بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Kajian Kitab: 𝕀𝕘𝕙𝕠𝕥𝕤𝕒𝕥𝕦𝕝 𝕃𝕒𝕙𝕗𝕒𝕟 𝕄𝕚𝕟 𝕄𝕒𝕤𝕙𝕠𝕪𝕚𝕕𝕚𝕤𝕪 𝕊𝕪𝕒𝕚𝕥𝕙𝕒𝕟
(Penolong Orang yang Terjepit – Dari Perangkap Syaitan)
Karya: Ibnul Qayyim al-Jauziyah 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱.
Pemateri: Ustadz Isnan Efendi, Lc. MA. 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Pertemuan: 3 Jumadil Awal 1445 / 17 November 2023



Bab 13 – 5 – Melumpuhkan Senjata-senjata Setan

Pada pertemuan yang lalu telah dijelaskan mengenai senjata-senjata setan, yaitu:
1. Memperpanjang Angan-angan.
2. Memperdaya Manusia untuk Memandang Sesuatu yang Jahat sebagai Sesuatu Yang Baik.

3. Menakut-nakuti Orang-orang Beriman

Di antara tipu daya musuh Allah adalah ia menakut-nakuti orang-orang beriman melalui laskar dan pengikut-pengikutnya (bisikan hati atau melalui bala tentaranya dari golongan manusia). Maka mereka tidak mengajaknya berjihad, tidak memerintahkan mereka kepada yang ma’ruf dan tidak mencegah mereka dari yang mungkar. Dan ini adalah di antara tipu daya syetan yang paling besar terhadap orang-orang beriman. Allah mengabarkan hal ini dalam firman-Nya,

اِنَّمَا ذٰلِكُمُ الشَّيْطٰنُ يُخَوِّفُ اَوْلِيَاۤءَهٗۖ فَلَا تَخَافُوْهُمْ وَخَافُوْنِ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ

Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syetan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku jika kamu benar-benar orang yang beriman.” (Ali Imran: 175).

Yukhawwifu awliyaa’ah (يُخَوِّفُ اَوْلِيَاۤءَهٗۖ) dalam ayat di atas menurut semua ahli tafsir berarti menakut-nakutimu dengan kawan-kawannya. Qatadah berkata, “Ia membesar-besarkan mereka (kawan-kawannya) di dalam hatimu. Oleh sebab itu Allah befirman, ‘Karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang yang beriman.’ Maka setiap kali iman hamba bertambah kuat maka setiap itu pula hilang rasa takutnya kepada kawan-kawan syetan. Sebaliknya, setiap kali imannya melemah, setiap itu pula bertambah kuat ketakutannya kepada mereka.”

4. Menyihir Akal

Dan di antara tipu dayanya juga adalah, ia senantiasa menyihir akal sehingga bisa memperdayanya, dan tak seorang pun yang dapat selamat dari sihirnya kecuali orang yang dikehendaki Allah. Ia mengelabui manusia sehingga menganggap baik perbuatan yang membahayakannya, bahkan begitu diperdayanya sehingga ia menganggap perbuatan yang membahayakan itu sebagai sesuatu yang paling bermanfaat. Sebaliknya, syetan menjauhkannya dari perbuatan yang paling bermanfaat baginya, bahkan dikelabuinya hingga ia mengira bahwa itu sebagai perbuatan yang membahayakannya.

Sebuah hadits Nabi mengingatkan untuk berhati-hati dengan kata-kata ataupun janji-janji yang dapat menyesatkan. Kesesatan dapat bersumber pada kata-kata, kebijakan, ataupun perilaku seorang pemimpin.

Abu Darda Radhiyallahu’anhu berkata: Telah memberi amanat kepada kami Rasulullah ﷺ : “Bahwa yang paling aku takuti atasmu ialah pemimpin yang menyesatkan.” (H.R. Ahmad).

Begitu bahayanya pemimpin yang menyesatkan, Abu Dzarrin radhiyallahu pernah berkata: Aku pernah berjalan dengan Rasulullah ﷺ , lalu beliau bersabda: “Selain Dajjal yang paling aku takuti atas umatku“.

Beliau mengatakannya tiga kali. Kata Abu Dzarrin, aku bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah yang selain Dajjal yang paling engkau takuti atas ummatmu itu? Nabi ﷺ bersabda: Yaitu pemimpin-pemimpin yang menyesatkan.” (H.R. Ahmad).

Nabi Muhammad ﷺ pernah menyinggung soal kekhawatirannya tentang Al-Qur’an dan susu. Hal ini ada dalam hadits yang diriwayatkan dari Uqbah bin Amir Radhiyallahu’anhu Dalam hadits ini, Nabi ﷺ bersabda:

(إِنِّي أَخَافُ عَلَى أُمَّتِي اثْنَتَيْنِ: الْقُرْآنَ وَاللَّبَنَ، أَمَّا اللَّبَنُ فَيَبْتَغُونَ الرِّيفَ وَيَتَّبِعُونَ الشَّهَوَاتِ وَيَتْرُكُونَ الصَّلَوَاتِ، وَأَمَّا الْقُرْآنُ فَيَتَعَلَّمُهُ الْمُنَافِقُونَ فَيُجَادِلُونَ بِهِ الْمُؤْمِنِينَ)

Sungguh aku mengkhawatirkan dua hal pada umatku, yaitu Alquran dan Susu. Adapun susu, mereka akan mencari tanah yang subur lalu mereka akan mengikuti hawa nafsu hingga akan meninggalkan sholat. Adapun Alquran, orang-orang munafik akan mempelajarinya, lalu menggunakannya untuk mendebat orang-orang beriman.” (HR. Ahmad).

Susu yang dimaksud dalam hadits tersebut bukanlah susu itu sendiri. Adapun Alquran di dalam hadits bukan sebagai subjek yang dikhawatirkan. Melainkan, penyebutan keduanya di hadits itu mengandung makna metaforis.

Hadits tersebut berisi peringatan untuk tidak mengikuti hawa nafsu dan kesenangan dunia hingga akhirnya meninggalkan sholat berjamaah dan sholat Jumat. Adapun hal yang dikhawatirkan dari Al Qur’an, adalah ketika orang-orang munafik mempelajari Al-Qur’an untuk berdebat dengan orang-orang beriman.

Umar bin Khattab Radhiyallahu’anhu pun pernah mengungkapkan kehawatirannya terkait beberapa hal yang terjadi dalam Islam. Umar berkata:

وقد قال عمر -رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ-: “يهدم الإسلام زلة عالم، وجدال منافق بالقرآن، وحكم الأئمة المضلين”.

Islam menjadi runtuh ketika ulama berbuat kekeliruan, orang munafik berdebat tentang Al-Qur’an, dan para imam yang sesat memberi penilaian.”

La ilaaha illallah, berapa banyak manusia yang telah terkena fitnah sihir ini. Dan berapa banyak ia telah menghalangi dirinya dari hatinya, dari Islam, iman dan ihsan? Berapa banyak kebatilan yang nyata, lalu ia ditampakkan dalam sebuah bentuk yang dianggap baik. Sebaliknya, berapa banyak kebenaran yang dilecehkan, bahkan ditampakkan dalam suatu bentuk yang keji? Betapa banyak hiasan-hiasan palsu oleh para ahli kritik? Betapa laris penipuan oleh orang-orang yang mengerti?

Maka syetan itulah yang menyihir segenap akal sehingga melemparkan pemiliknya pada berbagai macam hawa nafsu dan pendapat-pendapat yang berserakan, lalu bersama mereka, syetan melalui setiap jalan kesesatan. Selanjutnya melemparkan mereka pada kebinasaan di atas kebinasaan. Kemudian ia membuat mereka menganggap baik menyembah berhala-berhala, memutuskan tali persaudaraan, mengubur anak perempuan hidup-hidup, menikahi ibu sendiri, lalu menjanjikan mereka kemenangan mendapatkan surga melalui kekufuran, kefasikan dan kemaksiatan. Syetan menampakkan syirik pada mereka sebagai bentuk pengagungan.

Sedangkan kufur terhadap sifat-sifat Allah, ketinggianNya, kalam-Nya dan kitab-kitab-Nya ia tampakkan sebagai bentuk penyucian pada-Nya. Lalu meninggalkan amar ma’ruf nahi munkar ditampakkan sebagai wujud kecintaan dan kasih sayang terhadap sesama manusia, manifestasi dari akhlak yang baik dengan mereka serta realisasi amal dari firman-Nya, “Jagalah dirimu.” (Al-Ma’idah: 105).

Imam Abu Ali Ad Daqqooq An Naisaburi Asy Syafi’i berkata :

الساكت عن الحق شيطان أخرس، والناطق بالباطل شيطان ناطق

Orang yang berdiam diri dari (menyampaikan) kebenaran, maka ia adalah Syaithon Akhros (yakni setan yg bisu dari jenis manusia). Dan orang yang menyampaikan kebathilan ia adalah setan yang berbicara

(Disebutkan oleh imam An-Nawawi di dlm Syarah Shohih Muslim).

Kemudian berpaling dari apa yang dibawa Rasul Shallallahu Alaihi wa Sallam ditampakkan sebagai bentuk taklid dan merasa cukup terhadap ucapan orang yang lebih mengerti di antara mereka. Bersikap munafik dan plin-plan dalam masalah agama ditampakkan sebagai suatu kecerdikan akal yang dinamis di tengah-tengah manusia.

Dia adalah teman kedua orangtua kita saat dikeluarkan dari surga, dan teman Qabil saat membunuh saudaranya, teman kaum Nuh saat mereka ditenggelamkan, teman kaum ‘Aad saat mereka dibinasakan dengan angin puting beliung, teman kaum Shalih saat mereka dibinasakan dengan satu teriakan, teman umat Luth ketika mereka ditenggelamkan ke bumi lalu dilempari bebatuan, teman Fir’aun dan kaumnya saat mereka disiksa dengan siksaan yang membinasakan, teman para penyembah anak sapi saat terjadi pada mereka apa yang terjadi, teman orang-orang kafir Quraisy saat mereka diseru pada masa perang Badar, dan teman setiap orang yang binasa dan terkena fitnah.

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم