadaku:
يَا عَبْدَ اللهِ لاَ تَكُنْ مِثْلَ فُلاَنٍ، كَانَ يَقُوْمُ اللَّيْلَ فَتَرَكَ قِيَامَ اللَّيْلِ.
“Wahai ‘Abdullah, janganlah engkau seperti si fulan. Dulu dia biasa mengerjakan shalat malam, sekarang dia meninggal-kan shalat malam.“ [Muttafaq ‘alaihi: [Shahiih al-Bukhari (Fat-hul Baari) (III/37 no. 1152)], Shahiih Muslim (II/814 no. 1159 (185)) ].
Keutamaan Do’a Terbangun di Malam Hari
Saat bangun tidur, seorang muslim dianjurkan bersiwak dan berdzikir kepada Allah, dengan mengucapkan dzikir berikut.
Dari ‘Ubadah bin Ash-Shamit radhiallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam; beliau bersabda, “Barang siapa yang terbangun dari tidurnya pada malam hari, kemudian dia mengucapkan,
لا إله إلا الله وحده لا شريك له له الملك وله الحمد وهو على كل شيء قدير الحمد لله وسبحان الله ولا إله إلا الله والله أكبر ولا حول ولا قوة إلا بالله
La ilaha illallah wahdahu la syarika lahu, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘ala kulli syay-in qadri, alhamdulillah wa subhanallah wa la ilaha illallah wallahu akbar, wa la hawla wa la quwwata illa billah *).
kemudian dia berkata: اللهم اغفر لي
Allohummagh Firlii
‘Ya Allah, ampunilah aku’
atau dia memanjatkan doa, hal tersebut (istigfar maupun doa itu) akan dikabulkan. Kemudian jika dia berwudhu lalu mendirikan shalat, shalatnya tersebut akan diterima(di sisi Allah).”
(Hadits shahih; riwayat Al-Bukhari, Abu Daud, At-Tirmidzi, An-Nasa’i, dan Ibnu Majah; lihat Shahih At-Targhib wa At-Tarhib, 1:149)
*) Artinya: Tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah, hanya Dia, tiada sekutu bagi-Nya, milik-Nya segala kerajaan dan milik-Nya segala pujian, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu; segala puji hanya bagi Allah, Mahasuci Allah, tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah, Mahabesar Allah, tiada daya dan upaya melainkan dengan pertolongan Allah.
Beliau juga berdo’a:
الحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا وَإِلَيهِ النُّشُورُ
alhamdulillah alladzi ahyana ba’da maa amaatanaa wailaihi annusyur.
“Segala puji bagi allah yang telah menghidupkan kami setelah mematikan kami dan kepadanya lah kami dikumpulkan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dan membaca doa:
الحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي رَدَّ عَلَيَّ رُوْحِي، وَعَافَانِي فِي جَسَدِي، وَأَذِنَ لِي بِذِكْرِه
alhamdulillah alladzi radda ‘alaiyya ruuhii, wa ‘aafaanii fii jasadii, wa adzina lii bidzikrihi
“Segala puji bagi Allah yang telah mengembalikan ruhku, menyehatkan jasadku, dan mengizinkan aku untuk berdzikir kepadaNya.” (HR. at Tirmidzi)
Hendaknya seseorang bersiwak setelah bangun dari tidurnya. Berdasarkan dalam hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,
كان لا ينام إلا والسواك عند رأسه، فإذا استيقظ بدأ بالسواك
“Tidaklah Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam tidur kecuali siwak berada di dekat kepalanya. Jika terbangun, maka beliau mulai dengan bersiwak.” (HR. Ahmad).
Disunnahkan untuk membuka shalat tahajjud dengan dua rakaat ringan, berdasarkan hadits Abu Hurairah radhiyallahu’anhu:
وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – : أَنَّ النَّبِيَّ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – ، قَالَ : (( إِذَا قَامَ أحَدُكُمْ مِنَ اللَّيْلِ فَلْيَفْتَتِحِ الصَّلاَةَ بركْعَتَيْنِ خَفِيفَتَيْنِ )) رَوَاهُ مُسْلِمٌ .
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila salah seorang di antara kalian berdiri shalat pada waktu malam, hendaklah ia membukanya dengan shalat dua rakaat yang ringan.” (HR. Muslim) [HR. Muslim, no. 768]
Imam Nawawi rahimahullah mengatakan,
هَذَا دَلِيلٌ عَلَى اسْتِحْبَابِهِ لِيَنْشَطَ بِهِمَا لِمَا بَعْدَهُمَا
“Hadis-hadis tersebut merupakan dalil dianjurkannya memulai shalat malam dengan dua rakaat ringan, sebagai pemanasan untuk shalat-shalat setelahnya.” (Syarh Muslim, 6: 49).
Syaikh Muhammad Hayat as-Sindi Rahimahullah menjelaskan bahwa faedah shalat ringan itu untuk membuka ikatan setan. Seperti dijelaskan dalam hadits:
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
عَقِدَ الشَّيْطَانُ عَلَى قَافِيَةِ رَأْسِ أَحَدِكُمْ إِذَا هُوَ نَامَ ثَلاَثَ عُقَدٍ ، يَضْرِبُ كُلَّ عُقْدَةٍ عَلَيْكَ لَيْلٌ طَوِيلٌ فَارْقُدْ ، فَإِنِ اسْتَيْقَظَ فَذَكَرَ اللَّهَ انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ ، فَإِنْ تَوَضَّأَ انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ ، فَإِنْ صَلَّى انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ فَأَصْبَحَ نَشِيطًا طَيِّبَ النَّفْسِ ، وَإِلاَّ أَصْبَحَ خَبِيثَ النَّفْسِ كَسْلاَنَ
“Setan membuat tiga ikatan di tengkuk (leher bagian belakang) salah seorang dari kalian ketika tidur. Di setiap ikatan setan akan mengatakan, “Malam masih panjang, tidurlah!” Jika ia bangun lalu berdzikir pada Allah, lepaslah satu ikatan. Kemudian jika dia berwudhu, lepas lagi satu ikatan. Kemudian jika dia mengerjakan sholat, lepaslah ikatan terakhir. Di pagi hari dia akan bersemangat dan bergembira. Jika tidak melakukan seperti ini, dia tidak ceria dan menjadi malas.” (HR. Bukhari no. 1142 dan Muslim no. 776)
Dianjurkan berdiri, ruku’ dan sujud dalam waktu lama. Tahajjud hendaknya dilakukan di rumah. Para ulama telah bersepakat bahwa shalat sunnah di rumah itu lebih utama. Nabi ﷺ, pun melakukan shalat sunnah di rumah.
“Shalatlah di rumah kalian. Sesungguhnya sebaik-baik shalat seseorang adalah yang dilakukan di rumahnya, kecuali shalat wajib.“
Karena shalat di rumah lebih mendekati keikhlasan.
Shalat sunnah yang dilakukan dengan berdiri lebih baik daripada yang dilakukan dengan duduk, bagi orang yang mampu berdiri, berdasarkan sabda Nabi ﷺ:
“Barangsiapa shalat dengan berdiri, maka itu lebih baik. Dan barangsiapa shalat sambil duduk, maka baginya setengah pahala orang yang shalat berdiri.” (Muttafaqun’alaih).
Namun orang yang shalat sunnah sambil duduk karena udzur, pahalanya sama dengan orang yang shalat berdiri, berdasarkan sabda Nabi
“Apabila seorang hamba sedang sakit atau bepergian, maka baginya pahala sebagaimana bila dia melakukannya saat di rumah dan sehat.” (Diriwayatkan oleh al-Bukhari dari Abu Musa al-Asy’ari (2996) [VI: 165], kitab al-Jihad, bab 134.).
Soal diperbolehkannya melakukan shalat sunnah sambil duduk, sementara seseorang mampu berdiri, sudah menjadi ijma'(kesepakatan) di kalangan para ulama. Shalat malam ditutup dengan witir.
Nabi ﷺ menjadikan Witir sebagai penutup shalatnya, dan memerintahkan hal tersebut dalam banyak hadits.
Orang yang tidak sempat melaksanakan shalat tahajjud di malam hari, dianjurkan untuk mengqadhanya di siang hari, berdasarkan sabda Nabi
“Barangsiapa yang tertidur sehingga tidak sempat membaca Al Qur’an atau sebagian darinya (dalam shalat) di malam hari, lalu ia membacanya antara shalat Shubuh dan shalat Zhuhur, maka ditulis pahalanya seolah ia membacanya di malam hari.” (Diriwayatkan oleh Muslim dari ‘Umar bin al-Khaththab (no. 747 (17450)) (IlI:271) ShaIat al-Musafirin, bab 20).
Pelajaran dapat diambil dari hadits di atas:
1. Allah ﷻ adalah Dzat yang Maha Pemurah dan tidak membebani hambaNya dengan kesulitan.
2. Pentingnya konsisten dalam beribadah atau wirid harian.
3. Allah ﷻ memberikan pahala suatu amalan meskipun dilakukan tertunda.
Saudara seiman. Jangan biarkan diri anda terhalang melaksanakan shalat malam, sekalipun jumlahnya sedikit, namun anda lakukan dengan kontinyu. Agar dengan itu anda memperoleh pahala orang-orang yang memohon ampun saat menjelang fajar. Boleh jadi,yang sedikit itu akan mendorong anda melakukan yang lebih banyak lagi.
Sesungguhnya Allah tidak akan menyia-nyiakan pahala orang yang berbuat kebajikan.
•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ
“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم