بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Kajian Kitab At-Tibyan fi Adab Hamalat Al-Quran
Karya Imam An-Nawawi 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Bersama Ustadz Nefri Abu Abdillah, Lc 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Al-Khor, 8 Rajab 1446 / 8 Januari 2025.
Kajian Ke-22 | Bab 4: Panduan Mengajar dan Belajar Al-Qur’an.
Sulit di Permulaan – Sabar dalam Menuntut Ilmu
– Imam An-Nawawi 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱 berkata:
Termasuk adabnya ialah bersabar atas kekerasan gurunya dan keburukan akhlaknya. Janganlah hal itu menghalanginya untuk tetap belajar darinya dan meyakini kesempurnaannya. Hendaklah ia menakwilkan perbuatan dan perkataannya yang kelihatannya buruk dengan takwil-takwil yang benar. Tiada yang gagal melakukan itu, kecuali orang yang mendapat sedikit taufik atau tidak mendapatkannya. Apabila guru memarahinya, hendaklah ia meminta maaf kepada guru dan menyatakan bahwa dialah yang berdosa dan patut dipersalahkan. Hal itu lebih bermanfaat baginya di duni dan akhirat dan lebih membersihkan hati gurunya.
📃 Penjelasan:
Setiap orang memiliki sifat dan karakter yang berbeda-beda, adakalanya memiliki temperamen yang tinggi.
Hendaknya para pelajar tetap semangat dan bersabar, selama yang diajarkan adalah kebenaran.
Mengetes Kesungguhan Belajar dengan Anjing
Ulama Al-A’masy Rahimahullah dikenal sangat tegas terhadap murid-muridnya. Menurut riwayat yang disebutkan oleh Al-Khatib Al-Baghdadi dalam “Kasyf Ashab al-Hadith,” Al-A’masy bahkan membeli seekor anjing untuk menjaga rumahnya.
Setiap kali para penuntut ilmu mendekati rumahnya, Al-A’masy akan melepaskan anjing tersebut untuk menguji mereka. Tidak jarang, para muridnya harus melarikan diri dari anjing itu, hanya untuk kembali lagi ke rumah Al-A’masy setelah anjingnya ditarik kembali.
Para murid ini tidak menyerah dan tetap berusaha mendapatkan ilmu, meskipun harus melewati berbagai rintangan. Ini menunjukkan betapa gigihnya para penuntut ilmu pada masa itu. Meskipun menghadapi tantangan yang besar, mereka tetap bersabar dan tidak pernah mengeluh.
Para ulama bukan bertujuan untuk menghinakan murid-muridnya, tetapi mereka ingin menanamkan rasa disiplin dan kerendahan hati pada diri para penuntut ilmu tersebut.
Hendaklah muridnya meminta maaf jika guru memarahinya, bersifat tawadhu.
Kisah Yahya bin ma’in ditendang gurunya
Yahya bin Ma’in adalah seorang ulama hadis yang Tsiqah. Diantara gurunya ialah Abu Nu’aim Al-Fadhlu bin Dukain. Pada satu hari Yahya bin Ma’in duduk dalam pengajian gurunya. Bersamanya juga ada Imam Ahmad bin Hambal yang juga murid kepada Al-Fadhlu bin Dukain.
Yahya bin Ma’in ingin menguji gurunya itu untuk mengetahui tahap kedhabitannya. Beliau menulis/membaca sejumlah hadis yang bercampur antara hadis gurunya dengan hadis-hadis riwayat guru yang lain. Lembaran itu mahu diserahkan kepada gruunya. Tetapi Yahya bin Ma’in menyuruh seorang yang lain menyerahkannya iaitu Ahmad bin Mansur Ar-Ramadi. Kertas itu diserahkan kepada grunya selepas majlis pengajian.
Tatkala Al-Fadhlu bin Dukain membaca catatan itu, dia dapat mengenal pasti kekeliruannya. Dia merasakan campur aduk hadits itu bukan kerja Ahmad bin Mansur Ar-Ramadi. Dia memandang Yahya bin Ma’in dan menjegalnya.
Tiba-tiba saja ditendangnya Yahya bin Ma’in sehingga jatuh dari tempatnya.Imam Ahmad bin Hambal pun berkata kepada Yahya bin Ma’in: “Bukankah aku telah nasihatkanmu agar jangan perbuat hal demkikian…”,
Yahya bin Ma’in bangun dan mencium dahi gurunya itu. Dia menerangkan tujuan dia berbuat demikian hanyalah untuk memastikan sifat dhobit gurunya itu. Yahya bin Ma’in berkata: “Ditendang olehnya lebih aku sukai daripada pengembaraanku mencari hadis”.
Rela dipukul Demi Belajar Hadits
Seorang penuntut ilmu yang bernama Hisyam Ibnu Ammar Rahimahullah beliau adalah seorang anak kecil yang baligh namun ia sangat cinta dengan ilmu hadist, beliau hidup dizamannya Imam Malik Rahimahullah, beliau datang ke kota madinah dan meninggalkan kampung halamannya untuk menuntut ilmu hadist, Hisyam Ibnu Ammar Rahimahullah sendiri mengatakan: ”Bapakku menjual rumahnya dengan harga 20 dinar untuk memberangkatkan aku haji dan untuk menuntut ilmu, saya meninggalkan kota damaskus, meninggalkan keluargaku, meninggalkan kampung halamanku untuk menunaikan haji dan bertemu dengan para ulama seperti Imam Malik Rahimahullah ketika saya tiba di kota madinah”.
Beliau telah menyiapkan beberapa pertanyaan dan beliau berkeinginan untuk bermulazamah kepada Imam Malik Rahimahullah, mendengarkan hadist – hadist Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau masuk ke majelis Imam Malik Rahimahullah.
Imam Malik Rahimahullah jika ada seseorang yang datang kerumahnya beliau mengutus pembantunya untuk menanyakan tujuan dia bertemu Imam Malik Rahimahullah, jika ia mengatakan untuk mendengar hadist dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam beliau menyuruh tamu tersebut mandi terlebih dahulu kemudian menggunakan pakaian yang bagus kemudian diambilkan tempat duduk khususnya untuk menghormati hadist – hadist Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, akan tetapi jika dia hanya datang sebagai tamu biasa maka dia akan disambut layaknya sebagai tamu.
Imam Malik Rahimahullah tidak mengenal anak tersebut dan majelis Imam Malik Rahimahullah pada waktu itu khusus untuk orang – orang yang remaja dan dewasa dan ia melihat anak ini belum pantas untuk masuk ke majelisnya. Beliau tidak mengusirnya tetapi mungkin ada majelis muridnya yang lain yang baru belajar dan seterusnya, akan tetapi anak ini langsung mau duduk dimajelisnya Imam Malik Rahimahullah dan bersikeras untuk duduk di majelisnya, Imam Malik Rahimahullah berkata kepada muridnya: ”Keluarkan anak ini“, akhirnya ia dikeluarkan dari majelis.
Keesokan harinya ia kembali bersikeras untuk masuk dimajelisnya Imam Malik Rahimahullah, Imam Malik Rahimahullah berkata:”Suruh dia keluar dan cambuk ia sebanyak 15 kali”, perlu diketahui bahwa pukulan tersebut bukan pukulan untuk melukai akan tetapi pukulan untuk mendidik.
Akhirnya anak ini menangis setelah dipukul dengan cambuk 15 kali, Imam Malik Rahimahullah kemudian keluar dari masjid dan beliau menjumpai Hisyam Ibnu Ammar Rahimahullah yang sedang menangis, kemudian Imam Malik Rahimahullah berkata:”Mengapa engkau menangis.?”
Hisyam Ibnu Ammar menjawab: ”Disebabkan karena anda, saya dicambuk, saya akan menuntut anda dihari kiamat dihadapan Allah Subhanahu wata’ala !, ayah saya menjual rumahnya untuk saya datang kesini lalu saya diperlakukan seperti ini”, akhirnya Imam Malik Rahimahullah ini adalah seorang yang alim dan rabbani ia kemudian khawatir dan takut beliau berkata: ”Kalau begitu maafkan aku wahai anak muda”, Hisyam Ibnu Ammar mengatakan: ”Tidak, ada syaratnya!”, Imam Malik Rahimahullah berkata: ”Apa syaratnya ?”, Hisyam Ibnu Ammar berkata: ”Tolong sampaikan kepadaku 15 hadist sesuai dengan jumlah pukulan murid anda, saya mau dengar 15 hadist”, akhirnya Imam Malik Rahimahullah menyampaikan 15 hadist kepadanya. Setelah ia dengar hadist dari Imam Malik Rahimahullah beliau kemudian berkata: ”Ya Imam Silahkan tambahkan pukulan dan tambahkan hadistnya (beliau rela dipukul demi untuk belajar hadist)”. Mendengar ucapan Hisyam kecil itu Imam Malik pun tertawa, “Sudah, pergilah..”
(Adz-Dzahabi, Siyaru A’lam An-Nubala’, biografi No. 6516, hal. 4092-4093)
– Imam An-Nawawi 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱 berkata:
Para ulama berkata: Siapa yang tidak sabar ketika mengalami kehinaan di waktu belajar, ia pun tetap dalam kebodohan sepanjang umurnya. Dan siapa yang sabar atas hal itu, ia pun akan memperoleh kemuliaan di akhirat dan dunia.
Mengenai hal itu, diriwayatkan atsar yang masyhur dari Ibu Abbas: Aku merasakan kehinaan ketika menuntut ilmu, maka aku menjadi mulia karena menjadi guru.
Penyair berkata:
Siapa yang tidak merasakan kehinaan sesaat
ia pun menghabiskan zaman seluruhnya dalam keadaan hina
📃 Penjelasan:
Inilah motivasi yang perlu ditulis dengan tinta emas! Bersabarlah dalam menuntut ilmu di masa muda, agar dapat menuai di masa tua.
Mungkin saja kita tidak bisa setara dengan para salafush sholih dalam semangat mereka menuntut ilmu. Akan tetapi, segala upaya harus kita kerahkan agar semangat menuntut ilmu itu selalu terhujam kuat di dalam hati kita.
•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ
“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم