بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Kajian Kamis Malam Al-Khor
Penceramah: Ustadz Abu Abdillah Nefri, Lc 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Edisi: Kamis, 27  Rabi’ul Awal 1445 / 12 Oktober 2023

📒 E-book: https://www.assunnah-qatar.com/ebook/e-book-selamat-datang-kematian/



Selamat datang Kematian – Pertemuan 5
Bab 1 – Mengingat Nasib (4)

 

J. Malaikat Maut dan Hakikat Kematian

Malaikat yang ditugaskan oleh Allah untuk mencabut nyawa setiap hamba disebut dengan Malakul Al-Maut. Malaikat maut ketika mencabut nyawa seorang muslim yang beriman mereka akan perlakukan dengan lemah lembut, adapun orang kafir diperlakukan dengan kasar. Allâh ﷻ berfirman:

وَلَوْ تَرَىٰ إِذِ الظَّالِمُونَ فِي غَمَرَاتِ الْمَوْتِ وَالْمَلَائِكَةُ بَاسِطُو أَيْدِيهِمْ أَخْرِجُوا أَنْفُسَكُمُ ۖ الْيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَابَ الْهُونِ بِمَا كُنْتُمْ تَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ غَيْرَ الْحَقِّ وَكُنْتُمْ عَنْ آيَاتِهِ تَسْتَكْبِرُونَ

Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim berada dalam tekanan sakratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): “Keluarkanlah nyawamu” Di hari ini kamu dibalas dengan siksa yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya. (QS. Al-An’am: 93)

وَٱلنَّٰزِعَٰتِ غَرْقًا وَٱلنَّٰشِطَٰتِ نَشْطًا

“Demi (malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan keras, dan (malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan lemah-lembut”. (QS. An-Nazi’at: 1-2)

Imam Ibnu Jarir At-Tabari Rahimahullah berkata: “Mereka adalah para Malaikat yang bertugas mencabut nyawa anak Adam, dan yang dicabut adalah ruh-ruh manusia”. (Tafsir Ibnu Jarir At-Tabari 24/185)

Berkata Abdullah bin ‘Abbas Radhiyallahu’anhuma: “(Demi (malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan keras) yaitu ruh orangorang kafir yang dicabut kemudian ditarik dengan keras, kemudian dibenamkan kedalam neraka”. (Tafsir Ibnu Katsir 8/312).

Berkata Sa’id bin Jubair Rahimahullah:  “Ruh mereka dicabut dengan kuat, kemudian dibenamkan, kemudian dibakar, kemudian dicampakkan ke dalam api neraka”. (Tafsir Ibnu Jarir At-Tabari 24/185, Tafsir Al-Qurtubi 19/190).

Berkata Imam Al-Baghawi Rahimahullah: “Dan (malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan lemah-lembut” yaitu para Malaikat yang mencabut nyawa orang beriman dengan lembut dan kasih sayang”. (Ma’alimu at-Tanzil 5/204).

Berkata Abdullah bin ‘Abbas Radhiyallahu’anhuma: “Yaitu ruh orang beriman begitu bahagia untuk keluar dari badan dikala kematian, karena kemuliaan yang dilihatnya. Karena Allah memperlihatkan surga kepadanya sesaat sebelum kematian”. (Ma’alimu at-Tanzil 5/204).

Penamaan Malaikat Maut 

Penamaan malaikat maut terdapat didalam Al-Quran dan hadist yang sahih serta atsar dari para ulama as-Salaf. Allâh ﷻ berfirman:

۞ قُلْ يَتَوَفّٰىكُمْ مَّلَكُ الْمَوْتِ الَّذِيْ وُكِّلَ بِكُمْ ثُمَّ اِلٰى رَبِّكُمْ تُرْجَعُوْنَ

Katakanlah, “Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa)mu akan mematikan kamu, kemudian kepada Tuhanmu, kamu akan dikembalikan.”  (QS As-Sajadah ayat 11).

اَللّٰهُ يَتَوَفَّى الْاَنْفُسَ حِيْنَ مَوْتِهَا

Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya”. (QS. Az-Zumar: 42)

وَهُوَ الْقَاهِرُ فَوْقَ عِبَادِهٖ وَيُرْسِلُ عَلَيْكُمْ حَفَظَةً ۗحَتّٰٓى اِذَا جَاۤءَ اَحَدَكُمُ الْمَوْتُ تَوَفَّتْهُ رُسُلُنَا وَهُمْ لَا يُفَرِّطُوْنَ

Dan Dialah yang mempunyai kekuasaan tertinggi di atas semua hamba-Nya, dan diutus-Nya kepadamu malaikat-malaikat penjaga, sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami, dan malaikat-malaikat Kami itu tidak melalaikan kewajibannya”. (QS. Al-An’am: 61)

Terkait tiga ayat ini berkata Muhammad ibnu ‘Utsaimin Rahimahullah: “Dan Allah menyandarkan (idhafah) tugas mewafatkan terhadap diri-Nya, kepada para utusan-Nya yaitu para Malaikat dan kepada satu Malaikat saja. Tidak ada pertentangan diantara ayat-ayat ini, penyandaran kepada Allah karena kematian terjadi atas perintahNya, penyandaran kepada para Malaikat, karena sebagian para Malaikat ditugaskan untuk membantu Malaikat maut, adapun penyandaran kepada Malaikat maut, karena dia yang mengatur urusan mencabut ruh dari badan”. (As-Syarhu Al-Mumti’ 5/245).

Berkata Abdullah bin ‘Abbas Radhiyallahu’anhuma: “Malaikat maut memiliki para pembantu dari golongan malaikat, yang mereka bertugas mengeluarkan ruh dari jasad”.  (Tafsir Ibnu Jarir 10/410, Ibnu Katsir 3/267)

Berkata Imam Mujahid Rahimahullah: “Dijadikan bumi ini untuk Malaikat maut seperti sebuah wadah baskom, dimana Malaikat maut dengan mudah menjangkau arah mana saja yang ia mau. Dan dijadikan untuk Malaikat maut para malaikat pembantu yang siap mencabut ruh kemudian mereka memegang ruh mereka yang telah wafat”. (Tafsir At-Tabari 11/412).

Berkata Imam Al-Kalbiy Rahimahullah: “Malaikat maut mencabut ruh dari badan kemudian ia serahkan kepada para Malaikat rahmat jika ruh orang mukmin atau diserahkan kepada para Malaikat azab jika ruh orang kafir”. (Tafsir Al-Qurtubi 7/7).

Berkata Imam Al-Qurtubi rahimahullah: “Dikatakan oleh sebagian para ulama bahwa bersama malaikat maut ada tujuh malaikat rahmat dan tujuh malaikat pembawa azab. Jika malaikat maut telah mencabut ruh orang mukmin maka ia akan serahkan kepada Malaikat pembawah rahmat, kemudian ia akan diberi kabar dengan pahala surga dan ruhnya diangkat ke langit. Jika Malaikat maut telah mencabut ruh orang kafir maka ia akan serahkan kepada Malaikat pembawa azab dan dikabarkan ia dengan siksaan dan mereka akan menggertaknya, kemudian ruhnya di angkay kelangit dunia kemudian dikembalikan ke as-Sijjin. Adapun ruh orang beriman berada di ‘illiyyin (tempat yang mulia)”. (Tafsir Al-Qurtubi 7/7).

Adapun penamaan malaikat Maut dengan nama ‘Izrail walaupun ini yang terkenal ditengah manusia, namun datang dalam sebagian riwayat yang lemah dan tidak sahih beritanya dari Nabi ﷺ .

Berkata Syaikh Nasiruddin Al-Albani Rahimahullah:  “Tidak sahih dari Nabi ﷺ penamaan Malaikat Maut dengan nama ‘Izrail. Telah datang dalam banyak hadist tentang nama Jibril, Mikail, Israfil, dan ini benar sesuai dalil. Adapun penamaan Malaikat Maut dengan ‘Izrail maka tidak ada sumbernya dari dalil sunnah apalagi al-Quran”. (Mausu’ah Al-Albani fii Al-‘Aqidah 8/39)

Berkata Syaikh Muhammad ibnu Shaleh ibnu ‘Utsaimin rahimahullah:  “Penamaan ‘Izrail tidak sahih dari Nabi ﷺ , nama itu datang dari sumber bani Israil. Malaikat maut tidak dinamakan ‘Izrail karena tidak ada riwayat dari Nabi, dan ini adalah perkara ghaib yang sangat tergantung urusan penetapan dan peniadaan dengan dalil syari’at”. (As-Syarhu Al-Mumti’ 5/245).

Kematian yang kita kenal adalah berpisahnya ruh dengan jasad. Kematian akan menghampiri siapapun tanpa tebang pilih. Ia tidak akan membedakan antara simiskin atau orang kaya, tua atau muda, pejabat atau buruh, jika takdir dan rezki telah sempurna, maka ajal akan menjemputnya. Ketika ruh sudah berpisah meninggalkan badan maka disaat itulah kematian telah menyampari seorang insan.

Berkata Imam Qotadah Rahimahullah: “Sungguh Allah telah menjadikan anak Adam lemah dengan kematian. Allah jadikan dunia negri kehidupan kemudian kebinasaan, dan Allah jadikan akhirat negri pembalasan dan keabadian”. (Tafsir Ibnu Abi Hatim 10/3365, Ad-Dur Al-Mantsur fii at-Tafsir bi al-Ma’tsur 8/234).

Dihikayatkan dari Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu’anhuma: “Bahwa kematian dan kehidupan itu merupakan dua bentuk jasad. Dijadikan kematian dalam bentuk kambing yang mana tidak satupun ia melewati sesuatu atau seseorang mendapatkan aromanya kecuali dia akan wafat”. (Tafsir Al-Qurtubi 18/206)

Berkata para ulama:  “Maut bukanlah sesuatu yang tidak ada wujud, bukan pula sesuatu yang rusak dan berobah, akan tetapi maut itu pemutus ruh yang bergantung di badan dan meninggalkannya, pemisah antara keduanya, merubah keadaan dan berpindahnya dari satu negri menuju negri kehidupan berikutnya”. (Tafsir Al-Qurtubi 18/206).

Berkata Abu Darda Radhiyallahu’anhu: “Tiga hal yang aku cintai, namun dibenci manusia umumnya. Kemiskinan, sakit dan kematian. Aku cinta kematian karena rindu kepada Rabb-ku, aku mencintai kefakiran karena rendah hati kepada Rabb-ku, dan aku mencintai sakit karena sakit akan menggugurkan dosa-dosaku”. (Az-Zuhd Imam Ahmad 1/160, Hilyatu Al-Auliya 1/217).

Berkata Sufyan bin ‘Uyainah rahimahullah: “Andaikan Allah tidak membungkukkan anak Adam dengan tiga hal maka tidak akan ada yang membuatnya tunduk; kefakiran, penyakit dan kematian”. (Hilyatu Al-Auliya 7/277).

Maut adalah makhluk ciptaan Allâh ﷻ sebagai ujian yang berlaku sebelum hari pembalasan. Diakhirat setelah berlaku keputusan semua manusia, maut akan didatangkan dalam bentuk seekor kibas dan disembelih antara surga dan neraka. Sehingga disana tidak ada lagi kematian.

Dari sahabat Abu Sa’id Al-Khudri Radhiyallahu’anhu, Rasulullah ﷺ bersabda:

“Kematian akan didatangkan dalam bentuk kambing berkulit hitam putuh, lalu seorang penyeru memanggil; “Wahai penduduk surga! Mereka melongok dan melihat, penyeru itu berkata: Apakah kalian mengenal ini”?  Mereka menjawab, Ya ini adalah kematian, karena mereka semua telah pernah melihatnya.

Kemudian penyeru memanggil, “Wahai penduduk neraka! Semuanya melongok dan melihat, penyeru itu berkata; “Apakah kalian mengenal ini? Mereka menjawab; Ya, ini adalah kematian. Karena mereka semua benar-benar telah melihatnya. Lalu disembelih kematian itu antara surga dan neraka, lalu diserukan: “Wahai penduduk surga, kekekalan tiada lagi kematian. Wahai penduduk neraka, kekekalan tidak ada lagi kematian setelah ini”. Kemudian Rasulullah ﷺ membaca firman Allâh ﷻ :

Dan berilah mereka peringatan tentang hari penyesalan, (yaitu) ketika segala perkara telah diputus. Dan mereka dalam kelalaian dan mereka tidak (pula) beriman”. (QS. Maryam: 39).

Dan Rasulullah ﷺ berkata:  “Dan mereka penduduk dunia berada dalam kelalaian”. (Sahih Bukhari (no. 4730). Adapun QS. Ibrahim: 17, maksud “Maut” adalah penyebab kematian).

Kita semua sadar bahwa kehidupan dunia ini tidak kekal dan pasti berakhir, apakah dengan datang ajal, atau berakhirnya dunia dengan kiamat dan kehancuran. Ketika ajal seseorang telah sempurna sesuai yang Allâh ﷻ takdirkan, ukuran rezeki telah diambil tanpa satupun yang luput, maka malaikat Maut akan datang untuk mencabut ruhnya, dan sa’at itulah berpisah roh dengan badan, berlakunya kematian yang menyakitkan, sulit dibayangkan bagaimana dahsyat gelombang sakitnya mati, karena orang yang telah merasakan tidak pernah kembali. Semoga Allâh ﷻ mudahkan kita dalam menghadapi gelombang sakaratul maut. Allâh ﷻ berfirman:

Sekali-kali jangan. Apabila nafas (seseorang) telah (mendesak) sampai ke kerongkongan, dan dikatakan (kepadanya): “Siapakah yang dapat menyembuhkan? dan dia yakin bahwa sesungguhnya itulah waktu perpisahan (dengan dunia), dan bertaut betis (kiri) dan betis (kanan), kepada Tuhanmulah pada hari itu kamu dihalau”. (QS. Al-Qiyamah: 26-30)

Dari ‘Aisyah Radhiyallahu’anha, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: “Laa ilaaha illallahu, sungguh sakitnya kematian itu sangat memayahkan”. (Sahih Al-Bukhari (no. 4449, 6510).

Dari Anas bin Malik Radhiyallahu’anhu, Rasulullah ﷺ bersabda: “Proses Malaikat maut mencabut nyawa, lebih sakit daripada seribu tebasan pedang”..

Mushannaf Abdurrazzaq as-San’ani 3/595 (no. 6773), hadist ini lemah sekali, lihat Al-Maudhu’at 3/220, as-Silsilah Ad-Dhai’ifah (no. 1604), Dha’if Al-Jami’ (no. 4774). Wallahu a’lam.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah ﷺ bersabda: Allâh ﷻ berfirman:  “Tidaklah aku bimbang tentang sesuatu dimana Aku Pelakunya sebagaimana kebimbangan-Ku mencabut nyawa seorang mukmin. Ia membenci kematian, sementara Aku tidak suka melakukan sesuatu yang menyakitinya, dan kematian itu sesuatu yang harus berlaku baginya”. (Sahih Bukhari (no. 6502), Syarhu As-Sunnah 5/21 (no. 1249).

Berkata Imam Al-Baghawi Rahimahullah: “Maksudnya ketika seorang mukmin merasakan datangnya kematian dengan berat dan kesulitannya. Dan bukanlah yang di maksud “Aku benci kematian untuknya”, karena kematian mengantarkan seorang mukmin kepada rahmat dan ampunan Allah”. (Syarhu As-Sunnah 5/21).


اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم