بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Kajian Kamis Malam
Penceramah: Ustadz Abu Abdillah Nefri, Lc 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Edisi: Kamis, 29 Shafar 1445 / 14 September 2023
Selamat datang Kematian – Bagian 1
Setelah memuji Allâh dan bersyukur atas nikmat yang diberikan kepada kita dan bershalawat atas Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, Ustadz mengawali dengan firman-Nya:
اِنَّمَا يَعْمُرُ مَسٰجِدَ اللّٰهِ مَنْ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ وَاَقَامَ الصَّلٰوةَ وَاٰتَى الزَّكٰوةَ وَلَمْ يَخْشَ اِلَّا اللّٰهَ ۗفَعَسٰٓى اُولٰۤىِٕكَ اَنْ يَّكُوْنُوْا مِنَ الْمُهْتَدِيْنَ
Sesungguhnya yang memakmurkan masjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta (tetap) melaksanakan sholat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada apapun) kecuali kepada Allah. Maka mudah-mudahan mereka termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS At-Taubah: 18).
Dalam hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ
“Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah membaca Kitabullah dan saling mengajarkan satu dan lainnya melainkan akan turun kepada mereka sakinah (ketenangan), akan dinaungi rahmat, akan dikeliling para malaikat dan Allah akan menyebut-nyebut mereka di sisi makhluk yang dimuliakan di sisi-Nya.” (HR. Muslim, no. 2699)
Sejatinya dunia ini adalah negri perantauan, semua manusia bagaikan musafir dalam perjalanan, suatu saat pasti sampai ke tujuan sesuai bekal yang telah dipersiapkan.
Kematian suatu yang misteri, perjalanan setelahnya perkara ghaib, tidak bisa diraba dengan akal pemikiran, pendapat, kira-kira dan perasaan, namun ini ranah wahyu. Oleh karenanya untuk mengetahui hakikat kebenarannya, kita butuh informasi dari Al-Quran dan As-Sunnah dengan pemahaman yang sahih.
Kematian peristiwa yang amat menakutkan. Pada dasarnya fitrah manusia benci pada kematian. Namun jika kita berkaca pada kehidupan para As-Salaf umat ini, justru hal itu menjadi saat-saat yang dirindukan.
Bagaimana adab di negri perantauan, bekal perjalanan untuk ke kampung halaman, kiat bahagia menyambut kematian, mengenal perjalanan ruh dan fiqih kematian sesuai nash wahyu yang sahih dilengkapi penjelasan para ulama As-Salafu As-Shaleh yang hendaknya diketahui setiap hamba, agar selamat sampai ke tujuan, in syaa Allah akan ditemukan di buku ini dan dijelaskan oleh Ustadz Nefri Abu Abdillah, Lc Hafidzahullah, InshaAllah.
Mukadimah
Bismillah, Ya Allah! mudahkanlah dan berikanlah pertolongan-Mu untukku.
Para ulama memulai setiap kitab dengan bacaan bismillah. Bismillah adalah bentuk tabarruk, mengambil keberkahan, meminta pertolongan kepada Allâh ﷻ karena tidak ada yang mampu melakukan kebaikan kecuali atas pertolongan Allâh ﷻ. Bismillah artinya aku memulai dengan nama Allâh ﷻ Rabbul alaamin.
كُلُّ كَلَامٍ أَوْ أَمْرٍ ذِي بَالٍ لَا يُفْتَحُ بِذِكْرِ اللهِ فَهُوَ أَبْتَرُ – أَوْ قَالَ : أَقْطَعُ –
“Setiap perkataan atau perkara penting yang tidak dibuka dengan dzikir pada Allah, maka terputus berkahnya.” (HR. Ahmad, 2: 359).
Segala puji bagi Allâh ﷻ Rabb Pencipta, Penguasa, Pengatur alam semesta, tidak ada illah yang berhak disembah melainkan Allâh ﷻ.
Kematian suatu yang misteri dan penuh teka-teki bagi siapa saja yang tidak memiliki maklumat yang benar tentang hakikatnya. Oleh karenanya beragam pandangan, tebakan dan keyakinan aneh tentang kematian. Kematian suatu yang pasti mememui seluruh makluk yang bernyawa tanpa terkecuali anak Adam. Hal itu dibenarkan oleh argumentasi akal dan petunjuk wahyu (an-naql).
Dari sisi akal, hal itu diakui oleh semua manusia bahwa kehidupan mereka tidak kekal abadi, tidak satupun manusia yang hidup abadi didunia ini, semuanya akan bertahap menuju titik kerusakan, kondisi kuat akan berangsur lemah, kegagahan, kecantikan perlahan akan memudar, sehingga semuanya akan menemui yang namanya ajal dan kematian.
Dari sisi naql, sangat banyak dalil penjelasan dari Al-Quran dan Hadist yang sahih bahwa kehidupan manusia pasti akan berakhir. Allâh ﷻ berfirman :
كُلُّ نَفْسٍ ذَاۤىِٕقَةُ الْمَوْتِۗ وَنَبْلُوْكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً ۗوَاِلَيْنَا تُرْجَعُوْنَ
وَمَا جَعَلْنٰهُمْ جَسَدًا لَّا يَأْكُلُوْنَ الطَّعَامَ وَمَا كَانُوْا خٰلِدِيْنَ
۞ اَللّٰهُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِنْۢ بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِنْۢ بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفًا وَّشَيْبَةً ۗيَخْلُقُ مَا يَشَاۤءُۚ وَهُوَ الْعَلِيْمُ الْقَدِيْرُ
Kondisi kita tidak lain kecuali satu dari tiga keadaan .. Usia muda, beruban lantas mati Akhir nama yang disandang seseorang “si tua renta” .. dan nama berikutnya mereka panggil dengan “mayat”. (Az-Zuhd Al-Kabir 1/254, Imam Al-Baihaqi, Mawaridu az-Zam-an li Durusi az-Zaman 5/296).
Allâh ﷻ berfirman :
كُلُّ نَفْسٍ ذَاۤىِٕقَةُ الْمَوْتِۗ وَاِنَّمَا تُوَفَّوْنَ اُجُوْرَكُمْ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ ۗ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَاُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَآ اِلَّا مَتَاعُ الْغُرُوْرِ
Kehidupan ini layaknya perjalan nan amat panjang. Semua kita sadar bahwa setiap kita pasti akan meneguk gelas kematian, dan kita akan berpindah menuju halte kehidupan berikutnya. Namun amat disayangkan kesadaran itu sering tidak berbanding lurus dengan usaha persiapan bekal menujunya. Kita menyaksikan bagaimana ajal dan kematian menjemput orang-orang disekitar kita. Saban waktu dengan berbagai bentuk dan sebab. Kemaren dan hari ini kita mendengar telah wafat si fulan, dan boleh jadi sebentar lagi atau esok hari nama itu akan berganti dengan nama saya, anda dan kita semua. Sejatinya setiap manusia sedang dalam perjalanan menuju Allâh ﷻ:
يٰٓاَيُّهَا الْاِنْسَانُ اِنَّكَ كَادِحٌ اِلٰى رَبِّكَ كَدْحًا فَمُلٰقِيْهِۚ
“Jadilah engkau didunia ini seperti orang asing atau seorang yang sedang dalam perjalanan (musafir). Dan Abdullah bin ‘Umar berkata: “Jika kalian berada disore hari jangan menunggu datangnya waktu pagi dan jika engkau berada diwaktu pagi jangan menunggu datangnya sore. Pergunakanlah masa sehatmu sebelum sakit, dan masa hidupmu sebelum sakit”. (HR Bukhari (no. 6416).
Dunia ini bukan tujuan orang-orang mulia. Namun ia hanya tempat berbekal sementara. Tidak seorangpun yang berangan-angan hidup berkekalan di negri yang fana, kecuali orang-orang rendahan yang benci perpisahan dan lupa negri asalnya.
“Rasulullah ﷺ tidur diatas sebuah tikar anyaman yang keras, ketika beliau bangun, terlihat bekas pada badan beliau, maka kami berkata, ‘Wahai Rasulullah! Maukah kami buatkan untuk engkau sebuah tikar yang lembut? Rasulullah ﷺ menjawab; “Apa urusanku dengan dunia ini. Tidak lah aku didunia ini melainkan seperti seorang pejalan yang berteduh sejenak dibawah sebuah pohon, kemudian istirahat dan pergi meninggalkannya”. (HR. At-Tirmizi (no. 2377) dishahihkan oleh syaikh Al-Albani t dalam Shahih Al-Jami’ (no. 5668).
Berkata Ibnu Al-Qayyim Rahimahullah: “Orang yang berakal sadar bahwa perjalanan selalu ada kesulitan dan terancam berbagai bahaya. Dan tidak mungkin berharap kenikmatan, kelezatan dan kenyamanan, padahal itu semua hanya akan didapatkan setelah perjalanan telah selesai”. (Al-Fawaid, 1 / 190).
Dikisahkan Muhammad bin Hasnawih Rahimahullah dia berkata: Aku pernah hadir mengunjungi Abu ‘Abdillah Ahmad bin Hamba (Di Baghdad), dan datanglah seorang lelaki dari penduduk negeri Khurasan (daerah Iran), dia berkata:
“Wahai Abu ‘Abdillah! Aku sengaja datang mengunjungimu dari negeri Khurasan untuk bertanya kepadamu tentang suatu masalah. Imam Ahmad menjawab, silahkan bertanyalah! Lelaki itu berkata: “Kapan seorang hamba akan merasakan nikmat istirahat (dari ujian dunia)? Imam Ahmad menjawab: “Ketika pertama kali kakinya menginjak surga Allah”. (Hilyatu Al-Auliya’ 10/132, Abu Nu’aim Al-Asbahani Rahimahullah (w. 430 H), Tabaqat Al-Hanabilah 1/115).
وَقَالُوا الۡحَمۡدُ لِلّٰهِ الَّذِىۡۤ اَذۡهَبَ عَـنَّا الۡحَزَنَ ؕ اِنَّ رَبَّنَا لَـغَفُوۡرٌ شَكُوۡرُ
Dan mereka berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan kesedihan dari kami. Sungguh, Tuhan kami benar-benar Maha Pengampun, Maha Mensyukuri”.
Orang yang datang suatu saat akan pulang. Yang telah pergi sudah menemui janji Rabb-nya. Maka belajarlah mengenali tujuan kedatangan, mengolah modal untuk perbekalan agar hidup, mengenali jalan menuju kampung halaman. Oleh karenanya, manusia dengan fitrah yang suci, akal yang sehat pasti memiliki pertanyaan besar tentang dirinya, dari mana ia berasal, untuk apa dia diciptakan, dan kemana dirinya akan berpulang sebagai akhir perjalanan? Untuk menjawab pertanyaan itu, membutuhkan jawaban dari sumber yang benar, agar jawaban sesuai dengan harapan dan kenyataan. Tidak ada jalan lain, kecuali dengan menelusuri penjelasan wahyu yang suci, Al-Quran dan hadist Nabi ﷺ , dengan apa yang difahami generasi terbaik dan para ulama umat ini. Wallahu Waliyyu at-Taufiq.
•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ
“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم