بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Daurah Al-Khor Sabtu Pagi – Masjid At-Tauhid
Syarah Riyadhus Shalihin Bab 45
Ustadz Abu Hazim Syamsuril Wa’di, SH, M.Pd 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱.
Alkhor, 27 Rabi’ul Akhir 1445 / 11 November 2023


https://www.assunnah-qatar.com/wp-content/uploads/2023/11/Riyadhus-Shalihin-Bab-45-Hadits-9-10.mp3?_=1

Bab 45 – Pertemuan 8: Berziarah Kepada Para Ahli Kebaikan, Duduk-duduk Dengan Mereka, Mengawani -Menemani- Mereka, Mencintai Mereka, Meminta Mereka Supaya Berziarah Ke Tempat Kita, Meminta Doa Dari Mereka Serta Berziarah Ke Tempat-tempat Yang Utama

  Hadits 9 dan 11:

368 – وعن أَبي موسى الأشعري – رضي الله عنه: أن النَّبيّ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ: «المَرْءُ مَعَ مَنْ أَحَبَّ». مُتَّفَقٌ عَلَيهِ. وفي رواية: قيل للنبي – صلى الله عليه وسلم: الرَّجُلُ يُحبُّ القَومَ وَلَمَّا يَلْحَقْ بِهِمْ؟ قَالَ: «المَرْءُ مَعَ مَنْ أَحَبَّ».

9. Dari Abu Musa al-Asy’ari Radhiyallahu’anhu bahwasanya Nabi ﷺ bersabda: “Seseorang itu beserta orang yang dicintainya.” (Muttafaq ‘alaih)

Dalam suatu riwayat lain disebutkan: Abu Musa Radhiyallahu’anhu berkata: “Nabi ﷺ ditanya: “Ada seorang mencintai sesuatu kaum, tetapi ia tidak pernah menemui mereka itu, bagaimanakah?” Beliau ﷺ lalu bersabda: “Seseorang itu beserta orang yang dicintainya.” (HR Bukhari Muslim)

وعن ابن مسعود – رضي الله عنه – قَالَ: جاء رجلٌ إلى رَسُولِ الله – صلى الله عليه وسلم – فَقَالَ: يَا رَسُول الله، كَيْفَ تَقُولُ في رَجُلٍ أَحَبَّ قَوْمًا وَلَمْ يَلْحَقْ بِهِمْ؟ فَقَالَ رَسُول الله – صلى الله عليه وسلم: «المَرْءُ مَعَ مَنْ أحَبَّ». مُتَّفَقٌ عَلَيهِ.

11. Dari Ibnu Mas’ud Radhiyallahu’anhu katanya: “Ada seorang lelaki datang kepada Rasulullah ﷺ lalu berkata: “Ya Rasulullah, bagaimanakah pendapat Tuan mengenai seorang yang mencintai sesuatu kaum, tetapi tidak pernah menemui kaum itu?” [1)] Rasulullah ﷺ bersabda: “Seorang itu beserta orang yang dicintainya.” (Muttafaq ‘alaih)

1) Dalam riwayat Imam Ibnu Hibban ada tambahannya sesudah kata-kata “Walam yalhaq bihim“, sedang tambahannya itu berbunyi: Artinya: “Dan orang itu tidak dapat mengamalkan sebagaimana yang diamalkan oleh kaum yang dicintainya itu.”

Hadits ini merupakan kabar gembira bagi hamba-Nya yang beriman yang bermakna agung. Seseorang terkadang tidak bisa beramal dengan amalan yang banyak dan Allâh ﷻ menyertakan bersama orang-orang yang baik tersebut.

Ada jiwa yang tidak mendorong ke suatu amalan yang baik, maka setidaknya dia mencintai orang yang baik dan mencintai majelis-majelis mereka, jangan sebaliknya. Karena seseorang akan bersama orang yang dicintainya. Minimal kita akan terpacu untuk mengikuti jejak mereka.

Kalau yang menjadi idolanya adalah para artis atau model, atau yang serupanya, maka mereka akan diikutsertakan dengan mereka meskipun tidak ikut dengan mereka karena sebab kecintaan kepada mereka.

Namun jika para Ummahat mencintai para Ummahatul Mukminun (karena tidak bisa dinikahi sahabat Nabi ﷺ yang lain) atau dari perempuan yang bertakwa, maka dia akan dikumpulkan bersama mereka meskipun dia beramal tidak sampai sederajat dengan mereka.

Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam bersabda :

الأرواحُ جنودٌ مجنَّدةٌ . فما تعارف منها ائتَلَف . وما تناكَر منها اختلف

Ruh-ruh itu bagaikan pasukan yang dihimpun dalam kesatuan. Jika saling mengenal di antara mereka maka akan bersatu. Dan yang saling merasa asing di antara mereka maka akan berpisah.” (HR. Muslim 6376)

Setelah hisāb di Padang Mahsyar selesai, maka mulailah dipisah antara penduduk Surga dan penduduk Neraka secara bertahap.

Al-Imām Bukhāri dan Muslim meriwayatkan dalam shahīhnya dari Abū Said Al-Khudry Radhiyallāhu ‘anhu dari Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

Bahwasanya kelak di hari kiamat akan ada yang memanggil dan memerintahkan setiap umat untuk mengikuti Tuhan yang dia sembah di dunia.

Maka tidaklah ada manusia yang menyembah selain Allāh seperti patung dan batu, kecuali dia akan berjatuhan ke dalam neraka.

Sehingga tidak tersisa kecuali orang-orang yang berimān baik yang shālih maupun yang fasik dan sebagian kecil atau sisa ahlul kitāb yaitu orang Yahūdi dan Nasrani.

Dan sahabat yang shalih bisa memberikan syafaat sahabatnya sehingga akan ditarik ke surga

Hasan Al- Bashri berkata,

استكثروا من الأصدقاء المؤمنين فإن لهم شفاعة يوم القيامة

Perbanyaklah berteman dengan orang-orang yang beriman. Karena mereka memiliki syafaat pada hari klamat.” (Ma’alimut Tanzil 4/268)

Fawaid:

1. Siapa yang dia tidak tahu tentang suatu ilmu hendaklah dia bertanya. Dan dia bertanya kepada ahlinya dan yang berkompeten.
2. Hendaklah bagi seorang muslim untuk memilih teman-temannya dan pemimpinnya dari kalangan orang-orang yang shalih dan bertakwa, agar dia bersama dengan mereka. Karena seseorang akan dikumpulkan bersama orang-orang yang dicintai.
3. Teman-teman akan menjadi musuh pada hari kiamat kecuali orang yang bertakwa.
4. Cinta karena Allâh ﷻ adalah sebuah ketaatan. Seorang bisa mencapai apa yang dia luput darinya atau kurang dari ketaatan-ketaatan yang sunnah.
5. Tingkatan-tingkatan dalam amalan dan ketaatan, di antara mereka ada yang berlomba-lomba dalam mengerjakan kebaikan. Yaitu muqtasid (pertengahan), dan sabiqun bil khoirot (Selalu berbuat kebaikan).

Dalam surat Fathir ayat 32 disebut tiga kategori manusia : dhalimun linafsih (orang yang senantiasi mendhalimi dirinya sendiri), muqtasid (pertengahan), dan sabiqun bil khoirot (Selalu berbuat kebaikan).

  Hadits 10:

وعن أنس – رضي الله عنه: أنَّ أعرابيًا قَالَ لرسول الله – صلى الله عليه وسلم: مَتَى السَّاعَةُ؟ قَالَ رَسُول الله – صلى الله عليه وسلم: «مَا أعْدَدْتَ لَهَا؟» قَالَ: حُبَّ الله ورسولهِ، قَالَ: «أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ». مُتَّفَقٌ عَلَيهِ ، وهذا لفظ مسلم. وفي رواية لهما: مَا أعْدَدْتُ لَهَا مِنْ كَثيرِ صَوْمٍ، وَلاَ صَلاَةٍ، وَلاَ صَدَقَةٍ، وَلَكِنِّي أُحِبُّ الله وَرَسُولَهُ.

Dari Anas Radhiyallahu’anhu bahwasanya ada seorang A’rab -orang Arab pedalaman- berkata kepada Rasulullah ﷺ : “Kapankah datangnya hari kiamat?” Rasulullah ﷺ bersabda kepadanya: “Apakah yang telah engkau persiapkan untuk menemuinya?” A’rab itu menjawab: “Kecintaanku kepada Allah dan RasulNya.” Kemudian beliau ﷺ bersabda: “Engkau akan menyertai orang yang engkau cintai.” (Muttafaq ‘alaih)

Ini adalah lafaz Imam Muslim. Dalam riwayat Imam Bukhari dan Muslim lainnya, disebutkan demikian: A’rab berkata: “Saya tidak menyiapkan sesuatupun untuk menemui hari kiamat itu, baik yang berupa banyaknya puasa, shalat atau sedekah, tetapi saya ini adalah mencintai Allah dan RasulNya.

Fawaid:

1. Hikmahnya Rasulullah ﷺ dan dalamnya jawaban kepada orang yang bertanya, berupa jawaban berdasarkan kepentingan yang bertanya.
2. Bolehnya menjawab pertanyaan orang yang bertanya dengan pertanyaan, jika pertanyaan ini bermanfaat bagi si penanya.
3. Allâh ﷻ menyembunyikan kapan hari kiamat, agar orang itu siap untuk menghadapinya.
4. Pada hari kiamat, seseorang akan bersama orang yang dicintai.
5. Cinta kepada Allâh ﷻ dan Rasul-Nya termasuk amalan yang paling afdhal dan ketaatan yang paling sempurna.

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم