بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Kajian Kamis Malam Al-Khor
Penceramah: Ustadz Abu Abdillah Nefri, Lc 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Edisi: Kamis, 15 Jumadil Akhir 1445 / 28 Desember 2023

📒 E-book: https://www.assunnah-qatar.com/ebook/e-book-selamat-datang-kematian/


Selamat datang Kematian – Pertemuan 15
Bab 1 – Mengingat Nasib

Adzab Kubur

Ada yang berpendapat tidak adanya adzab kubur, padahal mereka menggunakan dalil yang sama adanya adzab kubur, didasarkan pada perbedaan penafsiran. Inilah pentingnya tafsir sesuai dengan para sahabat Nabi ﷺ.

Allâh ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Yasin ayat 52:

قَالُوْا يٰوَيْلَنَا مَنْۢ بَعَثَنَا مِنْ مَّرْقَدِنَا ۜهٰذَا مَا وَعَدَ الرَّحْمٰنُ وَصَدَقَ الْمُرْسَلُوْنَ

Mereka berkata, “Celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat tidur kami (kubur)?” Inilah yang dijanjikan (Allah) Yang Maha Pengasih dan benarlah rasul-rasul(-Nya).

Yakni dari kubur mereka yang dahulu semasa mereka masih hidup di dunia tidak percaya bahwa mereka akan dibangkitkan hidup kembali dari kubur mereka. Setelah mereka menyaksikan di tempat mereka dikumpulkan itu apa yang dahulunya mereka dustakan, Mereka berkata, “Aduhai, celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat tidur kami (kubur)?” (Yasin: 52)

Hal ini bukan berarti menafikan siksa kubur bagi mereka yang selama mereka berada di dalam kuburnya, karena siksa kubur itu bila dibandingkan dengan kerasnya azab di alam akhirat sama halnya dengan tidur.

Ubay ibnu Ka’b Radhiyallahu’anhu, Mujahid, Al-Hasan, dan Qatadah mengatakan, mereka tidur sejenak sebelum dibangkitkan hidup.

Qatadah mengatakan bahwa hal tersebut terjadi di antara dua tiupan sangkakala, karena itulah mereka mengatakan, “Siapakah yang membangunkan kami dari tempat tidur kami (kubur)?” (Tafsir Ibnu Katsir).

Perjalanan Yang Panjang

Hidup didunia yang relative sangat pendek, setelah masuk alam kubur, di barzakh manusia akan menunggu dalam masa yang amat panjang sampai datangnya hari ditiupnya sangkakala untuk berbangkit. Berapa lama dialam kubur tidak seorangpun yang mengetahuinya kecuali Allâh ﷻ, bisa jadi ratusan tahun, ribuan bahkan lebih sebagaimana orang-orang yang telah mendahului kita.

Berkata Ibnu Al-Qayyim Rahimahullah: “Manusia sejak diciptakan senantiasa menjadi musafir, batas akhir perhentian perjalanan mereka adalah surga atau neraka”. (Al-Fawaid, 1/190).

Perjalanan alam barzakh menuju ke akhirat, berkumpul di mahsyar, hisab dan segenap peristiwa-peristiwa besar lainnya hingga sampai masuk surga atau jatuh ke neraka, itu merupakan perjalanan yang teramat panjang. Setiap manusia pasti akan melintasi sirath tanpa terkecuali. Orang beriman selamat hingga ke negri yang penuh kedamaian, adapun orang kafir dan semisal mereka, akan nyemplung di negri yang penuh kesedihan, azab yang mengerikan. Allâh ﷻ berfirman:

وَاِنْ مِّنْكُمْ اِلَّا وَارِدُهَا ۚ كَانَ عَلٰى رَبِّكَ حَتْمًا مَّقْضِيًّا ۚ

Dan tidak ada seorang pun di antara kamu yang tidak mendatanginya (neraka). Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu ketentuan yang sudah ditetapkan. (QS Maryam ayat 71).

Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah ﷺ bersabda:

Maka dibentangkanlah Sirath ditengah permukaan Jahannam, aku dan ummatku yang pertama sekali melewatinya dari golongan para rasul, dan tidak seorangpun yang berani berbicara dihari itu kecuali para rasul. Dan ucapan para Rasul-Nya saat itu: “Wahai Allah, selamatkanlah, selamatkanlah”. (HR Bukhari (no. 806).

Dari Sahabat Sa’id Al-Khudri Radhiyallahu’anhu, Nabi ﷺ bersabda:

Kemudian didatangkan jembatan lalu dibentangkan diatas permukaan Jahannam. Kami bertanya:” Wahai Rasulullah, bagaimana bentuk jembatan itu? Nabi n berkata,” Licin (lagi) menggelincirkan. Diatasnya terdapat besi-besi pengait dan kawat berduri yang ujungnya bengkok, ia bagaikan pohon berduri di Najd dikenal dengan pohon Sa’dan …”. (HR. Bukhari (no. 7439).

Dari Sahabat Sa’id Al-Khudri Radhiyallahu’anhu, Nabi ﷺ bersabda:

Pengait itu seperti pohon Sa’dan. Diantara mereka ada yang binasa disebakan amal perbuatannya (semasa didunia), dan diantara mereka ada yang tergelincir namun akhirnya selamat”. (HR. Bukhari (no. 806).

Dari sahabat Abu Huzaifah ibnu Al-Yaman Radhiyallahu’anhu, Rasulullah ﷺ bersabda: “Lalu diutuslah amanah dan rahim (tali persaudaraan) keduanya berdiri di samping kirikanan sirath. Orang pertama lewat seperti kilat”. Aku bertanya:” Ibu dan Ayahku sebagai tebusanmu. Adakah sesuatu seperti kilat? Rasulullah ﷺ menjawab: “Tidakkah kalian melihat kilat bagaimana ia lewat sekejap mata? Kemudian ada yang melewati seperti angin, seperti burung terbang dan seperti kuda yang berlari kencang. Mereka berjalan sesuai amalan mereka. Dan Nabi kalian pada waktu itu berdiri diatas sirath sambil berkata: “Ya Allah selamatkanlah! Selamatkanlah! Sampai hamba yang lemah amalannya, sehingga datang seseorang yang tidak mampu melewati kecuali dengan merangkak”.

Dikedua belah pinggir sirath terdapat besi pengait yang bergantungan untuk menyambar siapa saja yang diperintahkan untuk ditarik, maka ada yang terpeleset namun selamat, dan ada yang terjungkir kedalam neraka”. (Sahih Muslim (no. 195), Sahih Al-Jami’ (no. 8027).

Abu Hurairah radhiyallahu’anhu berkata : “Demi Zat yang jiwa Abu Hurairah ada di tangan-Nya, sungguh dalamnya dasar neraka Jahannam sejauh 70 tahun perjalanan.” (HR Muslim no. 395).

Dari Yazid bin Kaisan Radhiyallahu’anhu dari Abi Hazim dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, ia berkata: “Suatu kali kami sedang bersama Rasulullah ﷺ , tiba-tiba kami mendengar suara dentuman. Rasulullah ﷺ bersabda: “Tahukan kalian suara apa itu? Para sahabat berkata: “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui. Rasulullahy bersabda; “Itu adalah batu yang dilemparkan ke neraka Jahannam semenjak 70 tahun yang lalu”. (HR. Muslim (no. 2844).

Berkata Syaikhul Islam ibnu Taimiyah Rahimahullah: Aku beriman adanya Sirath yang dibentangkan diatas neraka Jahannam Diantara mereka ada yang selamat dan yang lain terjungkal kedalamnya. (Qashidah Al-Laamiyah)

Sahabat Abu Sa’id Al Khudri Radhiyallahu’anhu menceritakan, bahwa Nabi kita Muhammad ﷺ menjelaskan peristiwa yang terjadi di Qantharah sebelum masuk ke dalam surga:

Orang-orang beriman yang telah selamat dari neraka (setelah melewati sirath) akan tertahan di Qantharah (sebuah jembatan/tempat) diantara surga dan neraka. Kemudian ditegakkanlah qishosh terhadap sebagian mereka akibat kezhaliman yang terjadi antara mereka semasa di dunia. Setelah dibersihkan dan bebas (dari kezhaliman), barulah mereka dizinkan masuk surga. Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh salah seorang di antara mereka lebih kenal terhadap tempat tinggalnya di surga Allah dari pada tempat tinggalnya semasa di dunia”. (HR Bukhori (no. 2440, 6535).

Para ulama berbeda pendapat tentang Qantharah, apakah ia bagian ujung sirath ataukah jembatan tersendiri. Al Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani Rahimahullah berkata: “Yang tampak bahwasanya Qantharah adalah ujung dari sirath sebelum surga. Dan ada kemungkinan qantharah jembatan tersendiri antara sirath dan surga.” (Fathul Bari Syarah Sahih Al-Bukhari, 5/96, Ibnu Hajar Al-‘Atsqalani).

Itulah surga akhir perjalanan orang-orang beriman yang diselamatkan oleh Allah dari berbagai kesulitan peristiwa besar di hari yang mengerikan. Itulah kampung halaman orang-orang mulian, berkumpul bersama Para Nabi, Syuhada, Ghuraba’, yang bersabar diatas ketaatan meninggalkan dosa dan orang-orang shaleh yang bertaqwa. Negeri penuh dengan kenikmatan yang tiada tara, tempat istirahat terkahir bagi hambahamba yang berhati mulia, pelipur kesedihan dari prahara dunia. Di sanalah segala kepenatan dunia akan hilang dan terlupa, segala kesedihan akan sirna seakan tak pernah ada. Bersabar dan berpaculah untuk Firdaus wahai sang jawara. Allâh ﷻ berfirman:

سَابِقُوْٓا اِلٰى مَغْفِرَةٍ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا كَعَرْضِ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِۙ اُعِدَّتْ لِلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا بِاللّٰهِ وَرُسُلِهٖۗ ذٰلِكَ فَضْلُ اللّٰهِ يُؤْتِيْهِ مَنْ يَّشَاۤءُ ۚوَاللّٰهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيْمِ

Berlomba-lombalah kamu untuk mendapatkan ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, yang diberikan kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. (Al-Hadid ayat 21).

يُطَافُ عَلَيْهِمْ بِصِحَافٍ مِّنْ ذَهَبٍ وَّاَكْوَابٍ ۚوَفِيْهَا مَا تَشْتَهِيْهِ الْاَنْفُسُ وَتَلَذُّ الْاَعْيُنُ ۚوَاَنْتُمْ فِيْهَا خٰلِدُوْنَۚ

Kepada mereka diedarkan piring-piring dan gelas-gelas dari emas, dan di dalam surga itu terdapat apa yang diingini oleh hati dan segala yang sedap (dipandang) mata. Dan kamu kekal di dalamnya. (QS Zuhruf ayat 71).

Namun untuk sampai di tempat yang mulia itu butuh pengorbanan besar, bertarung dengan hawa nafsu dan dunia, ujian demi ujian tidak jarang datang menimpa, orang-orang shaleh bahkan para Nabi yang mulia. Surga Allah tidak diraih dengan anganangan, akan tetapi dengan keikhlasan, kesabaran dan perjuangan. Allâh ﷻ berfirman:

Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat”. (QS. Al-Baqarah: 214)

Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sungguh kami telah menguji orangorang yang sebelum mereka, maka sungguh Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sungguh Dia mengetahui orang-orang yang dusta.”. (QS. Al-Ankabut: 2)

Berkata sahabat Abdullah bin ‘Abbas Radhiyallahu’anhuma: “Penciptaan nya dalam keadaan yang sulit, mulai dari proses mengandung, kelahiran, menyusukan, saat menyapihnya, nafkah, ujian mempertahankan hidup hingga kematiannya”. (Tafsir Ma’alimu at-Tanzil 5/254-255).

Berkata Imam Al-Hasan Al-Basri Rahimahullah “Manusia itu senantiasa memikul penderitaan dunia dan kesulitan hari akhirat”. (Tafsir Ma’alimu at-Tanzil 5/254).

Dari Sa’ad bin Abi Waqqas Radhiyallahu’anhu, Rasulullah ﷺ bersabda: “Manusia mana yang paling keras ujiannya? Rasulullah ﷺ bersabda: Para Nabi, kemudian yang semisal dan yang semisalnya, seorang hamba diuji sesuai kadar agamanya, jika agamanya kuat maka semakin kuat ujiannya, jika lemah agamanya maka diuji sesuai kadar agamanya. Maka seorang hamba senantiasa diuji oleh Allah sehingga dia berjalan dimuka bumi tanpa memiliki dosa”. (HR. Ibnu Majah (no. 4203), disahihkan Syaikh Al-Albani).

Dari Mauhab, Al-Hasan Al-Bashri Rahimahullah menasehati ‘Umar bin Abdul Aziz Rahimahullah:

Amma ba’du, Sungguh dunia ini negri yang mencemaskan, Adam diturunkan kepadanya sebagai hukuman, ketahuilah bahwa keadaan dunia ini tidaklah seberapa, siapa yang memuliakan dunia akan hina, setiap waktu selalu ada yang celaka akibat dunia. Maka jadilah engkau wahai Amirul Mukminin bagaikan orang yang mengobati lukanya, sabar dalam menahan sakit dan pahitnya obat, untuk menghindari musibah yang berkepanjangan, Wassalaam”. (Hilyatu al-Auliya wa Tabaqatu al-Asfiya 2/148)

Berkata Malik bin Dinar rahimahullah:

Sungguh Allah telah menjadikan dunia negri persinggahan dan akhirat negri yang kekal. Maka ambillah hal yang bermanfaat untuk kekekalan kalian. Keluarkanlah dunia dari hati kalian sebelum badan kalian jasad-jasad kalian keluar darinya. Jangan sampai kalian merobek kain penutup (berbuat maksiat) dihadapan Rabb yang mengetahui rahasia kalian. Didunia kalian hidup, untuk surga kalian diciptakan. Permisalan dunia bagaikan racun, orang yang yang tidak tahu akan menelannya, orang yang sadar akan menjauhinya. Perumpamaan dunia bagaikan seekor ular, sentuhannya lembut, namun didalam perutnya ada racun berbisa yang mematikan. Orang berakal akan berhati-hati darinya, adapun anak- anak kecil akan bermain-main dengannya”. (Sifatu As-Safwah 2/168)

Berkata Imam Muhammad bin Idris As-Syafi’i Rahimahullah: Ujian kehidupan datang silih berganti tidak ada habisnya Adapun kesenangan datang sesekali bagaikan hari raya. (Diwan as-Syafi’i dinukil dari Ruh Al-Bayan 7/310, Al-Kaukab Al-Wahhaj 8/416)

Berkata Imam Ibnu Al-Jauzi Rahimahullah: “Kehidupan dunia ini diletakkan sebagai tempat ujian demi ujian. Maka wajib bagi orang yang berakal untuk mendidik jiwanya diatas kesabaran”. (As-Saidul Khatir hlm. 399)

Dalam kesempatan lain Ibnu Al-Jauzi Rahimahullah juga berkata: “Wahai jiwa! Berlelah letihlah engkau sedikit, niscaya engkau akan istirahat di surga Al-Firdaus dengan istirahat yang berkepanjangan”. (Mawa’izh Ibnu Al-Jauzi 1/79)

Berkata Syaikhul Islam Rahimahullah : “Kedudukan mulia tidaklah diraih kecuali dengan ujian yang berat”. (Al-Fatwa Al-Kubra 1/196, Majmu’ Al-Fatawa 25/302)

Di dunia, untuk sampai menuju akhirat, manusia diuji dengan dua Fitnah:
▪️Yang pertama adalah fitnah syubhat dimana dia adalah fitnah yang paling dahsyat dari dua fitnah. Fitnah ini bisa hilang dengan cara menuntut ilmu syar’i.
▪️Yang kedua fitnah syahwat (yaitu syahwat perut dan kemaluan). Fitnah ini bisa diatasi dengan kesabaran.

Terkadang dua fitnah ini terkumpul dalam diri seseorang, dan terkadang salah satu dari fitnah ini yang ada di dalam diri seseorang.

Semoga Allah Ta’ala menjauhkan kita dari fitnah dan sampai ke tujuan akhirat yaitu surga. Aamiin…

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم