بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Kajian Kamis Malam Al-Khor
Penceramah: Ustadz Abu Abdillah Nefri, Lc 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Edisi: Kamis, 20 Rabi’ul Awal 1445 / 5 Oktober 2023
Selamat datang Kematian – Pertemuan 4
Bab 1 – Mengingat Nasib (3)
H. Musuh Bebuyutan dan Perangkapnya
Musuh yang berat dan berbahaya itu adalah musuh yang tidak kelihatan, yang senantiasa siap memangsa kita dari arah yang tidak kita perkirakan. Ada bekas, tapi tidak terlihat wujudnya, serangannya nyata namun sulit dideteksi arahnya, senjata dan perangkap yang digunakan justru rata disukai manusia. Itulah syaithan musuh manusia yang senantiasa memalingkan manusia dari jalan menuju surga. Allâh ﷻ berfirman:
اِنَّ الشَّيْطٰنَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوْهُ عَدُوًّاۗ اِنَّمَا يَدْعُوْا حِزْبَهٗ لِيَكُوْنُوْا مِنْ اَصْحٰبِ السَّعِيْرِۗ
Sungguh, setan itu musuh bagimu, maka perlakukanlah ia sebagai musuh, karena sesungguhnya setan itu hanya mengajak golongannya agar mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala. (QS. Fathir: 6).
اِنَّهٗ يَرٰىكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهٗ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْۗ اِنَّا جَعَلْنَا الشَّيٰطِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ لِلَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ
“Sungguh ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan syaitan-syaitan itu pemimpin-pemimpim bagi orang-orang yang tidak beriman”. (QS. Al-A’raf: 27)
۞ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِۗ وَمَنْ يَّتَّبِعْ خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِ فَاِنَّهٗ يَأْمُرُ بِالْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِۗ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Siapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan, maka sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar”. (QS. An-Nur: 21)
Ada enam tahapan iblis dalam menyesatkan manusia:
Iblis dan bala tentaranya memiliki proyek yang sangat banyak dalam cara menyesatkan manusia, ia akan memasang beragam perangkap disetiap peluang yang ada. Iblis juga memiliki skala perioritas dalam menyesatkan manusia. Target utama iblis bagaimana menjerumuskan manusia untuk menjadi kafir, berbuat syirik kepada Allah dan berbicara tentang agama tanpa dasar ilmu. Karena hal itu semua merupakan puncak dosa yang paling besar, dan tidak ada dosa yang lebih besar disisi Allah melainkan dosa kekufuran, syirik dan berbicara tentang Allah tidak didasari ilmu. Dosa kekufuran (baca: kufur besar) dan orangnya disebut kafir bisa dibagi kepada dua bagian:
Allâh ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Bayyinah ayat 6:
اِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْ اَهْلِ الْكِتٰبِ وَالْمُشْرِكِيْنَ فِيْ نَارِ جَهَنَّمَ خٰلِدِيْنَ فِيْهَاۗ اُولٰۤىِٕكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِۗ
Sungguh, orang-orang yang kafir dari golongan Ahli Kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahanam; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Mereka itu adalah sejahat-jahat makhluk.
Jika syaitan berhasil dilangkah pertama, maka iblis akan bahagia, bahkan syaitan akan naik kelas menjadi iblis, namun jika tidak berhasil maka syetan akan mengajak manusia berbuat dosa bid’ah. Bid’ah adalah setiap keyakinan, perbuatan dalam urusan agama yang tidak dilakukan dan tidak pula direkomendasikan oleh Rasulullah ﷺ.
Dari Aisyah Radhiyallahu’anha, Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ
“Siapa saja yang melakukan suatu amalan yang tidak ada tuntunan dari kami, maka amalan itu tertolak”. (HR. Muslim (no. 1718).
Berkata Imam An-Nawawi As-Syafi’i Rahimahullah: “Dalam hadist ini terdapat bantahan bagi segala bentuk perkara Bid’ah, sama saja apakah yang mengada-adakan itu adalah pelakunya atau telah ada pendahulunya”. (Syarah Shahih Muslim li An-Nawawi 12/16, Fathul Mun’im Syarh Shahih Muslim 7/40).
Adapun masalah dunia, tidak ada masalah jika kita berinovasi, selama tidak melanggar syari’at. Maka, jika suatu ibadah, bisa dilakukan dengan selain sesuatu yang baru, maka sesuatu yang baru itu bukan bid’ah. Seperti ibadah haji, bisa dilakukan tanpa menggunakan pesawat. Mereka bisa dengan alat transportasi lain, maka pesawat bukan bid’ah, tetapi wasilah.
Secara umum, bid’ah lebih disukai iblis dari pada perbuatan maksiat, karena pelaku bid’ah merasa sedang melakukan ketaatan atas nama agama, padahal itu merupakan dosa besar mengada-ada dalam urusan agama Allah yang tidak ada tuntunannya dari nash yang sahih dan pemahaman istidlal yang benar. Adapun pelaku maksiat, tidak ada yang menyangka mereka sedang melakukan ketaatan dengan maksiatnya.
Berkata Imam Sufyan At-Tsauri Rahimahullah:
“Bid’ah lebih di cintai oleh Iblis dari maksiat. Karena perbuatan maksiat mudah untuk bertaubat, adapun pelaku bid’ah sulit bertaubat (karena merasa benar)”. (Zammu Al-Kalam 5/121, Abu Ismail Al-Harawi (w. 481 H), Al-I’tisham 1/214 Imam As-Syatibi).
Jika langkah kedua juga tidak berhasil, maka syaitan akan berupaya menggoda manusia untuk melakukan dosa-dosa besar, seperti zina, liwath (homo seks, nikah sejenis), minum khamar, judi, narkoba, bertatato, dan lain sebagainya. Hal ini telah dinyatakan syaitan dalam sumpahnya.
“Dan syaitan itu mengatakan: “Saya benar-benar akan mengambil dari hamba-hamba Engkau bahagian yang sudah ditentukan (untuk saya), dan aku benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka dan menyuruh mereka (memotong telinga-telinga binatang ternak), lalu mereka benarbenar memotongnya, dan akan aku suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka merubahnya“. (QS. An-Nisa: 118-119)
Diantara bentuk merubah ciptaan Allah yang ditawarkan syaitan adalah dengan pencacahan, penggambaran kulit tubuh atau bertato, memasang anting, gelang atau asesoris perempuan bagi lelaki dan sebagainya.
Dari Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu’anhu, Rasulullah ﷺ bersabda: “Allah melaknat perempuan yang menyambung rambut dan yang minta disambungkan, yang membuat tato dan yang minta dibuatkan tato, yang menghilangkan bulu wajah dan yang minta dihilangkan bulu wajahnya, yang merenggangkan gigi supaya terlihat cantik, dan perempuan yang mengubah ciptaan Allah”. (Sahih Bukhari (no. 5941, 5931) Muslim (no. 2125).
Jika syaitan gagal menjerumuskan manusia dalam kubangan dosa-dosa besar, maka ia akan menggoda mereka untuk melakukan dosa-dosa kecil, lama-kelamaan dianggap remeh sehingga menjadi suatu kebiasaan yang membinasakan. (Seperti Lirikan mata memandang wanita yang tidak halal baginya, bisa berujung dosa besar bahkan kekufuran. In syaa Allah akan datang buktinya pada kisah muazzin yang mati sebagai Nasrani).
Dari Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu’anhu, Rasulullah ﷺ bersabda: “Sungguh seorang hamba yang benar beriman, ia akan melihat dosanya seakan-akan ia duduk di bawah sebuah gunung yang ia khawatir gunung itu akan menimpanya. Dan adapun orang fasik yang gemar maksiat ia akan melihat dosanya seperti seekor lalat yang lewat begitu saja dihadapan batang hidungnya (menganggap remeh dosa)”. (Sahih Al-Bukhari (no. 6308).
Dari Tsauban Radhiyallahu’anhu, Rasulullah ﷺ bersabda: “Sungguh aku menegtahui beberapa kaum dari umatku datang pada hari kiamat dengan banyak kebaikan semisal gunung Tihamah yang putih, tapi Allâh ﷻ jadikan kebaikan itu debu yang beterbangan. Tsauban berkata: wahai Rasulullah, sebutkan sifat-sifat mereka pada kami agar kami tidak menjadi seperti mereka sedangkan kami tidak menyadarinya. Rasulullah ﷺ menjawab: “Mereka saudara kalian, kulit mereka sama dengan kulit kalian. Mereka beribadah dimalam hari sebagaimana kalian, akan tetapi mereka adalah kaum yang jika bersendirian, mereka menerjang hal yang diharamkan Allah”. (Sahih Al-Bukhari (no. 6492).
Dari Ghailan rahimahullah, dari sahabat Anas bin Malik Radhiyallahu’anhu ia berkata: “Sungguh kalian benar-benar melakukan perbuatan dosa yang kalian pandang dihadapan mata kalian dosa yang tipis seperti rambut, namun dahulu kami (para sahabat) yang hidup di masa Nabi ﷺ menganggap dosa semacam itu sebagai dosadosa besar yang membinasakan” (Syu’abul Iman 9/323 (no. 6919) .
Jika gagal langkah keempat, maka syaitan akan menggoda manusia agar sibuk melakukan hal-hal yang sifatnya hukum asalnya boleh (mubah), sehingga ia akan menghabiskan umur dan waktunya dalam hal-hal yang sia-sia, tidak bernilai pahala dan kebaikan disisi Allah. Ia akan tertipu dengan nilai waktunya. Contoh, menghabiskan waktu dengan bermain game, catur, olahraga, banyak tidur, nongkrong di lapau berjamjam, keluyuran kesana kemari tanpa tujuan yang urgent, dan semisalnya. Padahal bagi seorang muslim yang sadar, waktu itu adalah umurnya dan umurnya modal harta yang lebih berharga dari emas dan harta dunia, maka mesti digunakan untuk beramal shaleh, menuntut ilmu dan hal-hal bermanfaat lainnya.
Dari Abdullah bin ‘Abbas Radhiyallahu’anhuma, Rasulullah ﷺ bersabda: “Pergunakanlah lima perkara sebelum datang lima perkara. Masa mudamu sebelum datang masa tuamu. Waktu sehatmu sebelum datang masa sakitmu. Masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu. masa lapangmu sebelum datang masa sibukkmu. Hidupmu sebelum datang kematianmu”. (Al-Mustadrak, Imam Al-Hakim (no. 7846).
Berkata Imam Al-Munawi Rahimahullah (w. 1031 H): “Lima hal ini, tidak diketahui nilainya kecuali setelah kelima hal itu telah hilang”. (Faidhul Qadiir, 2/16).
Berkata Imam Al-Hasan Al-Basri rahimahullah: “Wahai anak Adam! Engkau adalah kumpulan hari-hari. Ketika telah berlalu satu hari usiamu, maka telah berkurang sebagian dari jatah hidupmu”. (Az-Zuhd 1/470 (no. 1609), Hilyatu Al-Auliya 2/148).
Syetan akan berusaha menggoda manusia untuk sibuk dengan sesuatu amalan yang kurang penting, sehingga melalaikan yang sangat utama, penting bahkan wajib. Contoh, rajin tahajjud namun luput shalat shubuh. Rajin baca quran, tapi lalai dari belajar kandungan petunjuk al-Quran. Sibuk menata fisik, namun lalai menata iman dan hati. Loyal dan lembut kepada teman, tapi kasar terhadap saudara dan orang tua. Habis umur belajar ilmu dunia, tapi lalai belajar agama. (Lihat Badai’ul Fawaid 2/260-261 (maktabah as-Syamilah) dengan penyesuaian).
Abu Khalid as-Shury Rahimahullah berkata: “Ya Allah, keluarkanlah aku dari perangkap iblis, menuju dekat dengan-Mu”. (Mausu’ah Ibnu Abi Ad-Dunya 5/196, Hayatu as-Salaf baina al-Qaul wa al-‘amal hlm. 439).
I. Tahapan Kehidupan Yang Dilalui Semua Insan
Semua manusia akan pasti akan melal empat tahapan alam kehidupan, setiap tahapan alamnya lebih luas dan lebih lama daripada alam sebelumnya:
➢ Alam Rahim, di alam ini manusia akan tinggal dalam perut ibu-ibu mereka, ruangan yang begitu sempit, tempat yang sulit, penuh keterbatasan dan terdapat tiga kegelapan. Masa huniannya sekitar 9 bulan, reative lebih pendek dari alam berikutnya. Allâh ﷻ berfirman:
“Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan. Yang (berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan Yang mempunyai kerajaan. Tidak ada Tuhan selain Dia; maka bagaimana kamu dapat dipalingkan?”. (QS. Az-Zumar: 6)
Berkata Abdullah bin Abbas Radhiyallahu’anhuma: “Maksud tiga kegelapan yaitu kegelapan dalam perut ibunya, gelapnya rahim dan ariari (plasenta)”. (Tafsir Ibnu Jarir, 21/258, Ma’alimu at-Tanzil 4/80, Ibnu Katsir 7/86 ).
Hal ini sebagaimana firman Allâh ﷻ : “Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik”. (QS. Al-Mukminun: 13-14)
“Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah? Padahal Dia sesungguhnya telah menciptakan kamu dalam beberapa tingkatan kejadian”. (QS. Nuh: 13-14)
➢ Alam Dunia, yaitu alam yang manusia tumbuh, berkembang, berusaha mencari bekal hidup, tempat ujian kesusahan dan kesenangan, tempat beramal sebagai sebab meraih kebahagiaan atau kesengsaraan di akhirat.
Allâh ﷻ berfirman: “Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?”. (QS. Al-Mukminun : 115)
Dari Sahabat Abu Hurairah radhiallahu’anhu, Rasulullah ﷺ bersabda: “Usia umatku antara 60 sampai 70 tahun, dan sangat sedikit yang melewati itu”. (HR. Ibnu Majah (no. 4236) dishahihkan Syaikh Al-Albani Rahimahullah).
➢ Alam Barzakh, alam ini sifatnya ghaib, semua manusia akan menempuhnya, sekalipun jasadnya tidak dikuburkan, matinya terbakar, dimakan binatang buas, atau ditarok digunung dalam kemas peti sebagaimana adat orang Hindu, non muslim suku Toraja dan semisal mereka. Alam barzakh lebih luas dibanding alam sebelumnya, dan masa hunian menunggu hingga berbangkit bisa jauh lebih lama.
Allâh ﷻ berfirman: “Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan”. (QS. Al-Mukminun : 100).
Imam Mujahid bin Jabr Al-Makkiy Rahimahullah berkata:
“Al-Barzakh adalah dinding pembatas antara alam dunia dan alam akhirat”. (Tafsir Ibnu Katsir 5/494. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Furqan: 53).
Berkata Abu Sakhr rahimahullah: “Al-Barzakh adalah alam kubur, penghuninya tidak bisa ke dunia dan tidak pula di akhirat. Mereka senantiasa berada di dalamnya sampai hari berbangkit”. (Tafsir Ibnu Katsir 5/495).
➢ Alam Akhirat, inilah alam kehidupan yang sebenarnya, karena akhirat abadi selamanya, tidak ada lagi kematian dan episode kehidupan berikutnya. Alam akhirat disana ada mahsyar yaitu semua makhluk akan di kumpulkan untuk di balas sesuai ujian dan perbuatan yang telah mereka lalui semasa di alam dunia. Orang beriman kepada Allah beramal shaleh, maka surga tempat istirahatnya. Orang kafir dan pelaku kezhaliman, neraka tempat kembalinya. Alam akhirat mengungguli alam-alam sebelumnya.
Allâh ﷻ berfirman: “Allah bertanya: “Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?” Mereka menjawab: “Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung. Allah berfirman: “Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui“. (QS. Al-Mukminun: 112-114)
“Pada hari mereka melihat azab yang diancamkan kepada mereka (merasa) seolaholah tidak tinggal (di dunia) melainkan sesaat pada siang hari”. (QS. Al-Ahqaf: 35)
“Pada hari mereka melihat hari berbangkit itu, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja) di waktu sore atau pagi hari”. (QS. An-Nazi’at: 46)
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ
“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم